Tulisan Jalan

Hidupku untuk mengharumkan nama-MU Jangan bersukcita ketika engkau berhasil dalam pelayanan, tetapi bersukcitalah karena namamu tercatat di Surga

Kau istimewa. Di seluruh dunia, tidak ada orang yang sepertimu. Sejak bumi diciptakan tidak ada orang lain yang sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki senyummu, tidak ada yang memiliki matamu, hidungmu, rambutmu, tanganmu, suaramu. Kau istimewa. Tidak ada orang lain yang memiliki tulisan yang sama denganmu. Tidak ada orang lain yang memiliki selera akan makanan, pakaian, musik, atau seni sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki cara pandang sepertimu. Sepanjang masa tidak ada orang lain yang tertawa sepertimu, tidak ada yang menangis sepertimu. Kaulah satu di antara seluruh ciptaan yang memiliki kemampuan seperti yang kau miliki. sampai selamanya, tidak akan ada orang yang akan pernah melihat, berbicara, berjalan, berpikir, atau bertindak seperti dirimu. Kau istimewa...kau langka. Tuhan telah menjadikanmu istimewa dengan satu tujuan yaitu MEMULIAKAN DIA

Cari Blog Ini

Kamis, 08 Desember 2011

Panggilan untuk Bersatu

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Nats: Kej. 2:20b-25/2:24; Mazmur 128; Pengkotbah 4:9-11
Ibadah: Syukuran Pernikahan Dosen STT SAPPI, 8 Desember 2011
oleh: Adrianus Pasasa, S.T, M.A

Waktu pulang makan siang ke rumah, saya memanggil anak saya yang kedua (namanya Adriel). Saya memberikan sepotong batang ubi kayu yang panjangnya kira-kira lima puluh  centimeter. Setelah ia memegang, saya menyuruh untuk mematahkan batang ubi kayu tersebut, tanpa mengalami kesulitan dengan cepat batang pohon ubi itu patah terbagi dua di tangan anak saya. Kedua potongan itu kemudian saya satukan dan kembali saya menyuruh anak saya untuk mematahkan, ternyata setelah kedua potongan itu di satukan anak saya mengalami kesulitan untuk mematahkannya.
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus,  demikian juga dengan kehidupan kita, jika seorang diri, tentu kita akan mengalami kelemahan, tetapi ketika kita bersatu akan menjadi lebih kuat. Apa yang dialami oleh pasangan yang sedang berbahagia pada malam ini, ada kekuatan baru ketika mereka sudah menjadi satu.

Dari bacaan kita hari ini, ada beberapa hal yang dapat kita pelajari yaitu:
1.       Allah memanggil pasangan suami istri untuk bersatu/bukan atas keinginan mereka sendiri. Dikatakan bahwa seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging,( Kej 2:24)
1.       Pergi (seorang pria akan meninggalkan ayah dan ibunya). Hal ini menyatakan bahwa akan terbentuk keluarga yang baru, di mana segala sesuatu tidak tergantung lagi kepada orang tua, tetapi mereka (keluarga baru) belajar untuk menyerahkan dirinya kepada Tuhan, untuk Tuhan menyatukan mereka.
2.       Permanen (dan bersatu dengan istrinya). Tujuan bersatu untuk saling menolong, saling melengkapi, saling berbagi, dan saling memiliki (Pengkhotbah 4:9-11)
3.       Kesatuan (dan mereka menjadi satu daging)

Ketiga unsur tersebut di atas membantu suatu pernikahan menjadi kuat.Dalam pandangan Allah, kita menjadi satu di Altar ketika kita mengucapkan janji pernikahan untuk sehidup semati. Namun dalam kenyataannya, kesatuan merupakan sebuah proses yang terjadi dalam periode waktu tertentu, setelah hidup bersama selamanya.
Menjadi satu dengan orang lain bisa menjadi sebuah proses yang sangat sulit. Tidak mudah untuk berubah dari orang yang mandiri dan egois menjadi orang yang mau menceritakan setiap aspek kehidupan kita dengan orang lain. Lain lagi jika kita memiliki latar belakang keluarga, agama, dan keuangan yang berbeda, tentu hal ini akan memakan waktu yang panjang untuk saling memahami.
Namun, tetapi harus dipahami bahwa menjadi satu bukan berarti menjadi sama.
Menjadi satu bukan berarti semua harus sama, seperti angkatan laut yang semua sama, cara berjalan, cara berpakaian, dan lain sebagainya.
 Menjadi satu berarti, ditengah perbedaan ada sikap saling memahami, sikap saling menghormati, saling menghargai, semuanya ini dapat terwujud jika kasih Tuhan hadir di tengah perbedaan itu.

2.       Kesatuan itu bisa terwujud, hanya jika kedua pasangan yang menikah harus meninggalkan keluarga mereka dan berharap kepada Allah untuk menyatukan mereka.
Dalam proses mewujudkan kesatuan, Pria  sebagai kepala keluarga akan membantu terwujudnya kesatuan  ini, ketika ia mengatakan bukan hanya mengatakan kepada istri bahwa ia adalah prioritas utama dirinya setelah Allah. Keluarga harus menjadi prioritas kedua setelah Allah. Demikian juga dengan istri, dia juga memiliki peran dalam mewujudkan kesatuan itu. Istri juga harus mengatakan kepada suami seberapa pentingnya suami bagi sang istri. Suami harus memahami bahwa istri akan menghargai, menghormati, dan mengasihi suami, hanya jika suami bertindak sesuai dengan peran  sebagai suami. Jika posisinya terbalik, maka kesatuan yang didambakan tidak akan pernah terwujud, dan hal ini juga bertentangan dengan Alkitab. Posisi suami sebagai kepala, tidak boleh digantikan oleh istri.
Pasangan suami istri harus belajar mengkomunikasikan cinta dengan jelas kepada pasangannya, hal ini akan menolong untuk memperkuat ikatan pernikahan dan mendorongnya untuk mengasihi dan menghargai kita.

3.       Membangun rumah tangga pasti mendambakan suatu kebahagiaan, kunci rumah tangga bahagia adalah Takut akan Tuhan (Mazmur 128).
a.        Keluarga yang dibangun dilandasi dengan takut akan Tuhan, sebesar apapun gelombang yang menerpa keluarga, mereka akan tetap berdiri teguh, kokoh karena Yesus yang menjadi nahkoda keluarga.
b.       Keluarga yang dilandasi dengan takut akan Tuhan, dikatakan mereka akan tenang menikmati rejeki/hasil keringat mereka. Keluarga akan diberkati dan berkat itu akan mereka nikmati dengan sukacita.
c.        Keluarga yang  dilandasi dengan takut akan Tuhan, dikatakan akan ada kesukaan di dalam keluarga. Sukacita akan memenuhi kehidupan mereka, walaupun dalam keadaan "kering" mereka tetap akan diliputi dengan kesukaan.
d.       Keluarga yang dilandasi dengan takut akan Tuhan, dikatakan bahwa sampai anak cucu mereka akan diberkati
Saudaraku yang dikasihi dalam Tuhan Yesus, Allah yang memengggil suami istri untuk bersatu, dan Allah yang akan mempersatukan dan apa yang telah dipersatukan Allah, hanya maut yang boleh memisahkan. Namun apa yang telah dipersatukan Allah masih butuh proses yang panjang untuk menyatukan perbedaan-perbedaan di antara pasangan suami istri. Jika masing-masing menjalankan perannya dengan benar, maka tentu kesatuan yang didambahkan akan terwujud. Kesatuan itu akan mengantar kepada kebahagiaan, hanya jika rumah tangga yang dibangun dilandasi dengan sikap takut akan Tuhan, yang pada akhirnya kebahagiaan itu tidak hanya dinikmati oleh pandangan suami istri, tetapi akan terus berlanjut sampai anak cucu dari pasangan tersebut. Amin.
Baca Terusannya »»  

PANGGILAN MENJADI SARANA

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Nats: Filipi 3:13, 14
Tujuan : memantapkan panggilan untuk menjadi hamba Tuhan
Ibadah : Reat-reat tingkat 1 STT SAPPI, 12 Desember 2011
Oleh : Adrianus Pasasa, S.T, MA

Untuk membangun sebuah jembatan yang kokoh, tentu banyak kriteria yang harus diperhatikan. Tidak asal-asalan atau hanya berdasarkan atas keinginan sendiri. Supaya jembatan itu dapat bertahan, banyak hal yang perlu diperhatikan misalnya, material apa yang akan di pakai, konstuksi seperti apa yang akan dipakai, siapa yang akan membuat proyek itu, apakah sudah berpengalaman dalam menangani jembatan, dan lain sebagainya. Demikian juga halnya jika saudara dan saya mau dipakai oleh Tuhan untuk menjadi sarana-Nya, tentu ada kriteria-kriteria yang harus kita penuhi. Seperti apa kriteria yang Tuhan inginkan dari setiap orang yang mau dipakai-Nya:
Kriteria Orang yang akan dipakai Tuhan:

1.       Melupakan apa yang ada dibelakangnya.
Ketika seseorang yang dipanggil masih memikirkan hal-hal duniawi, dirinya sendiri, kenyamanan, kesenangan-kesenangan daging tertentu dan memberikan terlalu banyak waktu dan energy untuk mencari hal-hal ini, ia tidak akan pernah mencapai tujuannya. Tetapi orang yang sudah siap untuk kehilangan nyawanya akan memperoleh kembali. Seorang yang telah dipanggil Tuhan, harus terlebih dahulu meninggalkan kehidupan yang lama. Tetapi jika saudara takut untuk melepaskan kehidupan masa lalu saudara, jika saudara masih mencintai hidup lama, maka saudara tidak akan pernah mengetahui apa kehidupan yang sesungguhnya. Orang yang akan Allah pakai ialah orang yang tidak mencari keuntungan atau kenyamanannya sendiri, ia tidak kuatir atau cemas tentang apa yang ia miliki dan yang tidak ia miliki, ia tidak bergantung pada pendapat orang lain, ia hanya memandang tujuannya dan menfokuskan seluruh perhatiannya untuk mencapai tujuan panggilannya. Paulus berkata: "Bagiku hidup adalah Kristus." Tidak ada hal lain yang lebih penting. Karena sudah melupakan apa yang ada dibelakangnya, maka dia hanya memikirkan bagaimana ia harus hidup kudus di hadapan Tuhan.
2.       Memandang ke depan untuk mengabdikan diri sepenuhnya untuk melayani Tuhan.
Allah hanya memakai  orang yang telah mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk melayani Tuhan. Yang teguh dalam keputusannya, yang tidak akan digoncangkan oleh keadaan-keadaan, yang sadar akan besar dan luasnya tujuan yang ditetapkan dihadapannya, yang mengetahui bahwa tidak ada jalan untuk kembali, bahwa semua jembatan telah dibakar dan bahwa hanya ada satu cara untuk melihat penggenapan panggilannya, yang hanya dicapai oleh pertolongan Tuhan. Jika seseorang serius, benar-benar, dan sungguh-sungguh berkomitmen kepada panggilannya, rencanya dan pada tujuannya, ia pasti akan memiliki pelayanan yang berhasil. Ini artinya ia tidak mencari kepentingan diri sendiri, ia ingin menyenangkan Allah yang telah memanggil dia. Tetapi hanya Allah yang tahu apakah seseorang benar-benar siap untuk melayani dia. Hanya Allah yang mengenal hati saudara.
3.       Berlari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah yaitu panggilan sorgawi
Prosesnya menggunakan hikmat yang dari Tuhan. Marilah kita belajar kepada keempat binatang terkecil di bumi (Amsal 30:34). Ketika saudara mengalami persoalan dalam mencapai tujuan, belajar untuk bijaksana, ketika berada dalam masalah sulit dan iblis mulai mengingatkan anda akan masalah anda, kembali kepada hikmat.
a.       Semut, bangsa yang tidak kuat. Semut mampu bertahan hidup karena mereka telah bijaksana dan menggunakan musim panas untuk menyimpan makanan mereka sebagai persediaan di musim dingin. Masalah, rintangan, dan kesulitan bukanlah alasan yang cukup untuk sesorang menderita kekalahan. Semua keadaan negative dalam diri saudara dengan membuat satu gerakan dan menambah satu garis vertical yang kurang menjadi tambah. Kelemahan kita, ditangan Allah menjadi kekuatan, semua kekurangan saudara dapat menjadi kekuatan ditangan Allah.
b.      Pelanduk, ketika saudara memiliki kebijaksanaan, bahkan seorang lemah dapat membangun sebuah rumah di dalam atau di atas bukit batu. Fondasi apa yang anda miliki dalam hidup saudara? Apakah doa dan firman Allah atau hanya pembicaraan yang kosong? Di atas apa anda membangun hidup anda? Saudara harus tahu jenis fondasi apa yang diatasnya saudara akan membangun hidup saudara, pelayanan dan gereja saudara. Bangunlah dengan menggunakan karunia, talenta dan kemampuan saudara dan bangunlah dengan mempraktikkan persekutuan yang intim dengan Allah.
c.       Belalang, meskipun mereka tidak memiliki pemimpin, mereka semua disiplin dan teratur. Hikmat akan menolong saudara untuk mengatur kehidupan pribadi, pelayanan, hubungan dengan orang lain. Aturlah hidup saudara supaya saudara menjadikan Allah sebagai prioritas saudara, aturlah supaya di tempat kedua, setelah Allah, prioritas saudara adalah keluarga. Kemudian aturlah pelayanan saudara dengan benar, sangat penting untuk membuat hidup saudara teratur, ini adalah sebuah tanda kedewasan.
Hikmat belalang tidak hanya teratur tetapi punya inisiatif, tidak menunggu orang lain untuk menolong atau mendesak saudara untuk melakukan berbagai hal. Inisiatif baca Alkitab/saat teduh.
d.      Cicak, ia dapat ditemukan di kamar-kamar raja, di tempat-tempat paling dalam di istana-istana raja, di mana hanya sedikit orang pilihan yang diperbolehkan untuk masuk. Artinya apa? Oleh hikmat, ketekunan, dan tekad saudara, Allah dapat meninggikan saudara ke tempat-tempat tertinggi dan menyingkapkan rahasia-rahasia yang tidak saudara ketahui sebelumnya. Kerajinan, tekad, kegigihan dan komitmen saudara pada pekerjaan apapun yang didalamnya saudara terlibat, hasrat saudara untuk mengejar tugas apa pun yang telah diberikan kepada saudara sampai akhir, mengatasi semua kesulitan dan rintangan
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, ketiga hal di atas perlu untuk orang yang benar-benar ingin mempersiapkan dirinya secara menyeluruh, supaya ia dapat bertumbuh dan kuat dan menjadi orang yang akan dipakai Allah. Allah hanya akan memakai orang yang telah siap mengabdikan diri sepenuhnya untuk melayani Dia, yang teguh dalam keputusannya. Bagaimana dengan saudara dan saya? Apa yang menjadi jawaban saudara atas panggilan-Nya? Yakinlah jika Tuhan yang memanggil, Dia akan membentuk saudara sesuai dengan rencana-Nya. Amin
Baca Terusannya »»  

