Tulisan Jalan

Hidupku untuk mengharumkan nama-MU Jangan bersukcita ketika engkau berhasil dalam pelayanan, tetapi bersukcitalah karena namamu tercatat di Surga

Kau istimewa. Di seluruh dunia, tidak ada orang yang sepertimu. Sejak bumi diciptakan tidak ada orang lain yang sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki senyummu, tidak ada yang memiliki matamu, hidungmu, rambutmu, tanganmu, suaramu. Kau istimewa. Tidak ada orang lain yang memiliki tulisan yang sama denganmu. Tidak ada orang lain yang memiliki selera akan makanan, pakaian, musik, atau seni sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki cara pandang sepertimu. Sepanjang masa tidak ada orang lain yang tertawa sepertimu, tidak ada yang menangis sepertimu. Kaulah satu di antara seluruh ciptaan yang memiliki kemampuan seperti yang kau miliki. sampai selamanya, tidak akan ada orang yang akan pernah melihat, berbicara, berjalan, berpikir, atau bertindak seperti dirimu. Kau istimewa...kau langka. Tuhan telah menjadikanmu istimewa dengan satu tujuan yaitu MEMULIAKAN DIA

Cari Blog Ini

Selasa, 22 Mei 2012

Mempertahankan Iman ditengah Tawaran Dunia

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Nats: Matius 6:25-34; 13:44-45; Kejadian 25:30-35
Ibadah: MPP (Malam Pujian dan Penyembahan), Selasa, 22 Mei 2012
Oleh: Adrianus Pasasa, M.A

Dalam menghadapi kehidupan ini, terkadang kita diperhadapkan pada
berbagai pilihan hidup. Keadaanlah yang seringkali membawa kita pada
pilihan-pilihan tersebut. Keadaan itu dapat berupa kebutuhan hidup
(ekonomi), jabatan, tawaran hidup yang lebih enak, tawaran kenyamanan
hidup, dan lain sebagainya.
Pada saat kita diperhadapkan pada tawaran-tawaran tersebut, ada dua
kemungkinan pilihan yang akan kita ambil yaitu: tetap bertahan
ditengah persoalan dan yang kedua tergoda untuk mengikuti tawaran
dunia. Jika kita tidak mawas diri/waspada, maka tidak menutup
kemungkinan kita bias salah memilih. Pilihan yang diambil membuat kita
semakin jauh dari Tuhan yang dapat berujung pada meninggalkan iman
yang selama ini menjadi keyakinan kita.

Bagaimana sikap kita dalam menghadapai tawaran-tawaran dunia, supaya
kita tidak salah memilih?

Ada dua hal yang perlu kita perhatikan:
1. Masalah kekuatiran,
masalah ini yang menjadi musuh utama umat manusia. Dalam bacaan hari
ini, Tuhan Yesus tau benar bahwa manusia sering kuatir. Kekuatiran
telah membuat orang percaya meragukan kuasa Tuhan. Para ahli jiwa tahu
bahwa kekuatiran dapat menkan jiwa berjuta-juta orang akibatnya orang
tidak bias tidur, muncul penyakit macam-macam. Tuhan Yesus mengatakan
bahwa hal besar (penting) Tuhan telah buat, apalagi hal kecil pastilah
Tuhan dapat melakukan itu. Kehidupan dan tubuh adalah hal besar
(penting), kalau Tuhan telah member kehidupan kepada kita (hal besar),
pastilah Tuhan memelihara kehidupan itu dengan makanan (hal kecil),
kalau Tuhan sudah member suatu tubuh kepada kita (hal besar), pastilah
Tuhan member pakaian untuk tubuh itu (hal kecil).

Dengan kekuatiran dan kegelisahan kehidupan manusia tidak bias
diperpanjang, menurut ilmu kedokteran kekuatiran justru memakan
kesehatan dan memperpendek kehidupan. Kuncinya adalah carilah dahulu
kerajaan Allah. Kerajaan Allah berarti menempatkan sungguh-sungguh
kepemimpinan dan kuasa/otoritas Allah dinyatakan melalui kehidupan
kita. Mencari kebenaran Allah, berarti berusaha mentaati perintah
Allah/memiliki kebenaran Kristus (Yoh 14:6), tetap terpisah dari dunia
dengan kata lain tidak mengikuti kebenaran dunia.

2. Harga sebuah keselamatan,
Hal keselamatan adalah sesuatu yang tak ternilai harganya, setelah
kita lahir baru/percaya dan menerima Yesus sebagai satu-satunya
Juruselamat kita, berarti pada saat itu kita telah menjadi anak-anak
Allah (Roma 8:14), anak-anak Allah adalah ahli waris kerajaan, berhak
menerima janji-janji Allah (Roma 8:16-17). Karena begitu berharganya
nilai suatu keselamatan, jangan kita remehkan keselamatan (kasih
karunia Tuhan) itu, dan menukarkannya dengan kenikmatan yang
ditawarkan dunia (Ibrani 12:16), Esau menggap remeh hak ksulungannya
dan menukarkan dengan semangkok kacang merah (Kej. 25:30-35),
akibatnya berkat yang harusnya dia terima, tidak dia terima.

Hal kerajaan Surga (keselamatan ) tak ternilai harganya (Matius
13:44-45), kerajaan Surga itu seperti mutiara yang dipendam di lading,
setelah menemukan mutiara itu, ia menjual seluruh hartanya untuk
membeli mutiara itu.

Dua hal inilah yang akan menolong kita untuk tetap memiliki iman yang
teguh di tengah-tengah gempuran taearan dunia yang menggiurkan itu.
Seburuk apapun hal yang kita hadapai dalam kehidupan ini, jangan kita
jatuh dalam hal kekuatiran, baik itu masalah kebutuhan sehari-hari,
maupun masalah-masalah yang lain, karena Tuhan yang kita percaya
adalah pemilik segala isi dunia ini, Dia tau apa yang menjadi
kebutuhan kita.

Demikian juga dengan iman yang kita miliki, jangan kita jual atau
gadaikan karena desakan kebutuhan, atau karena persoalan-persoalan
yang menekan. Ingat bahwa iman itulah yang telah membawa kita pada
janji keselamatan yang tak ternilai harganya. Keselamatan itu telah
diberikan kepada kita dengan Cuma-Cuma lewat pengorbanan yang luar
biasa yang tidak satu pun manusia dapat melakukannya, tetapi Tuhan
sendiri yang telah mengorbankan dirinya di kayu salib untuk menebus
dosa-dosa kita. Marilah kita memulai hari-hari kita dengan mencari
kehendak-Nya,"carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka
semuannya itu akan ditambahkan kepadamu", Amin.
Baca Terusannya »»  

Sabtu, 12 Mei 2012

Doktrin Trinitas (bag. 2)

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Sumber: http://www.sabdaspace.org/konsep_doktrin_allah_tritunggal_yang_alkitabiah

Bila kita membaca Alkitab dengan teliti maka ada bagian-bagian Alkitab yang mewahyukan bahwa Allah itu ESA, sedangkan dibagian yang lain mewahyukan bahwa ada 3 PRIBADI Allah yang berbeda yaitu Bapa, Yesus dan Roh Kudus, ketiganya adalah pribadi Allah yang berbeda satu sama lain dengan pekerjaan dan peran yang berbeda pula. Mana yang benar: Allah itu ESA atau TIGA? Justru menjawab kesulitan inilah, bapa-bapa gereja merumuskannya menjadi konsep doktrin Allah Tritunggal berdasarkan ajaran Alkitab dan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri.

Ayat-ayat mengenai Allah Tritunggal
Kita bisa menyelidiki Alkitab untuk membuktikan doktrin Allah Tritunggal, adanya 3 pribadi Allah dan perbedaan pekerjaan-pekerjaan Mereka. Ayat-ayat dalam Alkitab yang mewahyukan doktrin Allah Tritunggal antara lain (saya bagi menjadi 9 kelompok ayat):

1. Allah Tritunggal dalam satu ayat: terdiri dari 3 Pribadi yang berbeda
Matius 3:16 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, 3:17 lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
Matius 28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
Yohanes 14:16 Aku (Yesus) akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,

2. Allah itu Esa
Markus 12:29 Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.
I Korintus 8:6 namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.
I Timotius 2:5 Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,

3. Yesus & Bapa adalah ESA

Yohanes 14:9 Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.
Yohanes 10:30 Aku dan Bapa adalah satu.
Yohanes 17:22 Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu.

4. Bapa adalah Allah
Matius 5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."
Matius 6:9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,
I Korintus 15:24 Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan.

5. Bapa tidak sama dengan Yesus

Matius 7:21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Matius 10:40 Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku.
Matius 11:27 Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.
Matius 24:36 Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri."
Lukas 10:16 Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku."
Yohanes 1:18 Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.
Yohanes 5:23 supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.
Yohanes 5:26 Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri.
Yohanes 7:29 Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku."
Yohanes 8:16 dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku.
Yohanes 8:18 Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku."
Yohanes 8:42 Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.
Kisah Para Rasul 7:56 Lalu katanya: "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah."

