Tulisan Jalan

Hidupku untuk mengharumkan nama-MU Jangan bersukcita ketika engkau berhasil dalam pelayanan, tetapi bersukcitalah karena namamu tercatat di Surga

Kau istimewa. Di seluruh dunia, tidak ada orang yang sepertimu. Sejak bumi diciptakan tidak ada orang lain yang sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki senyummu, tidak ada yang memiliki matamu, hidungmu, rambutmu, tanganmu, suaramu. Kau istimewa. Tidak ada orang lain yang memiliki tulisan yang sama denganmu. Tidak ada orang lain yang memiliki selera akan makanan, pakaian, musik, atau seni sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki cara pandang sepertimu. Sepanjang masa tidak ada orang lain yang tertawa sepertimu, tidak ada yang menangis sepertimu. Kaulah satu di antara seluruh ciptaan yang memiliki kemampuan seperti yang kau miliki. sampai selamanya, tidak akan ada orang yang akan pernah melihat, berbicara, berjalan, berpikir, atau bertindak seperti dirimu. Kau istimewa...kau langka. Tuhan telah menjadikanmu istimewa dengan satu tujuan yaitu MEMULIAKAN DIA

Cari Blog Ini

Kamis, 30 Agustus 2012

Integritas Hidup Seorang murid Kristus

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***

Integritas Hidup Seorang murid Kristus
            Waktu bergulir tidak terasa. Ya waktu secara kronos maupun kairos. Insan bernama manusia terus berpacu dengan waktu di dalam dunia yang  "berdarah-darah" dalam dosa. Rasanya baru bangun dari tidur semalam. Anak pertama kami, Juan, tidak terasa sudah berusia tujuh belas tahun. Ternyata dia sangat merindukan SIM C terselip dalam dompetnya. Ya, ia merasa  telah menjadi orang dewasa yang tidak perlu lagi diantar pergi ke sekolah tiap pagi oleh ayahnya. Tibalah  musim liburan panjang sebulan setelah kenaikan ke kelas tiga SMU. Sebenarnya Juan meminta kami untuk mencarikan pekerjaan baginya dalam masa liburan. Ia mau belajar  bekerja sambil merasakan bagaimana mencari uang. Saya sangat mendukung niatnya. Agar ia tahu hidup ini adalah perjuangan. Dan setiap tarikan nafas adalah anugerah Tuhan yang patut dihargai. Namun sayang Juan belum mendapat kesempatan untuk magang kerja. Lagi pula Juan terpaksa harus menunda niatnya itu karena terhalang enam kali kegagalan ketika ia ikut test mengambil SIM C.
            Juan pertama kali test pada hari Rabu, 9 Juni 2010. Di hari pertama ini saya tidak bisa mengantarnya ke kantor polisi di jalan Jawa Bandung. Saya mendapatkan tugas pelayanan pada hari wisuda III anak-anak TK dari sekolah yang kami dirikan tiga tahun lampau, khususnya untuk anak-anak dari kalangan tidak mampu. Teman saya seorang hamba Tuhan yang baik hati, bapak Harry Fudin mengantar dan mendampingi Juan. Dari tiga puluh pertanyaan Juan mampu menjawab  dua puluh tujuh pertanyaan. Tak pelak lagi, ia dinyatakan lulus test teori. Namun hatinya  gundah karena ia tidak lulus praktek. Ia berhasil di jalan zig zag dan huruf "U" tetapi sayang Ia terjatuh pada  lintasan angka delapan. Maklum motor masih menguasai Juan. Bukan sebaliknya.  Saya memotivasi dan memintanya terus berlatih untuk menghadapi test lusa harinya, Jum'at, 11 Juni 2010.  Pada hari itu Juan gagal lagi pada lintasan angka delapan. Hati saya turut gundah karena melihatnya frustrasi. Sebenarnya pada hari itu seorang polisi memanggil kami masuk ke dalam sebuah ruangan. Tapi saya terus saja berjalan. Saya tahu apa maksud ia memanggil kami. Ada jalan lain untuk instan mendapatkan SIM C. Ya kita maklum bersama.  