Senin, 28 November 2011

YESUS DATANG UNTUK MEMULIHKAN MEREKA YANG MASIH DALAM KEGELAPAN

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Ringkasan Khotbah Minggu, 04 Des 2011
Oleh: Adrianus Pasasa
Nats:Lukas 19:10; Yesaya 1:10-20
Lukas 19:10, Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan
yang hilang." Apakah kita termasuk yang hilang…walaupun berada di
gereja, tetapi engkau sebenarnya termasuk orang yang hilang.. yang
hilang adalah mereka2 yang masih hidup dalam kegelapan.
Seperti apa orang-orang yang terhilang: apakah orang Kristen masih
termasuk golongan orang yang terhilang?
1. Sama-sama bapak tetapi tidak mengenal bapaknya (kisah anak yang
hilang: Lukas 15:28-32). Egois, mementingkan diri sendiri, tidak
peduli keselamatan orang lain. Tidak senang orang lain bertobat.
2. Hidupnya tidak mencerminkan sebagai milik Allah. Seperti bangsa
Israel yang hanya tanpak luar saja…. Bahas Yesaya 1:10-20
Allah tidak melihat korban (yang tanpak luarnya saja), Tetapi Allah
melihat hatimu (dalam), ayat 11-15 dijelaskan bagaimana respon Allah
terhadap korban (tanpak luarnya saja).
Akibat dari ibadah yang tidak sungguh-sunggu:
1. Allah jemu melihat korban (ibadah yang hanya bersifat rutinitas,
ibadah yang disertai motivasi yang salah). Yesaya menyalahkan umat itu
karena ikut melakukan perbuatan jahat dan ketidakadilan (ay 16-17),
sambil terus membawa persembahan dan korban kepada Allah serta berdoa
dan beribadah kepada dia. Ibadah dan pujian menjadi sesuatu yang keji
bagi dia jikalau hati kita tidak benar-benar setia kepada-Nya.
2. Allah jijik dan tidak tahan melihat ibdah yang setengah-setengah
alias tidak sepenuh hati/tidak sungguh-sungguh. (Roma 12:1-2, ibadah
yang sejati yang dikehendaki Tuhan)
3. Allah akan memalingkan mukanya (Yes 59:1-2). Dosa di dalam
kehidupan kita akan menyebabkan Allah berpaling dari doa-doa kita.
Roma 7:26
Kenapa engkau tidak mengalami berkat Tuhan, mujizat Tuhan, tetap
menjadi bayi rohani….karena ketiga poin di atas. Ibadah hanya
rutinitas, motivasi yangs alah, ibadah setengah-setengah, ibadah yang
disertai kemunafikan.
Pendukung Wahyu 2:2-5 (peringatan kepada jemaat di Efesus)…dicela
karena kehilangan kasih mula-mula, ibadah yang dilakukan hanya sebatas
rutinitas belaka.
Aplikasi:
• Seperti apa kondisi ibadah orang Kristen saat ini.
• Apakah ibadah setiap minggu penuh seperti saat natal.
• Apakah motivasi kita ikut natal?
• Apakah kita datang benar-benar untuk memuliakan/menyembah Tuhan
• Engkau bisa bersandiwara (kelihatan luarnya), tetapi ingat Tidak ada
yang tersembunyi di mata Tuhan. Dia melihat hatimu yang paling dalam.
Apa yang harus dilakukan:
1. Hidup kudus di hadapan Tuhan (ay 16)…Roma 12:1
2. Membersihkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat/berhenti berbuat
jahat. (Gal 5:24). Seringkali kita hanya mendefenikan ke hal-hal yang
besar, tetapi kita melupakan hal-hal kecil yang sering kali kita
lakukan, berbuat jahat (spt berzina); berbuat dosa; 2 bercakap-cakap
menjelek-jelekkan nama baik orang lain; memfitnah(kan);
3. Belajar berbuat baik (Yes. 58:6-11)
Hasilnya apa? Pengampunan/pemulihan…ada janji pemulihan (ayt 18-20)
Kuncinya:
• Menurut ….diberkati (Yes 48:18; 58:11)
• Melawan….binasa
• Ulangan 11:26-28
Allah tidak akan mengutuk dan membinasakan umat-Nya. Ia menawarkan
pengampunan penuh jikalau mereka mau bertobat, membuang kejahatan,
berusaha melakukan yang benar, dan menaati firman-Nya (ay 16-19).
Pengampunan Allah kini tersedia bagi semua orang , yang sekalipun
telah berbuat dosa, mengakui dosa-dosa mereka, bertobat, dan menerima
penyucian Allah melalui darah Yesus Kristus (1 Yoh 1:9). Orang yang
menolak kemurahan Allah dan memilih untuk mengikuti jalannya sendiri
akan dibinasakan (ay 20).
Saat ini kita tidak hanya merayakan kelahiran-Nya, tetapi juga sedang
menunggu kedatangan-Nya untuk menjemput orang-orang pilihan-Nya.
Jangan pikir Yesus tidak akan datang 2 Petrus 3:4-11, ambil komitmen
untuk bertobat.
Baca Terusannya »»  

Jumat, 21 Oktober 2011

KUNCI KESABARAN

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Nats: Kolose 3:12-17 Nats Pembimbing: 2 Timotius 2:10
Tujuan : Jemaat dapat memahami bahwa kesabaran harus menjadi gaya
hidup orang yang sudah mengalami pemulihan di dalam Yesus Kristus.
Ibadah Kapel STT SAPPI: Rabu, 19 Oktober 2011
Oleh : Adrianus Pasasa, S.T, MA

Sabar adalah tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas
putus asa, tidak lekas patah hati); tabah: ia menerima nasibnya dng
--; hidup ini dihadapinya dng --; 2 tenang; tidak tergesa-gesa; tidak
terburu nafsu: segala usahanya dijalankannya dng --;
ke•sa•bar•an n ketenangan hati dl menghadapi cobaan; sifat tenang (sabar):
Mengapa kesabaran itu penting? Kesabaran adalah sifat yang paling
dipuji dan sering disinggung dalam kitab Amsal, karena sifat ini
sangat berhaga dalam kehidupan untuk menghindari perselisihan juga
sangat penting dalam ketertiban perkara-perkara dunia dengan
bijaksana. Kesabaran adalah hal yang pokok dalam meredam kemarahan.
Orang-orang percaya wajib menteladani sifat Allah yang panjang-sabar
itu. Sifat Allah yang panjang sabar selalu dikaitkan dengan sifat
kasih-sayang dan kemurahan Allah kepada orang-orang yang berdosa yang
memberontak terhadapNya yang seharusnya dengan segera menghadapi
murkaNya. Namun Alkitab mencatat bukti-bukti sifatNya yang
panjang-sabar, seperti contoh: Berkali-kali Israel yang durhaka dengan
melakukan perzinahan-rohani, yaitu menyembah ilah-ilah lain selain
Allah, mendapat pemulihan dari Allah.
Pada bacaan kita di atas, Rasul Paulus mengajar jemaat di Kolose untuk
"mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan
dan kesabaran" (Kol. 3:12). Lagi-lagi Paulus menggambarkan pentingnya
kesabaran dalam sebuah konflik di antara komunitas Kristen. Menurut
Paulus, jika satu orang Kristen tidak sepaham dengan yang lainnya, ia
harus bersabar, bersedia rugi daripada merusak reputasi gereja.
Salah satu identitas orang pilihan Allah adalah mengenakan kesabaran.
Jadi kesabaran itu penting karena kesabaran adalah salah satu ciri
orang Kristen yang hidupnya sudah dibaharui di dalam Yesus Kristus.
Kesabaran adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh orang Kristen. Rasul
Paulus berulang kali mengimbau umat Kristen untuk saling bersabar satu
sama lain. Bahkan, kesabaran sebenarnya adalah sebuah tes keorisinilan
umat Kristen. Karakter Kristen yang sejati, tanda utama kelahiran
baru, terlihat dalam kesabaran yang sejati.
Rasul Paulus mengimbau jemaat di Efesus untuk "hidup berpadanan dengan
panggilannya, dengan segala kerendahan hati, kelemahlembutan, dan
kesabaran, menunjukkan kasih dalam hal saling membantu dan berusaha
memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera" (Ef. 4:1-3).
Kepada jemaat di Tesalonika, instruksi Paulus sangat jelas: "Hiduplah
selalu dalam damai seorang dengan yang lain." (1 Tes. 5:13). Untuk
dapat mencapai kedamaian itu, Paulus menganjurkan mereka untuk
"bersabar terhadap semua orang" (1 Tes. 5:14). Hal itu bukanlah
perkara yang gampang untuk dilakoni. Kepada Timotius, anak didik
rohaninya, Paulus menulis dan memberikan teladan: "sedangkan seorang
hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua
orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat
menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan
kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga
mereka mengenal kebenaran" (2 Tim. 2:24-25). Kesabaran harus ada dalam
diri pemimpin Kristen.
Tiga hal penting tentang kesabaran:
1. Dasar kesabaran adalah Kasih (ayt 14)
Kasih adalah pengikat dan yang mempersatukan dan menyempurnakan. Kalau
kita melihat Sembilan buah roh, di mana di mulai dengan kasih, karena
semua buah yang lainnya berasal dari kasih. Kasih yang dipakai di sini
adalah kasih agape, yang berarti kasih ilahi. Jika kita hidup di dalam
alam kasih, maka kita akan memiliki kesabaran.
2. Sabar terletak pada hubungan pribadi dengan Kristus (ayt 15-16)
Kesabaran yang sejati hanya datang kepada mereka yang telah ditebus
oleh Kristus dan Roh Kudus ada dalam mereka untuk memberikan buah Roh.
Orang yang sudah ditebus oleh Yesus Kristus, harus memiliki waktu
khusus untuk membangun hubungan yang intim dengan Tuhan Yesus.
kedalaman hubungan kita dengan Kristuslah yang memungkinkannya
seseorang memiliki kesabaran.
Berdasarkan ayat 16, dapat dikatakan bahwa kesabaran seseorang,
tergantung pada kedalaman hubungannya dengan Kristus. Semakin baik
hubungan seseorang dengan Kristus, semakin sabarlah Dia. Saudara,
apabila Kolose 3:15 ini mewarnai kehidupan kita, maka sesuatu yang
luar biasa akan terjadi. Dampaknya adalah "Hendaklah perkataan Kristus
diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan
segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil
menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap
syukur kepada Allah di dalam hatimu." (ay. 16).
3. Sabar berarti siap menderita (ayt 13)
Orang Kristen/percaya yang sabar tidak akan membalas dendam atau ingin
mendatangkan kesulitan ke atas orang yang melawan dia. Ia akan
bersifat baik hati dan bersikap halus, bahkan terhadap orang yang
paling tidak menyenagkan. Ia akan menabur kebaikan pada saat orang
lain menabur kejahatan. Dia akan mengampuni orang yang merancangkan
dan melakukan kejahatan kepadanya. Semua itu tentu tidak dapat kita
lakukan dengan kekuatan sendiri, tetapi Roh Kuduslah yang memampukan
orang percaya untuk melakukan semua itu.
Kunci kesabaran
1. Harus mengalami pemulihan di dalam Yesus Kristus.
Seseorang yang sudah mengalami pemulihan di dalam Yesus Kristus,
Kesabarannya akan Nampak menjadi salah satu tanda dalam rumah orang
Kristen, dengan setiap anggota keluarga bersabar dalam berinteraksi
satu sama lain. Suami istri harus saling bersabar, bahkan orang tua
harus bersabar kepada anaknya. Dalam rumah tangga iman, kesabaran,
yang sering kali adalah karakter yang paling jarang ada, menjadi
sebuah ujian keaslian dan pentingnya tatanan yang baik dalam rumah,
gereja, dan persekutuan Kristen.
Bagaiman dengan orang yang tidak memiliki kesabaran? Mereka masih
mengandalkan kekuatannya sendiri, belum mau menyerahkan diri untuk
dipimpin Roh Kudus, dan membiarkan Roh Kudus bekerja dalam dirinya.
Karena Roh Kuduslah yang memungkinkan seseorang untuk memiliki kasih,
Roh Kuduslah yang memampukan seseorang untuk mengalakan kuasa
kedagingan, dan Roh Kuduslah yang memungkinkan seseorang menghasilkan
buah kesabaran.
Saudaraku yang di kasihi Tuhan Yesus, percayalah bahwa kesabaran
akan menjadi bagian hidup saudara, hanya jika saudara mau menyerahkan
diri kepada-Nya dan membiarkan Dia bekerja dalam hidup saudara. Amin
Baca Terusannya »»  