6. Bapa tidak sama dengan Allah Roh Kudus
Yohanes 14:26 tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

7. Yesus adalah Allah
Yohanes 8:58 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada."
Matius 9:6 Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!"
Matius 12:8 Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.
Matius 25:31 "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.
Yohanes 3:13 Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.
Yohanes
5:17 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga."
5:18 Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.
Yohanes 10:33 Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."
Yohanes 6:37 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.
Yohanes 6:40 Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."

8. Roh Kudus adalah Allah
Matius 12:32 Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak.
I Korintus 2:11 Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah.
I Korintus 3:16 Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?
II Korintus 3:17 Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.

9. Roh Kudus tidak sama dengan Bapa & Yesus
I Korintus 12:3 Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorang pun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus.
Yohanes 7:39 Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.
Yohanes 14:16 Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,
Yohanes 14:26 tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.
Yohanes 15:26 Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.
Yohanes 16:7 Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.
I Korintus 2:10 Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.

Doktrin Allah Tritunggal
Doktrin Allah Tritunggal merupakan salah satu doktrin utama dalam Kekristenan. Artinya, doktrin ini merupakan tiang penopang ajaran Kristen yang sejati. Bila ada orang berhasil merobohkan atau membelokkan tiang ini, itu sama artinya telah merobohkan Kekristenan itu sendiri.
Oleh karena itu lah para pendahulu kita, bapa-bapa gereja memandang perlu untuk merumuskan doktrin ini secara sederhana, agar mudah diingat dan dipahami dan dijadikan Pengakuan Iman yang tiap minggu diucapkan di ibadah gereja. Berdasarkan wahyu Alkitab tersebut para bapa-bapa gereja kita terdahulu telah merumuskan doktrin Allah Tritunggal sbb:
1. Allah Tritunggal terdiri dari Allah Bapa, Allah Anak yang dalam diri Yesus Kristus berinkarnasi menjadi manusia dan Allah Roh Kudus yang diutus setelah Yesus naik ke Sorga untuk menyertai orang percaya. Ketiga nya adalah Allah yang kekal, berbeda satu sama lain dan setara.
2. Allah Bapa, Allah Anak (Yesus) dan Allah Roh Kudus adalah Allah yang ESA.
Bagaimana kita bisa memahami KONSEP TRITUNGGAL ini? Bagaimana memahami Allah itu ada TIGA tetapi SATU, bagaimana memahami Allah itu SATU tetapi TIGA? Orang yang memahami bahwa Allah itu hanya ESA saja jelas tidak mengerti konsep Allah Tritunggal yang diwahyukan Alkitab. Orang yang mengatakan bahwa Allah itu ada 3 pribadi yang terpisah sama sekali, jelas juga tidak mengerti Allah Tritunggal yang diwahyukan oleh Alkitab. Allah Tritunggal adalah ada tiga pribadi yang berbeda Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, dimana ketiganya Allah yang ESA. Titik.
Dengan menyusun formula lain untuk menjelaskan konsep ini malah akan menyesatkan ajaran yang sejati ini. Doktrin ini telah dirumuskan dengan cara yang terbaik sejak ratusan tahun yang silam! Namun tetap saja ada orang yang membuat ilustrasi dengan tujuan untuk membantu menjelaskan keadaan Allah Tritunggal. Ilustrasi yang popular antara lain:
1. Ilustrasi TEH MANIS dengan komponen: AIR, TEH & GULA, ketiga komponen menjadi satu.
2. Ilustrasi SEGITIGA SAMA SISI, ke 3 sisi membentuk 1 buah segitiga yang utuh.
3. Dll
Namun menurut saya, ilustrasi itu hanya akan membelokkan pemahaman yang benar tentang doktrin yang benar ini!

Kesimpulan
Bila kita ingin mengenal Allah yang benar, maka kita harus menerima Allah yang telah menyatakan diri MEREKA kepada manusia melalui penyataan Yesus Kristus sendiri, para rasul-Nya dan melalui Alkitab, yaitu bahwa Allah yang benar adalah Allah Tritunggal: yang terdiri dari Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, ketiganya Allah yang ESA.
Dengan mengetahui dan memahami doktrin Tritunggal yang alkitabiah, kita dengan mudah mengenali ajaran-ajaran yang SALAH / SESAT tentang Allah Tritunggal.

Catatan:
1. Tadinya saya mengira semua orang Kristen sudah mengetahui konsep doktrin Allah Tritunggal dengan baik. Bukan bermaksud menuntut mereka untuk memahami tentang doktrin itu (karena konsep ini memang sulit diterima akal), tetapi seharusnya lah sudah TAHU mengenai konsep yang Alkitabiah. Bukankah doktrin ini selalu diucapkan dalam Pengakuan Iman dalam ibadah Gereja setiap hari Minggu?
2. Namun berdasarkan diskusi saya baru-baru ini dengan seorang blogger yang sangat aktif menulis di Sabda ini, membuka mata kita semua, walau sudah rajin membaca Alkitab setiap hari ternyata secara tidak sadar kita sudah mengabaikan doktrin-doktrin dasar yang menjadi tiang penopang ajaran Kristen yang sejati. Karena itu saya ada beban untuk menulis tentang topik ini.
Baca Terusannya »»  

Doktrin Trinitas (bag.1)

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Sumber : Kompasiana

Catatan Pengantar
Beberapa waktu yang lalu salah seorang kawan saya mengajak diskusi tentang iman Kristen. Dalam diskusi itu kawan saya menanyakan salah satu doktrin Kristen yang sangat sulit dia paham, yaitu doktrin Tritunggal dan makna Ibnullah (Anak Allah) pada Yesus. Menurut dia iman Kristen saat ini sudah melenceng dari ajaran Yesus yang justru sangat menekankan tauhid (keesaan TUHAN). Apalagi soal doktrin Tritunggal yang menurut dia tidak ada dalam Injil atau ajaran Yesus.
Menurut saya adalah sangat wajar jika umat agama lain terkadang tidak memahami bahasa teologis agama kita. Dikarenakan mereka seringkali menggunakan “kacamata” atau pola pikir bahasa teologis mereka dalam memahami iman kita yang sulit mereka pahami. Salah satu contoh seperti kasus diatas. Dimana umat lain tidak mampu memahami bagaimana sebenarnya makna Tritunggal; bagaimana maksud Yasu’ al-Masih Ibnullah (Yesus Kristus Anak Allah) padahal jelas-jelas bahwa Allah tidak beranak dan diperanakkan; dsb.
Jika kita mencoba mencari kata “Tritunggal” di Alkitab memang tidak ditemukan secara letter leg. Tetapi apabila kita mencoba kembali pada ajaran Tauhid (Monoteisme) Yahudi pra Kristen, pada penciptaan langit dan bumi (kejadian 1) disana dikatakan: “Roh Allah melayang-layang diatas air” (Ruah Elohim atau Roh Kudus); “Berfirmanlah Allah” (Bar Elohim atau Firman Allah). Itu sebabnya hubungan antara Bapa (Allah); FirmanNya; dan RohNya dirumuskan oleh Theophilus dari Antiokhia di Gereja Timur dalam bahasa Yunani “Triados” dan oleh Tertulianus dari Gereja Barat dalam istilah bahasa latin “Trinitas” atau yang umum kita kenal dengan “Tritunggal”.
Doktrin Tritunggal tidak sama dengan Triteisme (penyembahan tiga tuhan). Dalam doktrin ini tidak menjelaskan “keberapaan” Allah, akan tetapi menjelaskan “kebagaimanaan” Allah itu lalu dirumuskan dalam Tritunggal. Karena Allah yang Esa harus memiliki Roh (Kudus) dan juga harus memiliki Firman atau dalam bahasa aslinya “Logos”.

Yasu’ al-Masih Ibnullah atau Yesus Kristus Putra Allah
Perlu ditekankan bahwa kata “Putra Allah” pada Yesus bukan berarti hasil hubungan sexual seperti yang ditentang oleh Bang Rhoma Irama. Kata “Anak Allah” ini bermakna kiasan dari “Firman Allah”. Dalam Qanun al-Iman (Syahadat Nikea/Konstantinopel tahun 325/381), yang mengatakan bahwa Putra Allah yang Tunggal telah “lahir dari Sang Bapa sebelum segala zaman” (Arab: al-maulud min al-Abi qabla kulli duhur). Pertanyaannya adalah apakah ada di dunia ini seseorang yang dilahirkan dari Bapa? Jawabnya, tentu saja tidak ada! Karena setiap orang lahir dari ibu. Karena itu, Yesus disebut Putra Allah jelas bukan kelahiran fisik, tetapi kelahiran ilahi-Nya sebagai Firman yang kekal sebelum segala zaman.
Kemudian kawan saya yang bertanya, ” Bukankah Yesus itu dilahirkan dari rahim Maryam? ” Itu adalah kelahiran kedua dalam daging atau wujud kemanusiaan Yesus. Makna kelahiran Yesus ini oleh bapa-bapa gereja dirumuskan demikian : ” As-Sayid al-Masih lahu miladain: Miladi azali min Ab bi ghayr umm qabla kulli ad-duhur, wa miladi akhara fi mal’i al-zamaan min umm bi ghayr ab”. Artinya: “Junjungan kita al-Masih mempunyai dua kelahiran: Kelahiran kekal- Nya dari Bapa tanpa seorang ibu, dan kelahiran-Nya dalam keterbatasan zaman dari ibu tanpa seorang bapa insani’ ”.
Lahir dari Bapa tanpa seorang ibu “, menunjuk kepada kelahiran kekal Firman Allah dari Wujud Allah. Tanpa seorang ibu, untuk menekankan bahwa kelahiran itu tidak terjadi dalam ruang dan waktu yang terbatas, bukan kelahiran jasadi (bi ghayr jasadin) melalui seorang ibu.
Sebaliknya, “Lahir dari ibu tanpa bapa “, menekankan bahwa secara manusia Yesus dilahirkan dalam ruang dan waktu yang terbatas. Meskipun demikian, karena Yesus bukan manusia biasa seperti kita pada umumnya, melainkan Firman yang menjadi manusia, maka kelahiran fisik-Nya ditandai dengan mukjizat tanpa perantaraan seorang ayah insani. Kelahiran-Nya yang kedua ke dunia karena kuasa Roh Allah ini, menyaksikan dan meneguhkan kelahiran kekal-Nya “sebelum segala abad”. Dan karena Dia dikandung oleh kuasa Roh Kudus, maka Yesus dilahirkan oleh Sayidatina Maryam al-Adzra’ (Bunda Perawan Maria) tanpa seorang ayah.

Hubungan Yesus (Sang Firman) dengan Allah
Yohanes 1 : 1 dalam terjemahan aslinya (bhs Yunani) berbunyi demikian:
εν αρχη ην ο λογος και ο λογος ην προς τον θεον και θεος ην ο λογος
artinya :
En arche en ho Logos, kai Ho Logos en pros theon, kai theos en ho logos.
Logos itu artinya bukan sekedar kata-kata verbal. Tapi artinya pikiran yang merupakan sumber dari kata-kata & pernyataan. Pikiran itu adalah Logos; Logikos; Logic/akal. Pikiran ada dalam diri Allah, tidak mungkin pikiran Allah di luar. Karena pikiran Allah (Firman Allah) itu bukan “ilah yang lain” dan bukan “allah yang lain” daripada Allah Sang Bapa itu, maka dikatakan dalam bahasa aslinya adalah: “Firman itu bersama dengan Allah itu, dan Firman itu adalah Allah”. Artinya apa?? Sang pemilik Firman itu hanya satu, Allah itu hanya satu. Karena itu Kristen Arab kalau berdoa setelah “Bapa, Putera, dan Roh Kudu s” selalu ditutup dgn kata2 “al-Illahu wahid” yaitu Allah yg maha esa. Jadi tertutup segala kemungkinan ada dua sampai tiga allah. Karena “al-Illahu wahid” yaitu Allah yang maha esa.
Apakah Firman adalah makhluk/ciptaan dan pernah tidak ada ?
Menurut ajaran Arianisme bahwa pernah ada waktu Firman itu belum ada. Dan menurutnya Firman adalah ciptaan pertama yang membantu dalam penciptaan. Pertanyaan untuk ajaran Arianisme adalah: bagaimana mungkin sesuatu yang pernah tidak ada (makhluk) kemudian menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada (makhluk)? Dan yang lebih parahnya lagi, dalam ajaran Arianisme ini, firman yang menurut mereka ciptaan itu membantu Allah dalam penciptaan langit dan bumi. Naudzubillah min zalik! Padahal dalam Alkitab sangat jelas dikatakan bahwa Allah membentangkan langit sendiri tanpa bantuan sekutu apalagi bantuan makhluknya yang dulu pernah tidak ada. Bukankah ini dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan makhluknya)?
Lalu bapa-bapa Gereja menganathema ajaran Arianisme ini dalam Qanun al-Iman (Kaidah Iman):
Inna alladzina yaquluna: Kana waqtun lam yakunfihi, wa qabla ‘an yulada lam yakun, wa qad khuliqa min al-‘adam, aw yujahiruna bi ‘anna ibna I-lahi huwa min ukhra, aw min jawharin akhirin, aw annahu makhluqun, aw qabila li at-taghiri wa al-fasad, fainna al-Kanisat al-kathuliqiyat wa ar-rasuliyyata tahramuhum.
Artinya:
“ sesungguhnya tentang mereka yg berkata : Pernah ada waktu dimana Firman Allah belum ada, dan sebelum Dia dilahirakan, Ia tidak ada, atau Firman Allah itu diciptakan dari tidak ada (creation ex nihilo), juga mereka yg menyangka bahwa Putera Allah mempunyai zat lain, atau jauhar (pokok, asal) lain selain dari Allah, dapat menerima perubahan dan kerusakkan, maka sesungguhnya gereja yg katolik/universal dan rasuli, dengan ini menyatakan anathema (pengharaman) atas ajaran mereka.”
Firman tidak diciptakan (ghayr al-makhluq) karena melalui Firman segala sesuatu diciptkan. Firman itu kekal bersama-sama dengan Allah (Yohanes 1). Jadi sangat tidak benar ajaran Arianisme yang sekarang menjelma menjadi sekte Saksi Yehova dan sekte Unitarian ini mengatakan bahwa firman adalah ciptaan pertama. Mereka sering mengutip Amsal 8:22 untuk membuktikan bahwa Firman/Hikmat adalah ciptaan.
Berakar dari Tauhid (Monoteisme) Yahudi pra Kristen, Allah berkarya melalui Firman-Nya yang dalam tradisi kesustraan disebut juga dengan Hokmah (Hikmat) yang bersifat pra-eksisten bersama Allah, seperti misalnya disebut dalam kitab Amsal dibawah ini:
YHWH (Adonay) qenani reasith derekho
“TUHAN memiliki aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya” (Ams 8:22, teks Vulgata)
Berbeda dengan kata “bara” (“menciptakan”), yang menunjuk kegiatan Allah untuk “mengadakan dari yang tidak ada menjadi ada” (creation ex nihilo), kata Ibrani “qana” (“memiliki”, atau “memperoleh”), seperti kedua ayat lain dalam kitab Amsal: “..baiklah orang yang berpengertian memperoleh (yihneh) bahan pertimbangan” (Ams. 1:5). Lagi disebutkan dalam ayat lain:
Qeneh hokmah, qeneh binah.”
“Perolehlah hikmat, perolehlah pengertian” (Ams 4:5)
Hikmat Allah, yg berperan dalam penciptaan itu, menyeru pada manusia untuk mengikuti jalan-Nya. Dalam 1 kor. 1:24, Kristus disebut kekuatan Allah dan Hikmat Allah. Tentu saja, ini tidak menunjuk kepada kemanusiaan Yesus, melainkan menunjuk kodrat ilahi-Nya sebagai Firman Allah, dan Firman itu Allah (Yoh. 1:1)
Dalam kemanusiaan-Nya, Yesus adalah anak-anak dari Hikmat. “Tetapi Hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya” (Luk. 7:35, teks asli: ton teknon autes panton, “oleh anak-anaknya”). Sebaliknya, dalam keilahian-Nya, Tuhan Yesus menyeru kepada manusia dengan seruan yang tidak pernah diucapkan manusia biasa dimanapun juga, kecuali oleh Hikmat (Yunani: Sophia) Allah sendiri: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu” (Mat. 11:28). Meskipun demikian, patut dicatat pula bahwa dogma keilahiam Yesus dan ketritunggalan Ilahi tidak hanya cukup didsarkan atas ayat-ayat Perjanjian Lama saja, tetapi harus lebih mengacu kepada ayat-ayat Perjanjian Baru. Sebab Perjanjian Lama “..hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakikat keselamatan itu sendiri” (Ibr. 10:1). Seperti yang juga dikatakan Rasul Paulus, “…semuanya itu hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya adalah Kristus” (Kol. 1:7). Konkritnya, tidak bisa misalnya Yoh. 1:1 yang jelas tegas malah ditafsir berdasarkan “ayat puitis” dari Ams. 8:22, sebab Kitab Amsal ditulis sebelum zaman Yesus, sedangkan Injil Yohanes ditulis oleh Rasul Yohanes di Efesus, yang jelas-jelas berasal dari murid Yesus langsung.