KHAWATIR

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Nats: Matius 14:22-33
Tujuan : Jemaat dapat melihat dan mengenali penyebab rasa kuatir dan
takut dan mencari Kristus sebagai jawaban dalam mengatasi rasa takut
dan kuatir itu.
Ibadah Malam Pujian dan Penyembahan GBIP: Selasa,18 Oktober 2011
Oleh : Adrianus Pasasa, S.T, MA
Dalam bacaan kita hari ini, kita melihat suatu peristiwa di mana Yesus
berjalan di atas air. Setelah melakukan mujizat dengan member makan
5000 orang dengan dua ikan dan lima roti, Tuhan Yesus menyuruh orang
banyak untuk pulang dan memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu
dan mendahului-Nya ke seberang. Sementara Dia sendiri naik ke atas
bukit untuk berdoa seorang diri. Yesus berdoa sampai malam, sementara
murid-murid-Nya sudah berlabu beberapa mil dari pantai. Tetapi ada
satu kejadian yang melanda perahu murid-murid-Nya yaitu angin sakal
yang menimbulkan gelombang yang mengombang-ambingkan perahu murid-Nya.
Di tengah perjuangan melawan angin sakal, murid-muriNya diliputi oleh
rasa takut dan kuatir. Ketika Tuhan Yesus menghampiri mereka dengan
berjalan di atas air, apa yang menjadi respon para murid? Mereka
terkejut dan berseru "itu hantu", lalu berteriak-terian karena takut.
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, kekuatiran dapat dialami oleh
siapa saja, setiap hari kita dapat menyaksikan kehidupan orang yang
sedang dilanda kekuatiran ada disekitar kita entah itu tetangga,
teman, orang tua, saudara. Mengapa rasa takut dan kuatir itu muncul
dalam diri seseorang? Sebuah artikel mengatakan bahwa rasa kuatir
timbul karena adanya ancaman pada keadaan diri sendiri. Di mana
ancaman ini dapat disebabkan oleh: rasa tak berdaya, rasa terasing,
dan rasa tidak aman. Ketiga hal ini mengancam keadaan diri sendiri .
kondisi inilah yang akan menghasilkan kekuatiran. Hal-hal yang dapat
timbul akibat kekuatiran: kekuatiran akan mempengaruhi tingkat emosi,
kekuatiran akan berpengaruh pada mental, dan kekuatiran juga akan
berdampak pada fisik misalnya sakit penyakit yang mungkin timbul
karena rasa kuatir.
Saudaraku yang di kasihi Tuhan Yesus, mungkin tanpa kita sadari pola
kekuatiran yang kita alami juga mengikuti pola seperti ini. Mungkin
ada di antara kita yang mengalami kekuatiran karena menrasa tidak
berdaya. Mungkin kita merasa tak berdaya untuk menjalani hidup ini,
kita merasa takut dan kuatir karena merasa terasing, merasa seorang
diri, ataukah kita merasa kuatir karena merasa taka man…
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, tanpa kita sadari hidup kita juga
tidak jauh berbeda dengan murid-murid Tuhan Yesus. Perahu di sini
dapat menggambarkan kehidupan kita, ketika kita menjalani kehidupan
ini, awalnya di mulai dengan penuh sukacita, namun ditengah perjanan
kita di perhadapkan pada badai persoalan. Bagaimana respon kita?
Ketakutan dan kekuatiran menguasai, sehingga kita tidak mampu lagi
melihat Yesus yang sedang menghampiri untuk menolong kita. Akibatnya,
kita tenggelam dan ditelan oleh badai persoalan. Perhatikan apa yang
terjadi ketika petrus memperhatikan tiupan angin dan bukan
memperhatikan Yesus. Pada saat Petrus memandang Yesus, tidak ada
persoalan dia berjalan di atas air, tetapi ketika tiupan angin
menerpanya, petrus mulai takut dan kuatir, sehingga dia tidak lagi
melihat Yesus dan mulai tenggelam. Pertus menyadari bahwa ia akan
tenggelam, Petrus berseru minta tolong kepada Yesus, maka Yesus segera
mengulurkan tangannya dan menolong Petrus.
Saudaraku yang di kasihi Tuhan Yesus, saya tidak tahu apa yang menjadi
persoalan saudara , tetapi percayalah bahwa apapun persoalan yang
melanda hidupmu saat ini, Yesus mengatakan,"jangan Takut, ini Aku"
pandanglah Aku, larilah kepadaKu, minta tolong kepadaKu. Yesus akan
segera mengulurkan tangan-Nya untuk menolong saudara . Mazmur 23:4
mengatakan: Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak
takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah
yang menghibur aku. Amin
Baca Terusannya »»  