Bukankah Yesus berseru pada Allah: “Eli, Eli Lamma Sabakhtani”?
Dalam diskusi saya pernah ditanya demikian: “Bang Oland, bukankah Yesus pernah berseru: Eli, Eli Lamma Sabakhtani? Padahal Yesus adalah jelmaan dari Firman Allah sendiri. ” Sekali lagi perlu ditekankan bahwa Yesus mempunyai dua kodrat. Pertama, Dia adalah Firman Allah yang kekal bersama-sama dengan Allah dan yang adalah Allah. Tentu saja daging atau tubuh kemanusiaan Yesus atau wujud inkarnasi Yesus bukanlah Allah (Sang Bapa). Karena jika tubuh kemanusiaan Yesus adalah Allah (Sang Bapa), masakan Allah mati? Jika tubuh kemanusiaan Yesus adalah Allah, masakan Allah digantung di kayu salib? Inilah yang perlu ditekankan, bahwa ketika Yesus wafat yang merasakan kematiaan adalah tubuh kemanusiaan Yesus. Firman dan Allah Sang Pemilik Firman tidak ikut merasakan kematiaan tubuh kemanusiaan Yesus. Hal ini dapat saya analogikan berikut: hasil dari buah pikiran saya dicetak dalam buku atau direkam dalam pita kaset. Ketika buku atau pita kaset yang adalah penjelmaan dari buah pikiran saya itu sobek atau rusak, apakah pikiran saya dan saya ikut rusak juga? Tentu tidak! Karena kertasnya dan pitanya bukan saya. Meskipun dalam buku dan pita kaset itu adalah penjelmaan buah pikiran saya.
Begitu juga antara kemanusiaan dan keilahian-Nya sebagai Firman Allah juga “tidak terbagi dan tidak terpisah”. Maksudnya, sekalipun Firman Allah sama sekali tidak merasakan atau tidak dapat disentuh oleh maut, tetapi dengan kematian tubuh insani Yesus itu Allah turut “berbela rasa” dengan umat-Nya. Ibarat bendera suatu negara yang merupakan kebangaan seorang raja. Ketika bendera itu diinjak-injak oleh musuhnya, hati raja terasa tercabik-cabik meskipun tubuhnya sama sekali tidak terluka.
Jadi, sekalipun Allah tidak dapat mati, dalam kasih-Nya Dia tetap “turut merasakan” kematian Yesus, Putra-Nya. “Quddusu anta, yaa Ghayr al-maati “, demikian bunyi sebuah kidung berbahasa Arab yang lazim dinyanyikan di Gereja Ortodoks Syria dan masih dilafazkan hari ini: “Yaa man shulibta ‘ana irhamna “. Yang artinya : “Kuduslah Engkau, Wahai Firman Allah yang tidak Berkematian, yang disalibkan bagi kami, kasihanilah kami.”
Ketika Yesus (Sang Firman) nuzul (turun) ke bumi, lalu di Surga tinggal berapa?
Suatu ketika saya ditanya oleh kawan diskusi saya: “Ketika Yesus (Sang Firman) nuzul (turun) ke bumi, lalu di Surga tinggal berapa?”. Pertanyaan seperti ini akan muncul jika kita memahami Allah dengan matematis. Padahal untuk dapat mengerti bagaimana Allah kita tidak boleh menggunakan logika matematis seperti itu. Karena Allah itu Ruh, maka untuk dapat memahami Allah harus menggunakan pola pikir metafisik (dibalik yang kelihatan). Pertanyaan semacam itu dapat dijelaskan dengan menggunakan analogi seperti berikut: apabila saya mempunyai kemampuan untuk membuat roti, lalu saya bagi-bagikan keseribu orang. Apakah kemampuan saya akan berkurang? Tentu tidak! Kemampuan saya tetap ada dalam diri saya dan tidak berkurang sedikitpun meskipun telah saya bagi-bagikan pada seribu orang. Kemudian analogi yang lain: Jika buah pikiran saya dicetak dalam 100 buku atau direkam dalam 100 pita kaset, apakah pikiran saya akan berkurang? Tentu tidak! Pikiran saya tetap satu ada dalam diri saya dan tidak berkurang sedikitpun.
Begitu juga ketika Yesus yang adalah penjelmaan dari Firman Allah itu dibabtis, Firman Allah tetap ada dalam diri Allah dan tidak berkurang. Ada tertulis: “Allah bersama dengan orang sabar”. Jika di kota Jember ada 100 orang sabar dan Allah bersama dengan orang sabar, apakah dapat dikatakan ada 100 Allah? Tentu tidak! Allah tetap esa meskipun Dia bersama dengan orang yang berbeda dan ditempat yang berbeda. Karena Allah memang tidak dibatasi ruang dan waktu.
Demikian catatan sederhana saya, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kemuliaan bagi Sang Bapa dan Sang Putra (Firman) serta Sang Roh Kudus, sekarang dan selalu serta sepanjang segala abad, amin.
Catatan kaki:
  1. Bambang Noorsena, Dari Kata Allah Hingga Lam Yalid Wa Lam Yulad , Institute for Syriac Christian Studies (ISCS), 2001.

  2. Bambang Noorsena, History of Allah , Penerbit ANDI, 2005, Yogyakarta.

  3. Romo Yohanes Bambang C.W, Sekitar Pertanyaan akan Kebenaran Iman Gereja Orthodox , Gereja Orthodox Indonesia Paroikia Js. Demetrios – Mojokerto – Jawatimur

  4. Ibid

Baca Terusannya »»  

Jumat, 11 Mei 2012

Kematian dan Kebangkitan Yesus

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***

Bukti-Bukti Kematian Yesus
            Bagaimana membuktikan bahwa Yesus benar-benar telah mati di kayu salib?  Alkitab mencatat beberapa peristiwa  disekitar penyaliban yang membuktikan bahwa Yesus telah mati. Para prajurit Romawi tidak mematahkan kaki Yesus karena mereka melihat bahwa "Ia telah mati" (Yohanes 19:33). Para prajurit menikam lambung Yesus dengan tombak dan dari dalam lambungnya keluar air dan darah (Yohanes 19:34). Yusuf dari Arimatea meminta tubuh Kristus sehingga ia dan Nikodemus dapat mengubur-Nya, Pontius Pilatus memerintahkan seorang kepala pasukan untuk membuktikan bahwa Yesus telah mati (Markus 15:43-45). Gubernur Romawi tidak akan memberikan tubuh itu kepada Yusuf sebelum kepala pasukan itu yakin bahwa sudah tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan pada tubuh Yesus.  Ketika penjaga-penjaga memeriksa kedua penjahat yang disalibkan dengan Yesus, mereka masih hidup sehingga kedua kakinya harus dipatahkan. Sedangkan Yesus sudah mati sehingga kaki-Nya tidak dipatahkan, untuk lebih meyakinkan bahwa Yesus telah mati, tentara Romawi menombak lambung-Nya. Saat ditombak Yesus sama sekali tidak bereaksi, jadi sangat jelas bahwa Yesus sudah mati saat itu. Pilatus mendapat laporan dari penjaga-penjaga tentara Romawi bahwa Yesus telah mati sehingga ia mengizinkan Jusuf Arimatea menguburkan mayat Yesus (Yoh.19:38).
Yusuf dan Nikodemus mempersiapkan penguburan bagi jasad tersebut secara adat Yahudi, termasuk mengafani-Nya dengan "kain lenan yang putih bersih" (Matius 15:46), mengurapi Tubuh itu dengan "campuran minyak mur dengan minyak gaharu" (Yohanes 19:39), dan membaringkan-Nya "di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu" (Markus 15:46). Mereka tentu saja tidak akan menguburkan Yesus yang masih hidup. Menurut peraturan Yahudi, saat memasuki jam enam, tidak boleh ada mayat yang tergantung di salib. Bagi orang Yahudi penyaliban adalah suatu kutuk, jadi memasuki hari Sabat tidak boleh ada mayat, kalau pun ada harus segera di kuburkan pada hari itu juga. Kalau orang yang disalibkan masih hidup, maka harus di bunuh dengan cara dipatahkan tulang pahanya.
            Rasul-rasul dan murid-murid Tuhan Yesus meyakinkan bahwa Yesus benar-benar mati di atas kayu salib. Demikian juga dengan pengakuan kepala pasukan, prajurit-prajurit dan Pilatus, membuktikan bahwa Yesus benar-benar mati (Mark. 15:44-45; Yoh. 19:33). Metherell seorang mantan ilmuwan riset yang mengajar di The University of California mendeskripsikan detil-detil kematian Yesus. Dalam penjelasannya ia mengatakan bahwa keguncangan hipovolemik akan menyebabkan jantung berdebar kencang terus-menerus yang akan mengakibatkan kegagalan jantung, menyebabkan terkumpulnya cairan dalam membran-membran di sekitar jantung, yang disebut pericardial effusion, dan juga disekitar paru-paru, yang disebut pleural effusion. Apa yang dilakukan serdadu Roma dengan menusukkan sebuah tombak dan keluar sejumlah cairan pericardial effusion dan pleural effusion (Strobel,2002:257), ini membuktikan bahwa Yesus telah mati. Apa yang Yesus katakan, “Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, selama-lamanya” (Wahyu 1:18) benar-benar terjadi.
Bukti lain di luar Alkitab yaitu dari sejarawan Yahudi akhir abad pertama, Josephus, ia menulis dalam bukunya Antiquities: "Pada kira-kira waktu ini, hiduplah Yesus, seorang yang bijaksana, jika memang seseorang seharusnya menyebut dia seorang manusia. Karena ia adalah seseorang yang mengadakan hal-hal yang mengejutkan dan adalah seorang guru bagi orang-orang yang menerima kebenaran dengan senang hati. Ia memenangkan banyak orang Yahudi dan banyak orang Yunani. Ia adalah Sang Kristus. Ketika Pilatus, karena mendengar bahwa ia dikenai tuduhan oleh orang-orang dengan jabatan tertinggi di antara kami, telah menjatuhkan hukuman salib kepadanya, mereka yang dari mulanya sudah mengasihi dia tidak melepaskan kasih sayang mereka kepadanya. Pada hari ketiga ia menampakkan diri kepada mereka dalam keadaan kembali hidup, karena nabi-nabi Tuhan telah menubuatkan hal-hal ini dan tak terhitung banyaknya hal-hal menakjubkan lainnya mengenai dia. Dan suku Kristen, demikian mereka disebutkan menurut namanya, sampai saat ini masih ada." Walaupun sebagian para ahli meragukan apakah kalimat itu benar-benar dari Josephus sendiri ataukah hasil interpolasi penyalin Kristen. Namun, tidak diragukan bahwa Josephus menyebutkan fakta bahwa Pilatus telah menghukum Yesus di kayu salib .

Kebangkitan Yesus Kristus
            Kebangkitan adalah langkah pertama pemuliaan Yesus Kristus dan merupakan penggenapan dari nubuatan dalam Mazmur 16:10 maupun ramalan Kristus sendiri tentang kebangkitan-Nya (Mat. 16:21; 20:19; 26:32; Mark. 9:9; 14:28; Yoh. 2:19). Paulus menalar jelas kebangkitan Yesus sangat penting, Alkitab menuliskan bahwa “Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan tentang Yesus Kristus dan sia-sialah juga kepercayaan kepada Yesus Kristus” (1 Korintus 15:14). Jika Yesus Kristus tidak benar bangkit, maka tidak ada pembenaran dihadapan Allah, tidak ada pengampunan atas dosa. Jadi realitas kebangkitan Yesus mempunyai makna yang sangat dalam. Demikian juga dengan keselamatan orang percaya sangat erat hubungannya dengan kebangkitan, tanpa kebangkitan tidak akan ada keselamatan orang percaya, atau dengan kata lain keselamatan orang percaya bukanlah sesuatu yang terlepas dari kebangkitan Yesus Kristus.
Orang-orang Kristen pertama meyakini sepenuhnya bahwa kebangkitan merupakan suatu kejadian yang nyata dan historis (Drane, 2005:111). Perjanjian Lama juga meramalkan kebangkitan Yesus, dapat dilihat dari perikop-perikop khusus yang dikutip para rasul, seperti Mazmur 16:8-11, dikutip dalam Kis. 2:25-31. Perikop ini juga yang digunakan  Paulus untuk  menunjukkan kepada orang Yahudi bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati (Kis.1:2-3). Apa yang dilukiskan dalam 1 Korintus 15:3-7, tentang kesaksian penting kepercayaan umat Kristen pertama, menyatakan bahwa Yesus telah bangkit dari kematian dan telah menampakkan diri kepada banyak pengikut-Nya.
            Yesus sendiri menubuatkan tentang kebangkitan-Nya, misalnya Ia berkata, “Rombak bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali” (Yoh.2:19). Dalam Matius 12:40, Ia berkata, “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam”. Yesus juga mengajarkan bahwa Anak Manusia akan menanggung banyak penderitaan…lalu di bunuh dan bangkit sesudah tiga hari” (Mrk. 8:31). Yesus juga mengajar bahwa Ia akan membangkitkan Diri-Nya sendiri dari kematian, Yesus mengatakan “Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali” (Yoh. 10:18). Ini memperlihatkan bahwa Yesus Kristus berdaulat dan berkuasa atas keadaan. Kebangkitan Yesus sangat penting, karena mempertaruhkan kejujuran Yesus didalamnya.
Kebangkitan membuktikan kalau kematian Yesus cukup untuk membayar segalanya. Jika Yesus tidak dibangkitkan dari kematian, maka kematian-Nya merupakan sebuah kegagalan. Paulus berkata: ”Jika Kristus tidak bangkit, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah kepercayaan kamu” (1 Kor. 15:44).

Bukti-Bukti Kebangkitan Yesus
            Alkitab Perjanjian Baru menjelaskan bahwa Kristus disalibkan, mati, dan dikuburkan, pada hari yang ketiga bangkit dari kuburnya. Murid-murid adalah saksi kebangkitan Yesus Kristus. Lukas, mencatat dalam Kisah Para Rasul 1:3, "Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah."
Seringkali muncul sangkalan bahwa Yesus Kristus tidak pernah bangkit. Ada yang mendalihkan bahwa murid-murid-Nya pergi kekuburan yang salah, di mana seorang muda berpakaian putih berkata, “Ia tidak ada di sini,” yang berarti Ia ada di kuburan yang lain. Demikian juga dengan anggapan bahwa para murid-Nya yang telah menyingkirkan tubuh Yesus. Jika ada anggapan bahwa mayat Yesus diambil oleh para murid-Nya, maka hal ini tidak mungkin, karena tidak ada pikiran tentang kebangkitan dalam benak para murid-Nya saat itu. Justru pada saat itu mereka tak berpengharapan dan putus asa, kalah, bersembunyi karena ketakutan terhadap orang-orang Yahudi. Lagi pula, Matius menceritakan bahwa penjaga ditempatkan diseberang kuburan Yesus, sehingga tidak mungkin mereka mencuri mayat Yesus (Douglas, 2008:14).
Namun sangkalan itu tidak pernah bertahan terhadap bukti-bukti berupa fakta-fakta nyata tentang kebangkitan Yesus Kristus. Menurut J.R.W Stott ada empat hal yang membuktikan bahwa Yesus telah bangkit yaitu pertama, kubur yang kosong. Sekiranya Yesus Kristus tidak dibangkitkan, maka dimanakah tubuh-Nya? Para pengikut-Nya telah melihat kubur-Nya telah kosong dan malaikat-malaikat mengisyaratkan bahwa Yesus telah bangkit dari kematian seperti yang dikatakan-Nya (Mat.28:5-7). Kedua, kain kafan yang masih utuh dan tidak berantakan, hanya didalamnya sudah tidak ada tubuh Yesus karena sudah bangkit. Ketiga, penampakan Yesus kepada murid-murid-Nya. Kitab Injil mencatat Yesus menampakkan diri-Nya kepada banyak orang diberbagai tempat dalam situasi yang berlainan setelah Ia bangkit dari kematian. Penampakan ini dapat dilihat antara lain: penampakan diri-Nya kepada Maria Magdalena (Yoh.20:11-18; Mrk.16:9-11), kepada perempuan-perempuan ketika mereka pulang dari kuburan (Mat.28:9-10), pada Petrus (Luk.24:34; 1 Kor.15:5), dua murid yang berjalan ke Emaus (Mrk. 16:12-13; Luk.24:13-35), sepuluh murid (Mrk.16:14), kesebelas murid (Yoh.20:26-29), tujuh murid di danau Galilea (Yoh.21:1-23), lima ratus orang (1 Kor.15:6), Yakobus saudara tiri Yesus (1 Kor.15:7), sebelas murid di bukit Galilea (Mat.28:16-20; Mrk.16:15-18), kepada murud-murid-Nya pada saat Ia naik ke surga (Luk.24:36-53; Kis.1:1-9), Stefanus ketika ia dirajam batu (KPR.7:55-56), Paulus pada jalan ke Damaskus (KPR. 9:3-6; 22:6-11; 26:13-18), Paulus di tanah Arab (KPR. 20:24; 26:17, Gal. 1:17), Paulus di Yerusalem (KPR.22:17-21), Paulus di penjara sebelum ke Kaisarea (KPR.23:11), Yohanes di pulau Patmos (Wahyu 1:12-20). Perkataan Yesus ketika berjumpa dengan murid-Nya, “Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendiri ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku” (Luk.24:39; Yoh.20:20), dan perkataan Yesus kepada Thomas,”Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah” (Yoh.20:27). Penampakan-penampakan ini merupakan fakta sejarah yang menunjukkan bahwa Yesus benar-benar telah bangkit.
           