Senin, 10 Oktober 2011

MENOLONG SEBAGAI GAYA HIDUP

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***

Nats: Galatia 6:1-10
Tujuan : Jemaat dapat memahami bahwa menolong orang lain merupakan gaya hidup jemaat yang sudah mengalami pembenaran/pemulihan di dalam Yesus Kristus.
Ibadah Minggu, 09 Oktober 2011: GKPB Cianjur
Oleh : Adrianus Pasasa, S.T, MA
Seorang ibu sebutlah namanya karni, dengan raut muka yang sedih sedang memikirkan kondisi suaminya yang sedang mengalami penyakit yang cukup serius. Ibu ini bermaksud mencari pinjaman untuk keperluan berobat suaminya. Ibu ini mencoba menghubungi beberapa teman dekat waktu kuliah dulu. Semua teman tidak dapat meminjamkan dengan berbagai alasan. Ibu ini tidak putus asa, dia terus berusaha demi kesembuhan suaminya. Ia berusaha meminjam kepada beberapa teman persekutuan kaum ibu di gereja, ia menghubungi beberapa ibu yang cukup dekat dengan dia. Diantaranya ibu dini, tetapi ibu dini berkata, maaf Karni kalau saat ini aku masih ada keperluan untuk bayar arisan, mungkin minggu depan baru aku bisa bantu kamu. Lain lagi dengan ibu efa, maaf ya karni, hari ini aku sudah janji dengan ibu endang untuk shopping, minggu depan aja ya saat gajian, aku akan bantu.
Karena tidak mendapatkan perawatan sebagaimana mestinya, akhirnya suami ibu karni meninggal dunia. Satu minggu kemudian, ibu dini, efa, endang datang berkunjung dan bermaksud memberikan pinjaman kepada ibu karni, akan tetapi dengan wajah sedih ibu karni menolaknya dan berkata, maaf teman-temanku, aku tidak dapat menerimanya, sudah terlambat karena suamiku sudah meninggal 5 hari yang lalu. Ibu dini, efa dan endang merasa sedih dan sangat menyesal mengapa waktu itu mereka tidak segera membantu, padahal mereka mempunyai kesempatan untuk melakukannya.
Saudaraku yang dikashi Tuhan Yesus, seringkali tanpa kita sadari ketika ada orang yang datang meminta batuan, kita menunda-nunda untuk memberikan bantuan dengan berbagai alasan dan berpikir apakah orang tersebt layak untuk ditolong, bahkan lebih ekstrim lagi bila dalam menolong orang lain kita selalu mengukur untung ruginya.
Pernahkan kita bertanya, mengapa kita ada di atas muka bumi ini?, mungkin ada yang menjawab untuk membahagiakan orang-orang lain. Kalau begitu untuk apa orang-orang lain itu ada di sini? "seorang akan yang lain" atau "saling" adalah salah satu ungkapan yang terutama dalam kekristenan. Oleh karena itu, menolong harus menjadi gaya hidup orang percaya/Kristen.
Mengapa menolong harus menjadi gaya hidup orang percaya?
1.       Menolong orang berarti kita sedang memenuhi Hukum Kristus
Mengapa dikatakan menolong orang lain sedang memenuhi hukum Kristus? Apa yang dimaksud dengan hukum Kristus? Hukum Kristus adalah mengasihi satu sama lain seperti Kristus mengasihi manusia (Yoh. 13:34, 1 Kor 9:21, 1 Yoh. 2:7-11, 4:10-12, 20-21). Para pengikut Kristus saling mengasihi karena mereka telah "dibenarkan"/diterima Allah dan telah menerima Roh Allah, bukan karena mereka ingin mendapat perkenan Allah.
Orang Kristen yang telah menerima Roh Allah akan dipimpin oleh Roh Kudus, sehingga mampu memikirkan orang-orang lain dan berusaha melayani/menolong orang lain. Orang Kristen yang dipimpin oleh Roh akan lebih mengutamakan orang lain dari pada dirinya sendiri supaya ia dapat menolong orang lain. Orang percaya yang dipimpin oleh Roh akan berusaha menolong saudara yang jatuh ke dalam dosa. Pada ayat pertama Paulus mengemukakan satu hipotesa tentang seorang percaya yang tiba-tiba tersandung  dan jatuh ke dalam dosa. Orang rohani akan berusaha memimpin saudara itu ke jalan yang benar di dalam kasih. Istilah memimpin ke jalan yang benar sama dengan memulihkan, yang dalam bahasa aslinya berarti "memperbaiki". Orang yang dipimpin oleh Roh menangani setiap perkara dengan lemah lembut dan kasih. Mendekati seorang saudara yang terjatuh ke dalam dosa dan berusaha menolong dia memerlukan kasih dan keberanian yang tidak sedikit. Apakah kita sanggup melakukannya?
2.       Menolong orang berarti  sedang menguji pekerjaan iman kita
Dengan menolong orang lain pekerjaan iman kita sedang diuji? Efesus 2:8-10 khususnya pada ayat 10 bahwa kita diciptakan untuk melakukan pekerjaan yang baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup didalamnya. Seperti apa pekerjaan yang baik itu? Pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang mendatangkan kemuliaan bagi Allah? diantaranya menolong orang lain. Mari kita melihat kehidupan kita, saat ini mungkin Tuhan telah memberi umur 20,30,50,60… atau lebih dari 60 tahun, apa yang telah kita perbuat yang mendatangkan kemuliaan bagi  nama Tuhan. Pada ayat 4 dikatakan baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri, jika pekerjaanmu mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan, maka engkau boleh bermegah di dalam Tuhan. Orang harus menguji pekerjaannya sendiri berdasarkan kehendak Allah dan bukan berdasarkan apa yang telah dicapai orang lain.
Jika kita menolong orang dengan motivasi yang salah, hal ini tidak mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan. Hal ini sama dengan menipu diri sendiri. Menganggap diri berarti padahal sama sekali tidak berarti. Allah maha tahu, sampai kedalaman hati kita, mengetahui motivasi kita…Allah tidak mau dipermainkan…menolong orang lain merupakan ungkapan syukur kita karena kita telah dibenarkan di dalam Kristus.
Tuhan Yesus memberikan suatu perbandingan orang yang memberi dengan motivasi yang tulus, seperti apa yang dilakukan oleh janda miskin, dia memberi dari kekurangannya, dia memebri dengan kerelaan hati….bagaimana sikap kita dalam menolong orang lain?
3.       Menolong orang lain berarti sedang menolong diri sendiri
Pada ayat 6 Paulus memberi satu gagasan supaya kita saling membagi berkat. Yang memberi pengajaran dalam Firman membagi kekayaan rohani, dan mereka yang menerima pengajaran hendaknya membagi kekayaan jasmani. Tetapi kita harus menyadari prinsip rohani yang ada dibalik gagasan ini. Allah memerintahkan supaya orang-orang percaya memberi bukan sekedar supaya para pendeta dan pengajar dan utusan injil dapat memenuhi keperluan jasmani mereka, tetapi juga supaya orang-orang yang memberi boleh memperoleh berkat yang lebih besar. Allah telah menetapkan bahwa  kita menuai apa yang kita tabur, tetapi Allah juga memberitahu kita supaya berhati-hati tentang di mana kita menabur. Dalam ayat-ayat yang kita bahas Paulus melihat bahwa benda-benda yang kita miliki dianggap sebagai benih, dan ia melihat dua macam tanah yang ada yaitu daging dan roh: kita dapat menggunakan benda-benda milik kita untuk mengikuti keinginan daging, atau untuk mengikuti keinginan Roh. Ingat, jika kita selesai menabur, kita tidak dapat mengubah hasil panen itu.
Uang yang ditabur dalam daging akan mendatangkan panen kejahatan (Gal 6:19-21), uang yang ditabur dalam Roh (misalnya untuk menolong orang yang berkekurangan, dipakai untuk pekerjaan Tuhan,dll) akan menghasilkan hidup, dan di dalam panen itu akan ada benih-benih yang dapat ditanam lagi untuk menghasilkan panen berikutnya, dan demikian seterusnya sampai kepada kekekalan. Kalau saja setiap orang percaya memandang kekayaan jasmaninya sebagai benih, dan menanamnya dengan semestinya, maka pekerjaan Tuhan tidak akan mengalami kekurangan. Namun sungguh menyedihkan bahwa banyak benih ditabur dalam daging dan tidak akan pernah dapat mendatangkan kemuliaan bagi Allah.
Kita akan menuai apa yang kita tabur, dan kita akan menuai sesuai dengan apa yang kita tabur. Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga (2 Kor 9:6). Orang percaya yang hidup oleh Roh dan menabur dalam Roh akan menuai panen rohani. Jika ia telah menabur banyak, maka ia akan menuai banyak, jika tidak di dalam hidup ini, pasti di dalam hidup yang akan datang.
Setelah memberi gagasan dan prinsip dibalik gagasan itu, Paulus memberi suatu janji (ayat 9): apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Dibalik janji tersembunyi suatu bahaya: menjadi jemu dalam pekerjaan Tuhan, lalu akhirnya menjadi lemah dan menghentikan pelayanan kita. Benih yang ditanam tidak berbuah segera..
Membagi berkat tidak hanya sekedar mengajarkan Firman Tuhan dan memberi harta milik kita. Membagi berkat juga berarti berbuat baik "kepada semua orang" (ayat 10). Dengan demikian terang kita bercahaya di depan orang dan memualiakan Bapa kita di Surga (Mat 5:16). Kita bersaksi kepada orang-orang sesat bukan hanya dengan perkataan, tetapi juga dengan perbuatan. Perbuatan kita menyiapkan jalan bagi kesaksian kita secara lisan. Sementara kita berbuat baik kepada semua orang, kita harus mendahulukan kawan-kawan kita seiman, yaitu persekutuan orang-orang percaya.
Jangan jemu-jemu berbuat baik, karena akan datang waktunya untuk menuai…
Contoh kasus: janda di sarfat (1 Raja 17:7-16), dia rela berbagi dalam kekurangannya VS orang kaya yang bodoh (Mat 12:16-20; Luk 18:18-22), hatinya hanya terpaku pada harta miliknya, sehingga ia tidak mampu untuk berbagi dengan orang lain.  Saudara yang di kasihi Tuhan Yesus, jika kita mau benar-benar mengambil komitmen untuk menjadikan menolong sebagai gaya hidup, maka percayalah jemaat akan terus bergerak menuju sasaran yaitu memuliakan nama Tuhan Yesus Kristus. Amin
 
Baca Terusannya »»  

Selasa, 04 Oktober 2011

PEMICU UNTUK BERGERAK MAJU

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Nats: KPR 2:41-47, 4:32-37
Tujuan : Jemaat dapat memahami bahwa ketika jemaat mengalami pemulihan, maka dampaknya akan luar biasa bagi hidup orang lain.
Renungan Ibadah Pemuda Remaja GPdI Pasir Nangka, 01 Oktober 2011
Oleh : Adrianus Pasasa, S.T, MA

Saudara yang di kasihi Tuhan Yesus, ketika kita melihat tayangan di televisi yang berhubungan dengan perang, apakah itu film tentang peperangan atau berita tentang peperangan. Di situ dapat kita saksikan bagaimana seorang tentara menggunakan senjata yang ada dalam genggaman tangannya. Ketika kita memperhatikan pada bagian gagang senjata, disitu di pasang satu alat pemicu, jika alat itu di tarik maka peluru yang ada dalam senjata itu akan melesat dengan kecepatan tinggi menuju kepada sasaran.
Demikian juga dengan kita sebagai orang percaya, untuk dapat bergerak  maju menuju sasaran yang ingin dicapai yaitu menjadi jemaat yang suka menolong. Tentu ada pemicu yang akan membuat kita bergerak maju. Jemaat yang dapat bergerak maju adalah jemaat yang sudah mengalami pemulihan, orang yang sudah mengalami pemulihan akan memiliki karakter (sifat-sifatnya) seperti Yesus Kristus. Dan sebaliknya orang yang belum mengalami pemulihan di dalam Yesus Kristus, tidak akan dapat bergerak maju. Orang yang sudah dipulihkan akan menjadi manusia yang baru dan meninggalkan manusia yang lama (Gal 19-21, Ef 4:20-29). Karakter apa saja yang harus dipulihkan (Markus 7:21-22) dan bagaimana supaya kita dapat dipulihkan: perlu kerinduan yang kuat untuk dipulihkan, perlu tindakan yaitu pertobatan dan ketaatan, dan mau di pimpin oleh Roh Kudus. Hasil dari pemulihan adalah menjadi ciptaan baru di dalam Yesus Kristus (2 Kor. 5:17).
Jemaat yang sudah mengalami pemulihan akan menjadi manusia baru, dia akan memiliki kasih dan kasih inilah yang akan menggerakkan dia melangkah maju untuk menolong orang lain. Dalam bacaan di atas kita dapat melihat bagaimana kehidupan jemaat mula-mula. Mereka selalu sehati, saling memperhatikan satu dengan yang lain, sehingga tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka, mereka tidak segan-segan menjual harta mereka untuk di bagikan kepada orang yang membutuhkan, dan mereka lakukan semua itu dengan tulus hati. Mengapa mereka melakukan semua itu, padahal Rasul-rasul tidak pernah memerintahkan untuk menjual harta mereka? semua itu tidak terlepas dari hasil pemulihan yang mereka alami,  mereka lakukan karena kegerakan hati mereka yang sudah dipulihkan oleh Yesus Kristus. Kehidupan jemaat mula-mula merupakan contoh nyata orang yang sudah mengalami pemulihan, bagaimana dengan kita yang hadir pada saat ini? Mungkin dalam hati kita mengatakan bahwa saya telah mengalami pemulihan, tetapi belum berbuat apa-apa atau tidak tahu mau berbuat apa?
Saudaraku yang dikashi Tuhan Yesus Kristus, salah satu hal yang dapat kita lakukan adalah menolong orang lain, dengan cara:
Memperhatikan kebutuhan orang lain
Salah satu hal yang dapat kita lakukan adalah memperhatikan kebutuhan orang lain. Ada satu kisah menarik tentang dua orang petani yang bersahabat. Yang seorang adalah petani yang berhasil dan kaya, memiliki rumah yang besar, istri dan tiga orang anak, sedangkan yang satu lagi miskin dan kekurangan. Ia tinggal sendirian di gubuk reotnya. Suatu malam di atas tempat tidurnya si kaya berpikir : "betapa kasihannya teman saya. Ia mungkin kekurangan makanan karena panennya gagal kali ini. Ia pasti kesepian di gubuknya seorang diri. Alangkah baiknya aku mengantarkan sejumlah beras untuknya agar ia mempunyai persediaan makanan yang cukup". Lalu malam itu pula berangkatlah ia mengantarkan beras ke rumah temannya yang miskin itu.

Pada malam yang sama itu pula si miskin berpikir di atas tempat tidurnya. "Kasihan teman saya. Ia mempunyai banyak beban. Ia harus bertanggung jawab menghidupi istri dan anak-anaknya, bahkan pembantu-pembantunya. Tentu kebutuhannya lebih banyak dari kebutuhanku yang seorang diri ini. Alangkah baiknya sedikit beras yang kumiliki ini kuantarkan ke rumahnya agar dapat menolongnya". Maka berangkatlah si miskin mengantar beras ke rumah temannya si kaya. Di tengah jalan berjumpalah mereka, dan mereka saling menceritakan pikiran serta tujuannya masing-masing, maka berpelukanlah mereka sambil menangis karena merasakan kasih yang sungguh-sungguh tulus di antara mereka.

Apa yang dilakukan jemaat mula-mula, mereka saling memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Karena mereka saling memperhatikan, jadi di antara mereka tidak ada yang berkekurangan. Seringkali hal yang menjadi penghambat sehingga kita kurang peduli dengan orang lain, adalah rasa egois dan mementingkan diri sendiri, mencari keuntungan sendiri tanpa memikirkan kepentingan orang lain (1 Yoh 3:17; 1 Kor 13:4-5; Fil 2:3-4). Pada waktu makan bersama, apakah saudara memikirkan orang lain? Atau saudara mengambil makanan tanpa mempedulikan apakah yang lain akan kebagian atau tidak? (Bdk. 1 Kor 11:20-22). Kalau ada saudara seiman yang menderita (sakit, miskin, problem keluarga, musibah, dsb), apakah saudara peduli atau acuh tak acuh?