Hakekat Kebangkitan Yesus
            Kebangkitan Yesus menegaskan bahwa apa yang pernah Yesus katakan kepada orang Yahudi dan murid-murid-Nya benar-benar terjadi. Kepada orang Yahudi Yesus mengatakan, "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali (Yoh 2:18-19), dan kepada murid-murid-Nya, Yesus berkata Ia akan dibangkitkan pada hari yang ketiga (Mat. 16:21; Luk.9:22). Kebangkitan membenarkan jalan yang telah Yesus tempuh, sekalipun salib mula-mula tanpak sebagai kegagalan Yesus serta misi-Nya, tetapi kebangkitan-Nya telah mengubahkan semua persepsi itu. Kebangkitan telah mengubahkan para murid-Nya, mereka menjadi rasul yang percaya diri dan berani menyaksikan berita Injil kepada dunia, mereka bersedia mati martir dan bersukacita sebagai utusan Yesus Kristus.
            Essensi kebangkitan Yesus Kristus merupakan fakta kemenangan dari kuasa terbesar yaitu kematian. Paulus menyatakan, “Hai maut dimanakah kemenanganmu? Hai maut, dimanakah sengatmu?" (1 Kor.15:55). Kebangkitan Yesus Kristus merupakan kemenangan atas kematian, kemenangan atas jerat atau belenggu dosa. Kebangkitan-Nya telah mengalahkan kuasa dosa, sengat dosa yang menakutkan sudah dihancurkan. Kebangkitan Yesus telah memberikan pengharapan yang bersifat mutlak. Melalui kebangkitan-Nya kita memperoleh kepastian dan jaminan keselamatan. Pengharapan Kristen didasarkan di atas kemenangan Kristus yang bangkit dari kematian. Kebangkitan-Nya telah memberikan pengharapan yang pasti.
            Kebangkitan Yesus membuktikan Pribadi-Nya adalah Tuhan. Kebangkitan-Nya adalah bukti utama akan keilahian-Nya dan ketuhanan-Nya. Kebangkitan-Nya sangat perlu bagi pekerjaan-Nya dalam kematian, karena tanpa kebangkitan-Nya, kematian-Nya akan menjadi tidak ada artinya. Jika Yesus tidak bangkit dari antara orang mati, berarti Dia bukanlah Anak Allah, akibatnya kematian-Nya di kayu salib merupakan kematian orang biasa dan tidak mempunyai nilai apa-apa bagi orang lain. Sebaliknya bila Yesus benar-benar bangkit dari antara orang mati, maka Ia tidak hanya menunjukkan bahwa apa yang dikatakan benar terjadi dan apa yang dikemukakan di dalam Alkitab benar adanya yaitu Yesus sebagai korban pengganti bagi dosa seluruh dunia. Melalui kebangkitan-Nya, pernyataan Yesus tentang diri-Nya sebagai anak Allah terbukti benar. Petrus mengatakan pada hari Pentakosta bahwa kebangkitan merupakan bukti jelas, “Allah telah membuat Yesus yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus” (Kis.2:36). Kebangkitan Yesus merupakan karya Allah dalam membentuk hidup yang baru. Paulus menekankan kebangkitan Yesus Kristus membawa kepada hidup yang baru, “Bagiku hidup adalah Kristus” (Filipi 1:21). Kebangkitan Yesus akan berimplikasi bagi orang yang percaya kepada-Nya. Kebangkitan Yesus adalah jaminan dan janji kepada pengikut-pengikut-Nya mengenai hidup abadi setelah kematian.
            Kebangkitan Yesus membuat orang yang percaya kepada-Nya diterima serta dibenarkan oleh Allah (Roma 4:25). Orang berdosa yang bertobat serta percaya kepada Yesus Kristus akan dibenarkan di hadapan Allah. Kebangkitan-Nya mengesahkan pekerjaan-Nya selaku Imam Besar. Sebagai iman Besar Yesus duduk disebelah kanan Allah Bapa dan menjadi pembela bagi kita orang percaya (Roma 8:34). Kebangkitan Yesus Kristus merupakan alasan bagi persekutuan rohani yang baru, persekutuan di dalam jemaat Kristus yaitu tubuh-Nya sendiri. Pada hari kebangkitan-Nya Yesus Kristus menjadi anak sulung di antara banyak saudara (Roma 8:29), orang yang percaya kepada-Nya akan diangkat menjadi anak-Nya (Efesus 1:5).
            Kebangkitan-Nya membawa orang yang percaya mendapat kuasa yang cukup untuk hidup dan bekerja. Kuasa  kebangkitan Yesus Kristus memberikan kepada kita hidup yang baru dan kuasa untuk mengeluarkan buah-buah bagi Allah. Kebangkitan-Nya telah memberikan suatu hidup yang penuh dengan pengharapan. Kebangkitan-Nya telah memberikan kepastian bagi kebangkitan semua manusia. Kebangkitan-Nya memberi kepastian bahwa orang-orang berdosa juga akan dibangkitkan (1 Korintus 15:22) untuk menerima hukuman.

Baca Terusannya »»  

Yesus Manusia sejati dan Allah Sejati

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Yesus ada sebelum dunia dijadikan
            Alkitab menulis bahwa Yesus Kristus sudah ada sebelum Ia dilahirkan ke dalam dunia ini (Yoh 1:1-5; 8:58; 17:5, 24; Kolose 1:13-17; Ibrani 1:2, 8; 2:10). Yesus tidak pernah diciptakan dan Ia selamanya ada, yaitu dari kekal sampai kekal. Keberadaan Yesus dari waktu kekekalan adalah ajaran yang sangat penting dalam kekristenan. Dikatakan demikian karena apabila Yesus tidak berada dalam kekekalan, berarti Yesus adalah ciptaan yang berada dalam waktu, dan ini menyatakan Yesus bukan Allah. Dalam Yohanes 8:58, Yesus berkata: “sebelum Abraham jadi, Aku ada”, pernyataan ini mengisyaratkan bahwa diri-Nya adalah kekal dan karena kekal berarti diri-Nya adalah Allah. Keberadaan Yesus yang sesungguhnya tidak dimulai dari dalam kandungan Maria, tetapi Yesus telah ada sebelum segala zaman ada (Yoh. 8:58; 17:5, 24; 8:23). Ini menunjukkan bahwa Yesus ada sebelum segala sesuatu ada, Ia tidak dibatasi materi, dan segala sesuatu adalah berasal dari pada-Nya. Eksistensi-Nya melampaui manusia dan tidak dibatasi oleh sejarah manusia. Ia adalah awal dari segala sesuatu dan Ia adalah akhir dari segala sesuatu (Wong, 1994:13)
Perjanjian Lama memberikan bukti-bukti tentang kekekalan Yesus, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penampakan diri Yesus pada zaman Perjanjian Lama yang disebut “theophani” juga memberikan bukti tentang keberadaan-Nya dalam kekekalan. Nubuatan tentang diri-Nya (Mesias) dalam Perjanjian Lama dikatakan: “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala” (Mikha 5:1). Ayat ini merupakan salah satu bagian yang berbicara tentang kekekalan-Nya. Semua nubuatan dalam Perjanjian Lama tentang kedatangan Mesias merupakan bukti bagi kekekalan-Nya. Yesaya 9:5, menyatakan bahwa Yesus tidak hanya dinyatakan sebagai Allah Perkasa tetapi juga dinyatakan sebagai Bapa yang kekal. Keberadaan Yesus dalam Perjanjian Lama mendukung bukti tentang kekekalan-Nya.
Kekekalan Yesus Kristus juga dinyatakan di dalam Perjanjian Baru. Pernyataan pada pendahuluan injil Yohanes menguatkan tentang kekekalan Yesus Kristus, “pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah (Yoh. 1:1)”. Kata “pada mulanya” (Yunani, en archei) agaknya menunjuk pada suatu waktu dalam masa kekekalan (Walvoord, Tt: 17). Di dalam surat-surat kiriman Paulus juga terdapat bukti kekekalan Yesus Kristus, seperti dalam Kolose 1:16-17, “karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.” Ayat ini memberi pernyataan bahwa Yesus Kristus sudah ada sebelum segala sesuatu diciptakan. Jikalau Yesus Kristus sudah ada sebelum segala sesuatu diciptakan, berarti keberadaan Yesus bukan diciptakan tetapi pribadi yang kekal. Yesus sendiri menyatakan diri-Nya bahwa Dia adalah Alfa dan Omega, yang Awal dan Yang Akhir (Wahyu 1:8,17).