Menolong orang lain dengan ketulusan hati
Ketika kita menolong orang lain, hendaknya kita melakukan dengan penuh ketulusan hati, tanpa mengharapkan imbalan (Kis. 2:44; 4:32). Ada banyak orang yang menolong orang lain tetapi motivasinya keliru. Ada yang ingin dipuji, ada yang ingin mendapat balasan, dll. Ada juga yang menolong orang lain tetapi sewaktu-waktu dapat mengungkit-ungkit pertolongan itu. Ini namanya pertolongan/kasih yang tidak tulus. Contoh nyata tentang ketulusan dapat kita lihat pada waktu  Yesus membuat mujizat air menjadi anggur di pesta kawin di Kana (Yoh 2). Ia menolong tanpa menonjolkan diri-Nya sehingga yang dipuji justru adalah mempelai laki-lakinya. Saudara yang di kasihi Tuhan Yesus, berikanlah kasihmu dengan tulus tanpa mengharapkan imbalan. Kalau kita mengasihi dan menolong dengan tulus maka upah kita akan datang dari Bapa di Sorga (Mat 6:4).

Dampak dari orang yang sudah mengalami pemulihan di dalam Yesus Kristus sungguh luar biasa, perhatiannya bukan lagi tertuju kepada dirinya sendiri, tetapi bagaimana ia berbagi dengan orang lain….menganggap orang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri (Filipi 2:3). Ketika kita mau berbagi dengan orang lain, apa yang menjadi janji firman Tuhan akan di genapi dalam kehidupan kita (Amsal 28:27; 19:17).
Saya akhiri renungan ini dengan sebuah cerita, retreat pemuda….. Ada sekelompok pemuda gereja yang mengadakan acara retreat di dekat areal air terjun. Topik yang mereka bahas adalah hal mengasihi. Pemimpin kelompok itu meminta masing-masing orang untuk memberikan pendapatnya tentang apa itu kasih. Hampir semua orang mengemukakan pendapatnya tentang apa itu kasih. Tetapi, ada seorang pemuda yang rupanya sangat pemalu sehingga dari awal hingga akhir ia sama sekali tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia tidak memberikan / mengemukakan definisi kasih menurutnya. Walau didesak, tetap ia tak menjawab sepatah kata pun. Tiba-tiba dari kejatuhan terdengar suara "tolong….tolong….tolong…". Mereka semua berlarian ke arah suara itu dan ternyata ada seorang anak yang jatuh ke dalam air terjun itu. dibutuhkan seseorang untuk dapat menyelamatkannya. Sekonyong-konyong pemuda tadi yang terdiam selama diskusi tentang kasih melepaskan bajunya dan meloncat ke dalam air terjun itu dan menyelamatkan orang yang tenggelam itu sedangkan semua temannya yang tadi memberikan definisi kasih secara panjang lebar tak berani melakukan apa pun. Dari cerita ini, kita dapat melihat bahwa kasih tidak hanya dinyatakan dalam bentuk rumusan dan definisi tetapi kasih juga harus dinyatakan dengan tindakan yang nyata. Amin.
Baca Terusannya »»  

Minggu, 25 September 2011

PERGI DAN SAKSIKAN

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Nats: Markus 5:1-20
Tujuan: Supaya jemaat memahami bahwa pemulihan yang diberikan Tuhan, harus disaksikan supaya melalui kesaksian itu, orang lain mengenal dan mau datang kepada Tuhan Yesus.
Renungan: Ibadah Misi GPdI Pasir Nangka, Minggu 25 September 2011
Oleh: Adrianus Pasasa

Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, saya mau bertanya: "apakah saudara pernah mengalami pertolongan Tuhan selama saudara hidup di dunia ini? Saya percaya kita semua pernah mengalami pertolongan Tuhan dalam hidup ini. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah saudara pernah menyaksikan pertolongan Tuhan itu kepada orang lain. Dalam bacaan kita pada hari ini, kita seseorang yang mengalami pertolongan dari Tuhan Yesus dan bagaimana ia menyaksikan pertolongan itu, sehingga banyak orang heran dan percaya kepada Tuhan Yesus.

Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, kejadian ini terjadi saat Tuhan Yesus baru saja meredakan angin ribut yang sedang menghadang perjalanan Tuhan Yesus bersama-sama dengan murid-Nya menuju ke seberang yaitu ke daerah Garasa.  Dalam peristiwa ini Tuhan Yesus berjumpa dengan roh-roh jahat yang menguasai tubuh seseorang di Gerasa. Ketika mereka sampai di daerah orang Garasa, baru saja Tuhan Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari daerah pekuburan. Orang yang kerasukan roh jahat ini diam di kuburan, siang malam ia berkeliaran dipekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. Walaupun dia sudah diikat dengan rantai dan dibelenggu dengan rantai, tetapi rantainya diputuskan dan belenggunya dimusnakannya. Karena begitu kuatnya roh jahat yang menguasai tubuhnya sehingga seorang pun tidak ada yang kuat menjinakkan dan dapat mengendalikan dia.

Namun, menarik jika kita mengamati apa yang terjadi ketika ia berjumpa dengan Tuhan Yesus. Ketika ia melihat Yesus dari jauh, ia berlari mendapatkan Yesus lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak, "apa urusanMu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah yang Mahatinggi? Demi Allah jangan siksa aku.  Ini menarik, karena kita melihat bahwa roh jahat yang ada dalam tubuh orang ini, mengakui bahwa Yesus adalah anak Allah yang Mahatinggi. Roh jahat  meminta supaya mereka tidak  diusir dari daerah itu, mereka meminta supaya pindah ke dalam babi-babi yang sedang mencari makan. Yesus bertanya kepada orang itu, siapa namamu? Jawabnya namaku Legion, karena kami banyak. Jika dalam pasukan Romawi 1 legion sama dengan 6000 orang. Bias dibayangkan berapa betapa kuatnya roh jahat menguasai orang itu. karena banyaknya roh jahat yang mengusai diri orang ini, sehingga tidak dapat dikendalikan oleh siapa pun. Sesuai dengan permintaan mereka, roh jahat itu pindah ke dalam babi-babi itu yang kira-kira jumlahnya 2000, babi-babi itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya. Penjaga-penjaga babi itu lari dan menceritakan kejadian yang baru saja mereka lihat ke kampung-kampung sekitarnya. Apa respon orang-orang yang mendengar kejadian itu? Mereka mendesak supaya Yesus meninggalkan daerah mereka. Saudaraku, seringkali kita juga seperti itu, Yesus datang untuk menolong, bukannya kita sambut, bukannya kita membuka hati, tetapi sebaliknya kita mengusir Yesus untuk menjauhi hidup kita.

Saudaraku, apa yang terjadi dengan orang yang dikuasai roh jahat itu? Orang yang kerasukan roh jahat itu duduk, dia sudah berpakaian dan sudah waras atau dengan kata lain ia sudah mengalami pemulihan. Apa yang dapat kita pelajari dari kisah ini? Satu hal yang kita lihat bahwa hanya Yesus yang sanggup untuk menolong orang ini. Di atas dikatakan bahwa tidak seorang pun yang sanggup mengendalikan orang ini. Tetapi ketika ia mengalami perjumpaan dengan Yesus, Yesus memberikan pemulihan kepadanya. Roh-roh jahat yang menguasai dirinya, telah takluk di kaki Tuhan Yesus.

Bagaimana dengan kita yang hadir saat ini, apakah ada persoalan yang begitu berat yang rasanya tidak ada seorang pun yang mampu menolong kita untuk keluar dari persoalan itu. Saudaraku, seberat dan sesusah apa pun keadaan kita, tetapi percayalah ketika saudara mau lari kepada Yesus, mau menjumpai Yesus. Semua bebanmu akan diangkat oleh Tuhan Yesus, dan hidupmu akan dipulikan-Nya. Saya tidak tahu apa yang menjadi persoalan saudara saat ini, mungkin ada di antara kita yang mengalami kegoncangan ekonomi, persoalan keluarga, hubungan yang tidak harmonis, belum mendapatkan pekerjaan, masalah pendidikan, dan masa lainnya yang sedang membelenggu dan mengikat kita. Hanya Yesus yang sanggup membawa engkau keluar dari setiap masalah dan persoalanmu. Perhatikan perubahan apa yang terjadi ketika orang yang kerasukan roh jahat berjumpa dengan Yesus. Roh jahat meninggalkan tubunya dan hidupnya dipulihkan seutuhnya. Apakah saudara juga mau dipulihkan? Kuncinya lari kepada Yesus, dan Yesus akan menjadi jawaban bagi persoalanmu.

Selanjutnya kita melihat bahwa setelah orang yang kerasukan roh jahat disembuhkan, orang itu meminta supaya ia diperkenankan menyertai Yesus. Tetapi Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Yesus menyuruh orang itu untuk pulang kerumahnya, kepada orang-orang sekampungnya, untuk memberitahukan kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat Tuhan Yesus atas dirinya dan bagaimana Tuhan Yesus telah mengasihinya. Tuhan Yesus menghendaki supaya orang ini, menyaksikan kepada keluarganya dan kepada orang-orang terdekatnya, bahwa ia memperoleh kesembuhan karena pekerjaan Tuhan Yesus. Melalui kesaksiannya orang akan mengenal Yesus sebagai penguasa di atas segala penguasa, termasuk roh jahat yang telah menyiksanya selama ini.

Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, demikian juga dengan kita yang sudah mengalami pertolongan dari Tuhan Yesus, mungkin ekonomi kita sudah dipulihkan, sembuh dari sakit penyakit, mendapat pekerjaan, hubungan yang kembali harmonis, dan lain sebagainya. Pemulihan itu harus kita saksikan kepada suami, istri, anak, keluarga, orang-orang sekampung. Sehingga melalui kesaksian kita nama Yesus di kenal dan ditinggikan. Ketika kita menyaksikan pertolongan Tuhan dalam hidup kita kepada orang lain, hasilnya adalah akan semakin banyak orang yang mengenal dan datang kepada Tuhan Yesus dan menjadikan Yesus sebagai satu-satunya Juruselamat pribadinya.

Kisah gadis kecil dalam 2 Raja-raja 5, kesaksiannya yang sederhana tetapi dapat membawa peristiwa yang agung yaitu kesembuhan Naaman. Tuhan juga mau pakai kesaksian kita supaya orang lain juga dapat mengenal Yesus. Ingat kesaksian kecil dapat mendatangkan hal yang luar biasa. Kesaksian kecil dapat membawa orang kepada keselamatan. Amin
Baca Terusannya »»  

Jumat, 16 September 2011

TUBUHKU INI MILIK SIAPA?

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Renungan Doa Pemuda GPdI PasirNangka Ciranjang
Senin, 29 Agustus 2011
Nats: 1 Korintus 6:12-20
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, jika anda ke toko dan membeli suatu barang. Setelah membayar barang itu maka barang itu berpindah kepemilikan, dari yang punya toko kepada pembeli. Kalau barang itu dapat berbicara, mungkin dia akan bertanya "aku ini milik siapa?". Dalam nast pembacaan kita apda hari ini, dapat kita melihat bahwa sebagai orang percaya kepada Yesus, kita telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Pertanyaannya, siapa yang telah membeli kita? dan kita dibeli dari mana?
Dulunya kita adalah milik dunia, dimana kecenderungannya adalah melakukan hal-hal yang melawan kehendak Tuhan. Numun, karena begitu besar kasih Allah kepada kita, maka Ia sendiri datang ke dunia untuk membeli kita dengan harga yang mahal, yaitu membebaskan kita dari belenggu dosa melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Tidak ada seorangpun yang mampu membebaskan kita dari tawanan dunia ini (keberdoasaankita). Hanya Tuhan Yesus yang mampu melakukan pembebasan itu, dan semua telah dibayar dengan lunas melalui pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib.
Karena telah dibeli dan harganya telah dibayar dengan lunas, maka kita sekarang adalah milik Yesus Kristus, bukan milik dunia lagi. Kepemilikan itu telah berpindah dari milik dunia kepada milik Yesus Kristus. Sebagai milik Yesus Kristus, tugas kita adalah memuliakan Allah. menjadi milik Yesus, berarti hidup kita telah diubahkan menjadi hidup yang baru, hidup yang baru berarti hidup yang memuliakan Allah. Dalam pembacaan kita pada hari ini, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan supaya hidup kita dapat mempermuliakan Allah, seperti:
1.       Belajar untuk tidak membiarkan diri kita diperhamba oleh apapun. Rasul Paulus mengingatkan di dalam ayat 12, segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh sesuatu apapun. Jadi sebagai milik Yesus, jangan kita mau diperhamba oleh apapun di dunia ini. Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, seorang bapak membeli sebuah mobil baru yang cukup bagus, sejak memiliki mobil baru itu perhatiannya seakan-akan sepenuhnya tertuju kepada mobil itu. Sering kali dia lupa makan hanya karena mengurusi mobil baru itu, bahkan waktu-waktu doanya berkurang, karena pikirannya telah terbagi dengan mobil baru itu.
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, bukankah sering kali kita juga jatuh dalam hal demikian, kali tanpa kita menyadari pikiran dan hidup kita diperbudah oleh tawaran dan kenyamanan dunia ini. tanpa kita sadari kita telah diperbudak oleh pekerjaan, model, gaya hidup, dan tanpa kita sadari televise telah memperbudak hidup kita, tanpa nonton televise rasanya ada sesuatu yang kurang dalam hidup ini. Coba saudara praktekkan satu minggu tidak menyalakan televisi, kira-kira apa yang terjadi? Sering kali ketika hidup kita lagi menghadapi masalah, bukan mencari Tuhan, tetapi sering kali televisi sebagai pelarian untuk memperoleh penghiburan.
Kalau kita berkomitmen untuk tidak diperhamba oleh apapun juga di dunia ini, maka tubuh kita pun akan mempermuliakan Allah. Kita akan menjauhkan tubuh kita dari percabulan, hawa nafsu dunia ini. Karena Tubuh kita telah menjadi milik Yesus Kristus, maka sekali-kali tidak akan diserahkan kepada percabulan. Tuhan akan memberikan kemampuan kepada kita untuk menyadari bahwa tubuh ini adalah milik Yesus, di mana Roh Kudus diam didalamnya. Kita akan menyadari bahwa tubuhku bukan milikku sendiri, tetapi sudah menjadi milik Allah.
2.       Mengikatkan diri pada Tuhan. Dalam ayat 17 dikatakan bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu Roh dengan Dia. Ketika kita telah mengikatkan diri dengan Yesus, maka kita telah menjadi satu dengan Yesus Kristus. Jangan kita beranggapan bahwa kita telah mengikatkan diri dengan Yesus, maka kita bebas melakukan apa saja sesuka hati kita. Kalau pemikiran kita masih seperti itu, maka kita masih seperti jemaat di Korintus, di mana Jemaat di Korintus memiliki pemahaman bahwa mereka telah ditebus oleh Yesus Kristus, maka mereka bebas melakukan apa saja, termasuk dosa seksual tidak jadi problem. Saudarku yang dikasihi Tuhan Yesus, seseorang yang telah mengikatkan dirinya dengan Yesus, tidak akan pernah jauh dari Yesus.
Jika saudara jalan-jalan di taman kota, coba perhatikan kalau ada yang membawa anjing peliaraan, anjing tersebut akan diikatkan rantai pada lehernya dengan tujuan pemiliknya dapat mengendalikan anjng tersebut. Jika anjing itu mau lari, maka tidak bisa lari jauh-jauh karena akan ditarik oleh pemiliknya. Jadi seluruh keberadaan anjing itu dibawah kendali pemiliknya. Demikian juga dengan kita yang telah menjadi milik Yesus Kristus, seluruh keberadaan hidup kita dibawah kendali Tuhan Yesus sebagi Sang Pemilik. Kita tidak bisa berjalan sendiri, karena kita akan dikendalikan oleh Sang Pemilik yaitu Yesus Kristus. Ketika hidup kita telah terikat kepada Yesus, maka hidup ini akan dipenuhi dengan sukacita, karena seluruh hidup kita akan dipelihara oleh Yesus Kristus.
Saudara yang di kasihi Tuhan Yesus, pertanyaan bagi kita semua bagaimana dengan kita, apakah hidup kita masih diperhamba oleh dunia ini? apakah hidup kita sudah terikat pada Yesus Kristus? hanya saudara yang mengetahui! Tetapi percayalah, jika saudara belajar untuk tidak diperhamba oleh dunia ini, dan mau mengikatkan diri pada Yesus Kristus, maka hidup saudara akandipenuhi dengan sukacita yang dari Tuhan Yesus, karena Dia akan menjadi pengendali seluruh hidup saudara. Amin.
Baca Terusannya »»  

Selasa, 09 Agustus 2011

Tanpa Tuhan Segala Sesuatu Akan Sia-Sia

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Khotbah Malam Pujian dan Penyembahan (MPP) Palalangon.
Selasa, 02 Agustus 2011
Nats: Mazmur 127:1-3

Oleh: Adrianus Pasasa

Tanpa Tuhan dikatakan segala sesuatu akan sia-sia, kenapa sia-sia?

1. Yesus adalah dasar dari segala sesuatu
Segala sesuatu akan berhasil jika didasari dengan Tuhan, segala sesuatu harus dimulai di dalam Tuhan, segala sesuatu akan berhasil jika Tuhan diijinkan turut campur tangan. Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, alangkah indahnya jika kita menyertakan Tuhan di dalam memulai hari yang baru. Sebelum melakukans egala sesuatu, kita datang kehadirat Tuhan, bersekutu dengan Tuhan, mendengar suara-Nya. saya yakin dan percaya jika saudara dan saya memulai hari yang baru bersama Tuhan, maka sepanjang hari itu pasti akan diwarnai dengan sukacita. Demikian juga dengan memulai suatu pekerjaan, jika kita memulai bersama Tuhan, maka pekerjaan itu akan dibuat berhasil oleh Tuhan. Membangun suatu rumah tangga, jika rumah tangga seseorang di bangun di atas dasar Yesus Kristus, maka rumah tangga kita akan langgeng walaupun sewaktu-waktu mengalami badai. Namun jika tidak dibangun diatas Yesus Kristus, maka rumah tangga yang kita bangun akan mengalami kesia-siaan. Ataukah kita membangun suatu usaha, kalau tidak dimulai bersama Tuhan Yesus, maka usaha kita akan mengalami kesia-siaan. Mungkin saja satu,dua bulan kelihatan lancer, tetapi seterusnya akan mengalami kerugian. Firman Tuhan katakana di dalam Mazmur 127, jikalau bukan Tuhan yang membangun, sia-sialah usaha orang yang membangunnya. Tanpa Tuhan, apapun yang kita lakukan atau usahakan akan mengalami kesia-siaan. Di dalam Yakobus 4: 13-15, dituliskan hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." Seringkali kita merasa hebat, sehingga lupa melibatkan Tuhan. Kata firman Tuhan hidup kita sama seperti uap, yang rapuh, hanya kelihatan sebentar lalu lenyap. Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, tanpa Tuhan hidup kita akan sia-sia, marilah kita belajar menyertakan Tuhan dalam hidup dan segala rencana kita. Kita boleh saja merencanakan banyak hal, tetapi tanpa menyertakan Tuhan semua akan sia-sia. Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHANlah yang terlaksana (Amsal 19:21). Marilah kita menyerahkan semua rencana kita kedalam tangan Tuhan, supa semuanya dapat terlaksana dengan baik. Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu (Amsal 16:3).

2. Tuhan Yesus adalah pemilik dan mengatur segala sesuatu.

Karena Dia adalah pemilik, maka Dia berhak mengatur segala sesuatu. Hidup saudara dan saya Tuhan Yesus yang atur, jadi kita tidak bisa hidup seenak perut kita. Demikian juga dengan rejeki kita, semuanya sudah diatur oleh Tuhan Yesus, termasuk masa depan kita, semua sudah diatur. Karena kita adalah milik kepunyaan-Nya, dan Dia yang mengatur segala sesuatu, maka persoalan hidup, masa depan tidak perlu lagi dikuatirkan, karena Dia yang mengatur segala sesuatu, termasuk hidup saudara dan saya.

Saudara yang dikasihi di dalam Yesus Kristus, seorang pemilik pasti mengetahui apa yang dimilikinya. Demikian juga dengan Tuhan Yesus Sang pemilik alam semesta ini, termasuk manusia ciptaan-Nya yang paling mulia. Tuhan Yesus tahu benar setiap hati manusia kepunyaan-Nya. Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia (2 Tawarik 16:9). Tuhan Yesus mengetahui setiap hati manusia, maka Tuhan Yesus tahu siapa yang akan diberkati-Nya. Dalam ayat 2, dikatakan: Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah -- sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur. Menjadi pertanyaan, siapa yang dicintai-Nya, apakah saudara dan saya termasuk orang yang dicintai-Nya. Untuk mengetahui apakah kita termasuk orang yang dicintai-Nya, maka berikut ini ada beberapa cirri orang yang dicintai-Nya:

• Orang yang dicintai-Nya adalah orang yang takut akan Tuhan (Amsal 1:7). Dikatakan, takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan.

- Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang merenungkan Taurat siang dan malam (Mazmur 1:1-3). Contoh Yusuf (Kej. 29:2,23)

- Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang tidak mengandalkan kekuatannya sendiri (Yer. 17:5-8; Yes. 31:1-3)

Saudaraku yang dikasihi oleh Tuhan Yesus, apapun yang kita lakukan, tanpa dimulai dengan Tuhan, maka semuanya akan menuju kepada kesia-siaan. Sebaliknya, apabila kita memulai segala sesuatu bersama dengan Tuhan, hal ini membuktikan bahwa kita adalah orang yang takut akan Tuhan. Karena kita dalah orang yang takut akan Tuhan, maka kita selalu merenungkan Firman-Nya setiap saat, dan Firman-Nya terus mengingatkan kita untuk selalu bersandar kepada-Nya, tidak mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi mengandalkan Tuhan Yesus dalam setiap aspek kehidupan kita. Amin

Baca Terusannya »»  

Sabtu, 30 Juli 2011

Panggilan Menjadi Hamba Tuhan adalah Panggilan yang Istimewa

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Khotbah Pembukaan Orientasi Pengenalan Kampus
STT SAPPI, Rabu 27 Juli 2011
Nats: Galatia 1:1-5

Oleh: Adrianus Pasasa

Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, numpang Tanya kepada calon mahasiswa baru, kira-kira apa yang menjadi cita-citamu? Coba kita berkata jujur apa benar cita-cita kita menjadi hamba Tuhan?

Berbicara tentang panggilan, setiap orang mempunyai panggilan yang sama, yaitu panggilan pertobatan untuk menerima keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus dan panggilan pelayanan untuk menjadi penjala manusia (Matius 4:19). Untuk panggilan pelayanan, ada yang dipanggil dengan memberikan respon melayani sepenuh waktu menjadi pendeta, penginjil, atau pekerja gereja, tetapi juga ada yang memberikan respon melayani paruh waktu, artinya masih bekerja di dunia sekuler dan selebihnya untuk melayani pekerjaan Tuhan. Saya percaya kita yang hadir di tempat ini meresponi panggilan Tuhan untuk melayani sepenuh waktu.

Pertanyaan bagi kita semua, apakah saya benar dipanggil? Untuk menguji apakah kita dipanggil Tuhan dengan sepenuh waktu, maka waktu itu sendiri akan menguji kita, apakah kita sepenuh waktu atau tidak. Yang terpenting adalah Full heart (sepenuh hati)

Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, panggilan menjadi Hamba Tuhan adalah panggilan yang istimewa, dikatakan istimewa karena:

1. Panggilan itu bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, tetapi panggilan itu oleh Yesus Kristus dan Allah.