Yesus Mesias, Anak Allah
 Kitab Suci mencatat kedatangan Mesias telah dinubuatkan ratusan tahun sebelum Yesus lahir. Dalam Kejadian sampai Maleaki banyak membicarakan pengharapan akan datangnya Mesias Israel. Perjanjian Lama mengandung 300 rujukan kepada Mesias yang terpenuhi di dalam Yesus Kristus (McDowell, 2007:232). Kata Mesias sendiri berasal dari bahasa Yunani “Messias” yang merupakan perubahan dari bentuk bahasa Aram dari bahasa Ibrani “Mashach”, artinya “mengurapi”. Kata yang searti dalam Perjanjian Baru ialah “Kristos” atau Kristus, artinya “Yang Diurapi”. Jadi Kristus dan Mesias artinya adalah “Yang diurapi”.
Salah satu konsep tentang Mesias adalah Dia akan menjadi Raja, Dia anak Daud yang diurapi, Singa Yehuda yang akan membangun kembali kerajaan Daud yang sudah runtuh. Aspek inilah yang menjadi pengharapan bangsa Israel, pengharapan Israel terletak pada kedatangan Seorang yang diurapi sebagai Raja dan Imam, di mana Israel menaruh pengharapan untuk melepaskan mereka dari dosa dan penindasan. Sejak kecil orang Yahudi telah diajarkan bahwa bila Mesias itu datang, Dia akan menjadi pemimpin politik yang akan memerintah dan mengalahkan segala musuh-Nya. Dia akan membebaskan orang-orang Yahudi dari penjajahan pemerintahan Romawi. Seorang Mesias yang menderita siksaan sama sekali asing bagi konsep Mesias Yahudi. Josh Mc Dowell dalam bukunya mengutip pendapat dari Joseph Klausner, seorang sarjana Yahudi, menulis, “Mesias itu kian lama bukan saja menjadi penguasa politis yang menonjol, melainkan juga orang laki-laki yang memiliki kualitas-kualitas moral yang menonjol.”  Josh juga mengutip apa yang dikatakan oleh Jacob Gartenhaus, “Orang-orang Yahudi menantikan Mesias sebagai orang yang akan membebaskan mereka dari penindasan Romawi, jadi pengharapan Mesianis pada dasarnya adalah demi kebebasan nasional” (McDowell, 2010:65). Jewis Encylopaedia menyatakan bahwa orang-orang Yahudi merindukan pembebasan yang dijanjikan akan datang dari keturunan Daud, yang akan membebaskan mereka dari kuk perampas-perampas asing yang dibenci itu, mengakhiri pemerintahan Romawi yang kafir itu, dan menggantikannya dengan mendirikan pemerintahan-Nya sendiri yang penuh damai dan keadilan (McDowell, 2010:65).
Orang Yahudi telah menaruh segala pengharapan mereka kepada Mesias yang dijanjikan itu. Namun Yesus begitu berbeda dengan apa yang mereka harapkan. Setelah Yesus disalibkan dan mati di Golgota, maka semua pengharapan mereka tentang Yesus sebagai Mesias lenyap. Kebangkitan-Nya telah meyakinkan pengikut-pengikut-Nya bahwa Yesuslah Sang Mesias. Alkitab mencatat bahwa Yesus Kristus sendiri menyatakan diri-Nya sebagai Mesias yang dinanti-nantikan dalam Perjanjian Lama. Dia menyatakan bahwa segenap pekerjaan-Nya adalah penggenapan nubuatan Perjanjian Lama. Mesias digunakan untuk menunjuk peran Yesus sebagai Raja dan Hamba yang menderita, Mesias adalah sebutan yang paling sering digunakan untuk Yesus. Salah satu murid  Yesus mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah. Yesus bertanya kepada Petrus tentang Diri-Nya, Petrus mengakui bahwa “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” (Mat. 16:16), Yesus menjawab, “Berbahagialah engkau Simon Bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, tetapi Bapa-Ku yang di sorga” (Mat. 16:17). Seorang sahabat Yesus yaitu Marta juga berkata kepada Yesus, “Ya Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah” (Yoh. 11:27). Natanael juga mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah, ”Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" (Yoh. 1:49). Pengakuan Yesus kepada Imam Besar menjadi bukti yang menegaskan bahwa diri-Nya sebagai Mesias. Imam Besar bertanya kepada Yesus: Apakah Engkau Mesias, Anak dari yang Terpuji? Jawab Yesus, “Akulah Dia”.
            Demikian juga dengan nubuatan tentang Yesus sebagai Mesias dapat dilihat dari beberapa nubuatan yang terpenuhi dalam pribadi Yesus Kristus. Nubuatan tentang kelahiran-Nya dari keturunan seorang perempuan (Kej. 3:15) sudah digenapi melalui kelahiran Yesus dari seorang perempuan yaitu Maria (Galatia 4:4). Ada lusinan nubuatan dalam Perjanjian Lama tentang Mesias. Nubuatan ini ditulis ratusan tahun sebelum Yesus Kristus lahir. Nubuatan-nubuatan itu merujuk pada Yesus sebagai penggenapan nubuat tentang Mesias yang diurapi secara ilahi.

Yesus adalah Allah Sejati
Keilahian Yesus merupakan  esensi dari Injil Kristus dalam Perjanjian Baru.  Keilahian Yesus Kristus terus menjadi isu penting dan terus menerus diperdebatkan dalam gereja. C.S. Lewis dalam bukunya Mere Christianity menulis:
“Saya berusaha mencegah orang dari mengatakan hal-hal yang bodoh yang biasanya orang katakan mengenai Dia [Yesus Kristus]: “Saya siap untuk menerima Dia sebagai seorang pengajar moral yang agung, tapi saya tidak menerima klaim bahwa Dia adalah Allah” (McDowell, 2010:18).    

Konsili Nicea tahun 325 Masehi, gereja menyatakan bahwa “Yesus dilahirkan bukan diciptakan”, dan sifat ilahi-Nya mempunyai esensi yang sama (homo ousios) dengan Bapa (Sproul, 2000:103). Pengakuan Nicea ini menyatakan bahwa Pribadi kedua dari Allah Tritunggal mempunyai esensi yang sama dengan Allah Bapa. Keberadaan Yesus adalah keberadaan Allah, Yesus bukan hanya seperti Allah, tetapi Dia adalah Allah. Pengakuan tentang keilahian Yesus didasarkan pada berbagai pernyataan di dalam Perjanjian Baru.
Beberapa pernyataan Yesus tentang diri-Nya yang ilahi, “Aku dan Bapa adalah satu (Yoh. 10:30), Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku (Yoh. 14:10), barang siapa melihat Aku, ia melihat Dia yang telah mengutus Aku (Yoh.12:25), Akulah jalan kebenaran dan hidup (Yoh.14:6). Yesus juga menegaskan, “Jikalau sekiranya kamu mengenal Aku, kamu mengenal juga BapaKu” (Yoh. 8:19); “Barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku” (Yoh. 12:45); “Barangsiapa membenci Aku, ia membenci juga BapaKu” (Yoh.15:23); “Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia” (Yoh.5:23). Ayat-ayat ini sangat jelas menunjukkan bahwa Yesus memandang diri-Nya lebih dari sekedar manusia. Pernyataan Yesus ini memberikan gambaran diri-Nya sebagai Allah dapat diartikan bahwa Yesus bukan hanya sekedar nabi, guru yang baik, atau orang saleh. Pernyataan ini mengacu kepada pribadi Yesus yang menyatakan diri-Nya sebagai yang Ilahi. Demikian juga dengan pernyataan Yesus yang mampu mengampuni dosa (Markus 2:5; Luk. 7:48-50). Bagi orang Yahudi hanya Allah saja yang dapat mengampuni dosa, tak seorangpun  di bumi ini memiliki wewenang atau hak untuk mengampuni dosa, kecuali Allah. Bila Kristus mampu mengampuni dosa, berarti Dia juga menyatakan diri-Nya sebagai Allah.
Selain pernyataan Yesus sendiri, Alkitab memberikan cukup banyak bukti tentang keilahian-Nya, seperti Alkitab secara terang-terangan menyatakan keilahian Yesus (Yoh. 1:1; 20:28; Rom. 9:5; Filipi 2:6; Titus 2:13; 1 Yoh. 5:20,2), Alkitab memberikan nama-nama Ilahi kepada Yesus (Yes. 9:5; 40:3; Yer. 23:5, 6; Yoel 2:32), Alkitab mengenakan sifat-sifat Ilahi kepada Yesus, seperti keberadaan-Nya yang kekal (Yes. 9:5; Yoh. 1:1, 2; Wahyu 1:8; 22:13), berada di mana-mana (Mat.18:20; Yoh. 3:13), maha tahu (Yoh. 2:24, 25; 21:17; wahyu 2:23), maha kuasa (Yes. 9:5; Filipi 3:21; wahyu 1:8), tak berubah (Ibr. 1:10-12; 13:8), Alkitab menyebutkan bahwa Yesus yang mengerjakan karya-karya Ilahi, misalnya penciptaan (Yoh. 1:3,10; Kolose 1:16; Ibr 1:2; 1:10), berdaulat penuh (Luk.10:22; Yoh. 3:35; 17:2; Efs. 1:22; Kolose 1:17; Ibr. 1:3), mengampuni dosa (Mat. 9:2-7; Mark. 2:7-10; Kolose 3:13) (Walvoord, Tt:98). Yesus menerima penyembahan dan penghormatan yang hanya boleh diterima Allah, Yesus menerima penyembahan sebagai Allah (Mat. 14:33; 28:9), dan kadang menuntut supaya disembah sebagai Allah (Yoh. 5:23). Segala kekayaan Allah ada di dalam Yesus, hanya Yesus yang dapat menampung segala kekayaan Allah, sebab Yesus sendiri adalah Allah dan bersatu dengan Allah. Yesus dapat mewujudkan kemuliaan Allah, hikmat, pengetahuan dan kuasa Allah. Ini membuktikan bahwa segala keberadaan Allah ada di dalam Yesus. Jadi jelas bahwa Yesus bukan menyerupai Allah, melainkan Ia adalah Allah sejati.  Yesus menyatakan diri-Nya sebagai hakim atas semua manusia (Mat.25:31; Yoh.5:27), Yesus memiliki kuasa untuk membangkitkan dan menghakimi orang mati (Yoh.5:21). Demikian juga dengan pernyataan Stefanus ketika di rajam, “ia berseru dengan suara nyaring, ‘Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku!’” (KPR. 7:59). Pernyataan Stefanus mengindikasikan bahwa Yesus adalah Allah,  karena roh manusia akan kembali kepada pencipta-Nya yaitu Allah. Stefanus menyerahkan kembali rohnya kepada Tuhan Yesus sebagai Allah penciptanya. Apa yang  telah dipaparkan di atas menjelaskan begitu banyak pernyataan Alkitab mengenai Yesus Kristus sebagai Allah Sejati.