Rasul Paulus menulis surat ini untuk meyakinkan jemaat di Galatia bahwa Ia sungguh-sungguh adalah seorang rasul Yesus Kristus, bahwa panggilannya benar-benar dari Yesus Kristus dan apa yang ia beritakan adalah satu-satunya berita yang benar yang berasal dari Yesus Kristus. Paulus memahami panggilannya yang istimewa, sehingga ketika menghadapi jemaat di Galatia yang meragukan pengajarannya, meragukan jabatan kerasulannya. Paulus tidak membuktikan panggilannya dan kerasulnya dengan berkata: “Aku telah menyelesaikan jenjang pendidikan tertinggi dalam Ilmu Teologi, karena aku belajar dari professor Gamaliel. Paulus tidak membuktikan dengan pendidikan tingginya, pengetahuan filsafat, tetapi Paulus pertama-tama membuktikan otoritasnya dengan panggilannya menjadi rasul. Mengapa Paulus memulai dengan menjelaskan panggilannya? Karena ia tahu benar panggilan menjadi rasul, panggilan menjadi penginjil, panggilan menjadi hamba Tuhan adalah panggilan yang istimewa.

Dari Paulus, seorang rasul bukan karena manusia, Paulus menunjukkan bahwa asalnya atau datangnya panggilan Paulus sebagai rasul bukan dari manusia. Bukan manusia yang menetapkan Paulus menjadi rasul. Bukan dirinya sendiri yang menetapkan dirinya menjadi rasul. Bukan rasul-rasul yang lain di Yerusalem yang menetapkan dirinya menjadi rasul, dan juga bukan orang-orang Kristen yang menetapkan dirinya menjadi rasul. Saat ini banyak hamba Tuhan yang mengklaim dirinya dipanggil oleh Allah, padahal mereka diangkat oleh manusia. Waktulah yang akan menentukan mana yang “asli” dan mana yang “palsu”.

Pangilan paulus bukan oleh seorang manusia, hal ini menunjukkan bahwa datangnya kerasulan Paulus bukan melalui manusia. Kerasulan diperoleh bukan melalui sidang rasul-rasul di Yerusalem. Kristus sendiri yang mengangkat Paulus secara langsung menjadi rasul.

Ketika saya menghubungi teman-teman di daerah saya selalu mengatakan, cari anak-anak yang benar-benar punya panggilan menjadi hamba Tuhan. Jangan hanya karena orang tuanya tidak mampu untuk membiayai kuliah dan kita menyarankan untuk sekolah teologi, padahal ia sama sekali tidak punya panggilan untuk jadi hamba Tuhan. Seringkali kita terpaksa masuk sekolah teologi karena tidak ada pilihan lagi. Jelas ini bukan panggilan dari Tuhan. Ada orang yang mau menjadi hamba Tuhan dan sekolah teologi, karena setelah tamat SMU tidak bisa mencari pekerjaan yang layak, ataupun tidak memiliki biaya untuk melanjutkan kuliah. Oleh sebab itu pilihan yang tersisa adalah sekolah teologi, karena banyak STT memberikan beasiswa penuh kepada mahasiswanya. Ada juga yang ingin menjadi hamba Tuhan karena melihat hamba-hamba Tuhan di kota-kota besar kelihatannya hidupnya lebih baik, tidak sedikit hamba Tuhan yang memiliki mobil, atau bahkan mobil mewah. Jika hal ini yang memotivasi saudara menjadi hamba Tuhan dan bukan oleh karena panggilan Tuhan, maka lebih baik saudara meninggalkan tempat ini. Tuhan tidak memanggil saudara, saudara hanya akan menjadi gembala upahan dan bahkan mungkin penyesat.

Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, kita berdoa mudah-mudahan di tempat ini semua mendapat panggilan dari Tuhan. Oleh karena itu, kita yang ada di tempat ini harus menyadari bahwa kita melayani Tuhan bukan karena dipanggil oleh manusia, bukan karena kehendak kita sendiri, tetapi saudara ada di tempat ini saat ini karena Tuhan yang memanggil saudara dan saya. Paulus menegaskan bahwa kerasulannya datang bukan dari manusia, bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah.

2. Dikatakan istimewa karena panggilan itu sudah ada sebelum orang itu dilahirkan.

Allah memanggil orang-orang pilihan-Nya berdasarkan kehendak-Nya, bahkan sebelum mereka dilahirkan (Roma 9:10-11). Sebab waktu anak-anak itu belum lahir atau belum melakukan yang baik dan yang jahat, supaya rencana Allah tentang pemilihannya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilannya.

3. Dikatakan istimewa karena panggilan itu didasarkan atas kasih karunia bukan pada perbuatan.

Panggilan adalah kehendak Allah, tidak didasarkan pada perbuatan baik atau jasa-jasa seseorang. 2 Tim 1:9. Saya pikir kalau panggilan berdasarkan perbuatan, maka tidak ada yang layak menjadi hamba Tuhan. Mungkin ada di antara kita yang mempunyai masa lalu yang kelam, tetapi Tuhan tidak melihat masa lalu saudara, karena Tuhan memilih saudara berdasarkan kasih karunia-Nya, bukan berdasarkan perbuatan saudara.

4. Dikatakan istimewa karena panggilan itu akan merubah corak hidup yang dipanggil-Nya.

Panggilan Ilahi akan merubah pandangan hidup, standar hidup, cara berbicara, gaya hidup dan pergaulan orang yang dipanggil-Nya. Paulus kehidupannya sangat berbeda saat menerima panggilan Tuhan. Orang yang memiliki panggilan Ilahi dalam dirinya akan berpikir dan bekerja lebih keras daripada orang lain. Tidak akan sama seperti dulu dan harus rela kehilangan hal-hal yang baik demi hal-hal yang terbaik. Efesus 4:1

Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, karena panggilan menjadi hamba Tuhan adalah suatu panggilan yang istimewa maka panggilan itu harus dijaga dan dikerjakan seumur hidup kita. Panggilan itu tidak hanya dikerjakan pada saat kita masuk sekolah teologi, tetapi panggilan itu harus terus dijaga dan dikerjakan sampai ajal menjemput kita. Jika saudara dan saya bena-benar mendapat panggilan istimewa ini, maka jangan pernah lari dari panggilan. Orang yang lari dari panggilannya akan mengalami kehidupan yang payah dan terombang-ambing. Alkitab menceritakan Yunus yang lari dari panggilannya. Yunus adalah manusia biasa, sama seperti kita, sama-sama memiliki kelemahan. Yunus lari dari panggilannya dan kehidupannya mulai susah, ketika ia berserah Tuhan meluruskan kembali jalannya. Kita tidak bisa lari dari panggilan apapun alasannya. Kita harus melakukan panggilan sorgawi sampai mati. 2 Petrus 1:10

Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, ketika Billy Graham diminta untuk mencalonkan diri menjadi presiden Amerika serikat, ia memberikan jawaban yang begitu indah, ia berkata bahwa jika ia menjadi presiden beberapa waktu kemudian ia akan dipensiunkan, namun jika ia menjadi hamba Tuhan, ia akan tetap melayani seumur hidup. Pernyataan Billy Graham ini menunjukkan suatu kesadaran bahwa panggilan menjadi hamba Tuhan adalah panggilan yang agung, panggilan yang istimewa.
Baca Terusannya »»  

Senin, 18 Juli 2011

Ladang sudah menguning dan matang untuk dituai

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Ibadah Umum GPdI Pasir Nangka Ciranjang-Cianjur, Minggu 17 Juli 2011
Nats: Yohanes 4:31-42
Oleh: Adrianus Pasasa

Untuk melihat ladang yang menguning, seorang petani terlebih dahulu mengolah ladang, mencangkul, membersikan rumput, menggemburkan tanahnya baru ditaburi dengan benih. Tidak hanya sampai di situ, langkah selanjutnya adalah memelihara benih yang sudah ditabur supaya tidak dimakan burung atau dirusak oleh binatang yang lain. Setelah benih bertumbuh, benih tersebut membutuhkan pemeliharaan supaya dapat bertumbuh dengan baik. Dengan berjalannya waktu benih itu akan mengalami pertumbuhan dan akhirnya menguning dan matang untuk di tuai.
Dalam Yohanes 4:35 Tuhan Yesus berkata kepada murud-Nya: Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. Murid-Nya tidak peka melihat orang banyak yang mengikut Tuhan Yesus, murid-Nya tidak melihat kerinduan orang banyak untuk datang kepada Yesus. Tetapi Yesus melihat bahwa orang-orang yang mengikut-Nya sudah siap untuk di panen.
Pertanyaannya bagi kita orang percaya: ladang yang mana dan siapa penuainya?
Syarat untuk menuai, tentu harus ada ladang, kemudian ladang itu diolah, dipelihara, matang baru bisa dituai. Sebagai orang percaya yang sudah mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan Yesus, ladang itu sudah ada yaitu dunia, tugas kita sebagai orang percaya adalah mempersiapkan ladang untuk ditaburi dengan benih Firman Tuhan (Injil). Dalam konteks saat ini, beberapa cara dapat kita pakai untuk menabur benih Injil.
a.       Hal pertama yang dapat kita lakukan adalah memiliki kepekaan terhadap keadaan, kita harus peka melihat keadaan seseorang/apa yang dirasakan seseorang. Di tengah kondisi bangsa yang sedang “sakit”, banyak orang yang mengalami kesepian, kurang kasih sayang, kurang perhatian, sakit hati, tertekan, kecewa, diperlakukan tidak adil, dll. Apa yang dapat kita perbuat ketika melihat kondisi seperti ini? Kita harus melihat bahwa penyebab semua itu karena rohani mereka mengalami gangguan (lagi sakit), tawarkan Yesus sebagai jawaban bagi kebutuhan mereka, terutama kebutuhan akan perdamaian dengan pencipta mereka (akibat dosa). Ketika mereka mengalami perdamaian dengan penciptanya, maka mereka juga akan mengalami perjumpaan dengan Yesus. Rohani mereka akan dipulihkan dan kehidupan jasmani merekapun akan ikut dipulihkan.
b.      Hal kedua yang dapat kita lakukan adalah menjadi saksi (bersaksi). Bersaksi  tidak hanya dibatasi pada membicarakan fakta-fakta Injil kepada orang yang belum percaya, atau sebaliknya hanya menampakkan perbuatan sebagai orang Kristen di mata orang lain. Bersaksi yang sebenarnya adalah baik perbuatan maupun perkataan terjalin menjadi satu dan tak terpisahkan dalam bersaksi.
·   Contoh: orang lain harus diberitahu siapa yang membuat hidup kita begitu berbeda, hidup kita akan menerangi kebenaran yang kita sampaikan,  kesaksian kita harus memiliki dua sayap yaitu: hidup kita (perbuatan) dan bibir kita (perkataan)
·   Isi berita kesaksian yang kita sampaikan adalah Kristus dan Allah, bukan perjalanan iman kita. Subyek pemberitaan kita adalah kebenaran mengenai Pribadi Yesus Kristus (2 Kor. 5:19). Kesaksian kita perlu dievaluasi, berapa % tentang Kristus dan berapa % membicarakan tentang diri kita, mana yang lebih menonjol.
Beberapa hal yang sering menjadi penghalang untuk kita menabur/ bersaksi:
·         Anggapan kita bahwa mereka yang terhilang tidak membutuhkan kabar baik (Injil).
·         Anggapan kita bahwa mereka belum siap mendengar Injil, padahal bukan mereka yang tidak siap mendengar Injil, tetapi kita yang tidak siap memberitakan Injil.
·         Kita sering berkata aku tidak pandai berkata-kata (Band. Keluaran 4:10-11)
·         Kita harus menyadari bahwa menyaksikan berita Injil adalah tugas dan tanggung jawab setiap orang percaya. Jika kita masa bodoh dan tidak peduli akan hal ini, padahal kita mengetahui apa yang akan dialami oleh orang-orang yang hidupnya di luar Yesus Kristus, yaitu kebinasaan kekal. Suatu kelak Tuhan Yesus akan meminta pertanggungjawaban kepada kita. ( band. Yehezkiel 3:18)

2.      Setelah kita selesai menabur, suatu waktu akan tiba saatnya untuk menuai. Pertanyaannya adalah seberapa besar peran kita?
a.       Di atas sudah dijelaskan bahwa tugas kita adalah menyaksikan berita Injil melalui hidup dan bibir kita.
b.      Seseorang dapat datang kepada Tuhan Yesus dan mengalami Kelahiran baru, itu adalah bagian Allah (band. 1 Kor 3:5-9). Tetapi yang terjadi sering kali kita mengambil apa yang menjadi bagian Allah. Kita sering kali memaksakan kehendak, sehingga hasilnya juga setengah matang.
c.       Kita menuai bila Allah telah membuat gandum itu masak
d.      Keberhasilan penginjilan tidak dapat dinilai dari jumlah orang yang bertobat.
Tuhan Yesus mengatakan ladang sudah menguning dan siap untuk dituai. Bagaimana dengan kita yang hadir pada saat ini. Apakah hati kita tergerak untuk mengolah ladang yang Tuhan Yesus telah siapkan? Jika kita siap maka suatu waktu kelak kita akan bersukacita bersama Sang pemilik ladang melihat hasil-hasil tuaian.
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, kotbah ini akan saya akhiri dengan kisah dua pasang suami istri yang menyerahkan diri kepada Tuhan untuk menjangkau daerah Afrika bagi Yesus Kristus. Pada tahun 1921, dua pasang suami istri dari Stockholm ( Swedia ), menjawab panggilan Allah untuk melayani misi penginjilan di Afrika. Kedua pasang suami istri ini menyerahkan hidupnya untuk mengabarkan Injil dalam suatu kebaktian pengutusan Injil. Mereka terbeban untuk melayani negara Belgian Kongo, yang sekarang bernama Zaire. Mereka adalah David & Svea Flood, serta Joel & Bertha Erickson.
Setelah tiba di Zaire, mereka melapor ke kantor Misi setempat. Lalu dengan menggunakan parang, mereka membuka jalan melalui hutan pedalaman yang dipenuhi nyamuk malaria. David dan Svea membawa anaknya David Jr. yang masih berumur 2 tahun. Dalam perjalanan, David Jr. terkena penyakit malaria. Namun mereka pantang menyerah dan rela mati untuk Pekerjaan Injil. Tiba di tengah hutan, mereka menemukan sebuah desa di pedalaman. Namun penduduk desa ini tidak mengijinkan mereka memasuki desanya. “Tak boleh ada orang kulit putih yang boleh masuk ke desa. Dewa-dewa kami akan marah,” demikian kata penduduk desa itu.
Karena tidak menemukan desa lain, mereka akhirnya terpaksa tinggal di hutan dekat desa tersebut. Setelah beberapa bulan tinggal di tempat itu, mereka menderita kesepian dan kekurangan gizi. Selain itu, mereka juga jarang mendapat kesempatan untuk berhubungan dengan penduduk desa. Setelah enam bulan berlalu, keluarga Erickson memutuskan untuk kembali ke kantor misi. Namun keluarga Flood memilih untuk tetap tinggal, apalagi karena saat itu Svea baru hamil dan sedang menderita malaria yang cukup buruk. Di samping itu David juga menginginkan agar anaknya lahir di Afrika dan ia sudah bertekad untuk memberikan hidupnya untuk melayani di tempat tersebut.
Selama beberapa bulan Svea mencoba bertahan melawan demamnya yang emakin memburuk. Namun di tengah keadaan seperti itu ia masih menyediakan waktunya untuk melakukan bimbingan rohani kepada seorang anak kecil penduduk asli dari desa tersebut. Dapat dikatakan anak kecil itu adalah satu-satunya hasil pelayanan Injil melalui keluarga Flood ini. Saat Svea melayaninya, anak kecil ini hanya tersenyum kepadanya. Penyakit malaria yang diderita Svea semakin memburuk sampai ia hanya bisa berbaring saja. Tapi bersyukur bayi perempuannya berhasil lahir dengan selamat tidak kurang suatu apa. Namun Svea tidak mampu bertahan. Seminggu kemudian keadaannya sangat buruk dan menjelang kepergiannya, ia berbisik kepada David, “Berikan nama Aina pada anak kita,” lalu ia meninggal.
David amat sangat terpukul dengan kematian istrinya. Ia membuat peti mati buat Svea, lalu menguburkannya. Saat dia berdiri di samping kuburan, ia memandang pada anak laki-lakinya sambil mendengar tangis bayi perempuannya dari dalam gubuk yang terbuat dari lumpur. Timbul kekecewaan yang sangat dalam di hatinya. Dengan emosi yang tidak terkontrol David berseru, “Tuhan, mengapa Kau ijinkan hal ini terjadi ? Bukankah kami datang kemari untuk memberikan hidup kami dan melayani Engkau ?! Istriku yang cantik dan pandai, sekarang telah tiada. Anak sulungku kini baru berumur 3 tahun dan nyaris tidak terurus, apalagi si kecil yang baru lahir. Setahun lebih kami ada di hutan ini dan kami hanya memenangkan seorang anak kecil yang bahkan mungkin belum cukup memahami berita Injil yang kami ceritakan. Kau telah mengecewakan aku, Tuhan. Betapa sia-sianya hidupku !”
Kemudian David kembali ke kantor misi Afrika. Saat itu David bertemu lagi dengan keluarga Erickson. David berteriak dengan penuh kejengkelan, “Saya akan kembali ke Swedia ! Saya tidak mampu lagi mengurus anak ini. Saya ingin titipkan bayi perempuanku kepadamu.” Kemudian David memberikan Aina kepada keluarga Erickson untuk dibesarkan. Sepanjang perjalanan ke Stockholm, David Flood berdiri di atas dek kapal. Ia merasa sangat kesal kepada Allah. Ia menceritakan kepada semua orang tentang pengalaman pahitnya, bahwa ia telah mengorbankan segalanya tetapi berakhir dengan kekecewaan. Ia yakin bahwa ia sudah berlaku setia tetapi Tuhan membalas hal itu dengan cara tidak mempedulikannya.
Setelah tiba di Stockholm, David Flood memutuskan untuk memulai usaha di bidang import. Ia mengingatkan semua orang untuk tidak menyebut nama Tuhan di depannya. Jika mereka melakukan itu, segera ia naik pitam dan marah. David akhirnya terjatuh pada kebiasaan minum-minuman keras.
Tidak lama setelah David Flood meninggalkan Afrika, pasangan suami-istri Erickson yang merawat Aina meninggal karena diracun oleh kepala suku dari daerah dimana mereka layani. Selanjutnya si kecil Aina diasuh oleh Arthur & Anna Berg. Keluarga ini membawa Aina ke sebuah desa yang bernama Masisi, Utara Kongo. Di sana Aina dipanggil “Aggie”. Si kecil Aggie segera belajar bahasa Swahili dan bermain dengan anak-anak Kongo. Pada saat-saat sendirian si Aggie sering bermain dengan khayalan. Ia sering membayangkan bahwa ia memiliki empat saudara laki-laki dan satu saudara perempuan, dan ia memberi nama kepada masing-masing saudara khayalannya. Kadang-kadang ia menyediakan meja untuk bercakap-cakap dengan saudara khayalannya. Dalam khayalannya, ia melihat bahwa saudara perempuannya selalu memandang dirinya.
Keluarga Berg akhirnya kembali ke Amerika dan menetap di Minneapolis. Setelah dewasa, Aggie berusaha mencari ayahnya tapi sia-sia. Aggie menikah dengan Dewey Hurst, yang kemudian menjadi presiden dari sekolah Alkitab Northwest Bible College. Sampai saat itu Aggie tidak mengetahui bahwa ayahnya telah menikah lagi dengan adik Svea, yang tidak mengasihi Allah dan telah mempunyai anak lima, empat putra dan satu putri Tepat seperti khayalan Aggie ).
Suatu ketika Sekolah Alkitab memberikan tiket kepada Aggie dan suaminya untuk pergi ke Swedia. Ini merupakan kesempatan bagi Aggie untuk mencari ayahnya. Saat tiba di London, Aggie dan suaminya berjalan kaki di dekat Royal Albert Hall. Di tengah jalan mereka melihat ada suatu pertemuan penginjilan. Lalu mereka masuk dan mendengarkan seorang pengkotbah kulit hitam yang sedang bersaksi bahwa Tuhan sedang melakukan perkara besar di Zaire. Hati Aggie terperanjat.
Setelah selesai acara, ia mendekati pengkotbah itu dan bertanya, “Pernahkah anda mengetahui pasangan penginjil yang bernama David dan Svea Flood ?” Pengkotbah kulit hitam ini menjawab, “Ya, Svea adalah orang yang membimbing saya kepada Tuhan waktu saya masih anak-anak. Mereka memiliki bayi perempuan tetapi saya tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang.” Aggie segera berseru, “Sayalah bayi perempuan itu ! Saya adalah Aggie – Aina !”
Mendengar seruan itu si Pengkotbah segera menggenggam tangan Aggie dan memeluk sambil menangis dengan sukacita. Aggie tidak percaya bahwa orang ini adalah bocah yang dilayani ibunya. Ia bertumbuh menjadi seorang penginjil yang melayani bangsanya dan pekerjaan Tuhan berkembang pesat dengan 110.000 orang Kristen, 32 Pos penginjilan, beberapa sekolah Alkitab dan sebuah rumah sakit dengan 120 tempat tidur.
Esok harinya Aggie meneruskan perjalanan ke Stockholm dan berita telah tersebar luas bahwa mereka akan datang. Setibanya di hotel, ketiga saudaranya telah menunggu mereka di sana dan akhirnya Aggie mengetahui bahwa ia benar-benar memiliki saudara lima orang. Ia bertanya kepada mereka, “Dimana David kakakku ?” Mereka menunjuk seorang laki-laki yang duduk sendirian di lobi.
David Jr. adalah pria yang nampak kering, lesu dan berambut putih. Seperti ayahnya, iapun dipenuhi oleh kekecewaan, kepahitan dan hidup yang berantakan karena alkohol. Ketika Aggie bertanya tentang kabar ayahnya, David Jr. menjadi marah. Ternyata semua saudaranya membenci ayahnya dan sudah bertahun-tahun tidak membicarakan ayahnya. Lalu Aggie bertanya, “Bagaimana dengan saudaraku perempuan ?” Tak lama kemudian saudara perempuannya datang ke hotel itu dan memeluk Aggie dan berkata, “Sepanjang hidupku aku telah merindukanmu. Biasanya aku membuka peta dunia dan menaruh sebuah mobil mainan yang berjalan di atasnya, seolah-olah aku sedang mengendarai mobil itu untuk mencarimu kemana-mana.” Saudara perempuannya itu juga telah menjauhi ayahnya, tetapi ia berjanji untuk membantu Aggie mencari ayahnya.
Lalu mereka memasuki sebuah bangunan tidak terawat. Setelah mengetuk pintu, datanglah seorang wanita dan mempersilakan mereka masuk. Di dalam ruangan itu penuh dengan botol minuman, tapi di sudut ruangan nampak seorang terbaring di ranjang kecil, yaitu ayahnya yang dulunya seorang penginjil. Ia berumur 73 tahun dan menderita diabetes, stroke dan katarak yang menutupi kedua matanya. Aggie jatuh di sisinya dan menangis, “Ayah, aku adalah si kecil yang kau tinggalkan di Afrika.” Sesaat orang tua itu menoleh dan memandangnya. Air mata membasahi matanya, lalu ia menjawab, “Aku tak pernah bermaksud membuangmu, aku hanya tidak mampu untuk mengasuhnya lagi.” Aggie menjawab, “Tidak apa-apa, Ayah. Tuhan telah memelihara aku.”
Tiba-tiba, wajah ayahnya menjadi gelap, “Tuhan tidak memeliharamu !” Ia mengamuk. “Ia telah menghancurkan seluruh keluarga kita ! Ia membawa kita ke Afrika lalu meninggalkan kita. Tidak ada satupun hasil di sana. Semuanya sia-sia belaka !” Aggie kemudian menceritakan pertemuannya dengan seorang pengkotbah kulit hitam dan bagaimana perkembangan penginjilan di Zaire. Penginjil itulah si anak kecil yang dahulu pernah dilayani oleh ayah dan ibunya. “Sekarang semua orang mengenal anak kecil, si pengkotbah itu. Dan kisahnya telah dimuat di semua surat kabar.” Saat itu Roh Kudus turun ke atas David Flood. Ia sadar dan tidak sanggup menahan air mata lalu bertobat.
Tak lama setelah pertemuan itu, David Flood meninggal, tetapi Allah telah memulihkan semuanya, kepahitan hatinya dan kekecewaannya.


Baca Terusannya »»  

Berita Terkini

« »
« »
« »
Get this widget

Daftar Blog Saya

Komentar