                                               Yesus adalah Manusia Sejati
            Kemanusiaan Yesus Kristus sama penting dengan keilahian-Nya. Pentingnya kemanusiaan Yesus karena  manusia adalah orang yang berdosa, maka yang harus menebus adalah seorang manusia yang dapat mati (Roma 8:3; Ibr. 2:14-17). Jika Yesus hanya Allah saja, maka Dia tidak bisa mati untuk menanggung dosa manusia. Yesus memasuki situasi manusia untuk bertindak sebagai penebus manusia, Dia menjadi pengganti manusia, Dia menanggung dosa manusia dan menderita menggantikan manusia, dan yang layak menjadi pengganti adalah manusia yang tidak berdosa.
Pada tahun 451 Masehi, konsili oikumene besar Chalcedon meneguhkan bahwa Yesus Kristus adalah benar-benar manusia dan benar-benar Allah dan bahwa kedua natur dari Yesus Kristus merupakan suatu kesatuan yang tanpa pencampuran (Sproul, 2000:111). Walaupun bidat-bidat yang menyangkal kemanusiaan Yesus terus merongrong, tetapi fakta-fakta bahwa  membuktikan Yesus Kristus adalah manusia sejati, misalnya dapat dilihat bahwa Ia memiliki tubuh manusia sejati yang terdiri dari daging dan darah. Tubuh-Nya sama dengan manusia, kecuali satu yang berbeda dengan manusia adalah tidak berdosa. Yesus datang sebagai manusia (Yoh. 1:14; 1Tim. 3:16; Fil. 2:7-8; Ibr. 2:14; 1Yoh. 4:2).Yesus memiliki tubuh (Mat. 26:26, 28; Luk. 24:39; Ibr. 2:14) maupun psuche-jiwa/roh (Mat. 26:38; 27:50; Luk. 23:46; Yoh.11:33; 12:27; 13:21; 1Yoh. 3:16).Yesus memiliki pikiran manusia (Mat. 24:36; Luk. 2:40, 52), perasaan manusia (Mat. 8:10; 9:36; 26:37-38; Mar. 3:5; 6:6; Luk. 7:9; Yoh. 11:33, 35; 12:27) dan kehendak manusia (Mat. 26:39). Yesus mengalami pertumbuhan/perkembangan (Luk. 2:40, 52). Yesus mengalami semua pengalaman manusia, seperti: lahir (Luk. 2:7), lapar (Mat. 4:2), haus (Yoh. 4:7; 19:28), letih (Yoh. 4:6), tidur (Mat. 8:24), menderita (Ibr. 2:10, 18; 5:8) dan mati (Yoh. 19:30). Sama seperti manusia, Yesus juga dibatasi oleh ruang dan waktu, Yesus tidak bisa berada lebih dari satu tempat pada saat yang sama. Yesus juga mengalami segala macam emosi manusia, seperti kegembiraan (Luk.10:21), kesedihan (Mat.26:37), kasih (Yoh.11:5), belas kasihan (Mat.9:36), rasa heran (Luk.7:9), marah (Mrk. 3:5) (Milne, 2002:179). Alkitab begitu  banyak memberikan bukti tentang kemanusiaan Yesus Kristus.
Natur manusia Yesus memiliki keterbatasan seperti halnya dengan manusia, kecuali dalam hal ketidakberdosaan-Nya. Yesus tidak hanya mempunyai badan dan jiwa insani, tetapi Ia juga mengambil bagian di dalam sejarah dan kebudayaan bangsa-Nya. Tata pakaian-Nya dan bahasa adalah sama dengan orang Yahudi. Fakta-fakta ini juga membuktikan bahwa Yesus adalah manusia sejati.
Dengan mengambil rupa manusia, Ia menyatakan diri-Nya kepada manusia. Yesus telah merendahkan diri-Nya mengambil rupa seorang hamba, menjadi seorang manusia. Dengan mempunyai rupa manusia yang sejati, barulah Yesus bebas berhubungan dengan manusia. Jika Yesus tidak memiliki sifat kemanusiaan yang sejati, maka Ia tidak mungkin dapat berhubungan dengan manusia, dan manusia pun tidak mungkin dapat mengenal dia. Dengan rupa seorang manusia, ini membuktikan bahwa Ia adalah manusia sejati
                                                                                                          
Yesus adalah Allah Sejati dan Manusia Sejati
            Yesus Kristus memiliki tabiat Ilahi dan tabiat manusiawi, kedua tabiat ini sempurna dalam satu pribadi. Bagaimana kedua pernyataan ini digabungkan dalam satu pribadi, tentu ini akan selalu menjadi misteri. Ini adalah rahasia Allah yang besar (1 Tim. 3:16). Namun tetap harus dipahami bahwa keduanya tidak berdiri sendiri atau terpisah. Kita tidak bisa berkata bahwa Yesus adalah Allah dan manusia, melainkan Ia adalah Allah-Manusia yaitu Allah dan manusia yang dipersatukan.  Tabiat Ilahi dan tabiat manusia-Nya selalu bekerja bersama-sama dan kedua tabiat tersebut tidak pernah bertentangan. Dalam keilahian-Nya Ia menyatakan kemanusiaan-Nya, kuasa ilahi-Nya diekspresikan melalui sifat kemanusiaan-Nya. Dalam kemanusiaan-Nya Ia memiliki sifat keilahian, sehingga dari diri-Nya manusia dapat mengenal Allah. Yesus memiliki sifat Ilahi, maka Ia pun mulia dan berkuasa sama dengan Allah Bapa. Ia memiliki sifat kemanusiaan, maka Ia dapat bersimpati kepada manusia, dan dapat menyelami kesusahan manusia. Yohanes 1:14 mencatat bahwa Firman itu telah menjadi manusia, Yohanes menekankan bahwa Firman itu benar-benar termasuk umat manusia.  Kristus, Allah yang kekal itu menjadi manusia (Filipi 2:5-9). Kemanusiaan dan keilahian berpadu di dalam diri-Nya. Dengan merendahkan diri-Nya Ia memasuki hidup kemanusiaan dengan segala keterbatasan dari pengalaman manusia.
Pada zaman purba sudah muncul pandangan-pandangan yang berbeda, seperti: Ebonisme, cabang Kristen Yahudi ini menghapuskan sama sekali keilahian Yesus. Mereka menganggap Yesus hanya manusia meskipun diangkat oleh Allah sebagai Mesias (Milne, 2002:201). Gerakan Doketisme yang hanya mengakui keilahian Yesus dan menghilangkan kemanusian-Nya. Mereka berpandangan bahwa Yesus hanya menyerupai manusia (2002:201). Gerakan Gnostisisme, gerakan ini mengakui Yesus bukan Allah sejati atau pun manusia sejati. Gerakan Arianisme yang menolak keilahian Yesus Kristus. Gerakan Apolinarianisme yang menyangkal kemanusian Yesus Kristus. Gerakan Nestorianisme yang memisahkan kedua kodrat Yesus Kristus (2002:2003).
            Pada tahun 451 diadakan suatu konsili di Chalcedon guna menyelesaikan perdebatan-perdebatan terhadap kedua kodrat pribadi Yesus Kristus.Walaupun konsili ini tidak memuaskan semua pihak, tetapi telah menghasilkan dasar perumusan ortodoks mengenai pribadi Yesus. Pasal utamanya menegaskan, “kita harus mengakui bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah anak tunggal yang sama…sempurna dalam keilahian…sempurna dalam kemanusiaan…sehakikat (homoousios) dengan Bapa dalam keilahian, sehakekat (homoousios) dengan kita dalam kemanusiaan…diperkenalkan kepada kita dalam dua kodrat (fuseis), tanpa pembauran, tanpa perubahan, tanpa pembagian, tanpa pemisahan…sifat-sifat kedua kodrat tetap terpelihara dan berada sekaligus dalam satu pribadi (prosopon) dan satu hakikat (hupostasis).” (2002:204)
            Kedua kodrat yaitu kodrat manusia sepenuhnya dan kodrat ilahi sepenunya menyatu dalam satu pribadi, tanpa pembauran, tanpa perubahan, tanpa pembagian, dan tanpa pemisahan.Walaupun dalam satu kesatuan, tetapi masing-masing mempertahankan sifat-sifat hakikatnya. Kedua kodrat ini sama-sama bekerja dalam tiap-tiap pikiran, perkataan, perbuatan-Nya, dan kedua kodrat ini bekerja dalam satu pribadi. Lebih jauh, Kevin J. Conner dalam bukunya menulis, “Dalam satu pribadi Yesus Kristus, ada dua hakikat, manusia dan ilahi, yang bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan (Conner, 2004:365).
Baca Terusannya »»  

Berita Terkini

« »
« »
« »
Get this widget

Daftar Blog Saya

Komentar