Sebelum sampai ke rumah, saya mengajak Juan berlatih di sebuah jalan sempit kira-kira dua jam lamanya di bawah panasnya terik matahari. Dalam latihan itu nampak sekali wajahnya frustrasi karena ia selalu menurunkan kakinya ketika membelokkan motornya ke kiri atau ke kanan. Memang ia belum mahir. Saya juga terbawa kesal dengan ketidakbisaannya ini. Namun saya katakan kepadanya, "Nak, hidup dalam kebenaran dan mau menyenangkan Tuhan tidak mudah. Jaga integritas hidup. Kalau mau yang instan, dari awal papa bisa memakai uang alias suap bin sogok, maka tanpa test pun Juan bisa langsung memiliki SIM C itu. Tapi kita sebagai anak-anak Tuhan, tidak pantas melanggar aturan yang berlaku. Terlebih lagi, kita tidak pantas melukai hati Tuhan."  Juan menimpali, "Tapi orang lain juga melanggar. Mereka bayar koq!"  "Ya kita tidak boleh berbuat dosa karena orang lain juga berbuat dosa", demikian jawaban saya.  Saat berdiskusi ini sebenarnya hati saya sedih sekali, karena melihat Juan hampir putus asa. Betapa sulitnya hidup dalam kebenaran dan menyenangkan hati Tuhan di dalam dunia yang sudah jatuh dalam dosa ini.
            Juan harus test lagi pada hari Senin, 14 Juni 2010. Hati saya makin cemas dan tidak tenang karena  yakin ia pasti gagal lagi. Benar hari itu ia gagal lagi. Dia mulai kelihatan lebih frustrasi dari hari-hari test sebelumnya. Hati kecil saya menangis melihat Juan semakin galau. Apalagi dia berkata, "Pa, Juan tidak usah ambil SIM saja ya." Dia sudah di ambang patah hati. Hati saya makin tergoncang. Padahal saya dan istri saya selalu berdoa agar Tuhan menolong Juan. Saya meminta rekan-rekan hamba Tuhan senior turut mendukung Juan dalam doa. Hati saya sedikit terhibur dengan dukungan doa dan nasihat-nasihat para senior saya. Saking berharap Juan bisa lulus, saya memanggil adik ipar saya, Henry Panjaitan untuk datang khusus melatih Juan beberapa kali. Saya tidak enak mengganggu Henry, karena dia sangat sibuk. Itu sebabnya setiap kali latihan, Ima, istri saya memberikan sejumlah uang pengganti bensinnya. Sebenarnya Henry menolaknya. Hitung-hitung ongkos latihan sudah melebihi dana pembuatan SIM dengan cara "Nembak."  Tiap kali latihan empat jam, dari sore hingga malam hari. Tangan Juan sampai terkelupas berdarah-darah karena memegang setir motor selama berjam-jam tanpa henti. Kakinya Juga melepuh karena sering terkena mesin yang sangat panas. Juan harus ikut test lagi pada hari Rabu, 16 Juni 2010. Pada kali ke empat ini Juan gagal lagi mengendarai motor di angka delapan dan Zigzag.  Pada kali kelima test, Jumat, 18 Juni 2010 Juan gagal lagi. Saya betul-betul cemas dan amat gundah.
            Juan wajib ikut test lagi untuk kali ke enam, Senin, 21 Juni 2010. Hari itu bukan saya yang mengantarnya ke kantor polisi. Karena pagi jam sepuluh saya mengikuti sebuah persekutuan yang diadakan oleh pengurus almamater kami.  Arlem seorang saudara seiman mengantarnya. Ketika saya pulang dari persekutuan doa tersebut, saya bertanya kepada Juan apakah ia lulus kali ke enam ini. Ia menjawab, "Saya lulus pa. Hari kamis nanti tinggal berfoto saja", demikian jawabnya. Tapi hati saya tidak yakin ia lulus. Saya bertanya lagi, "Apakah tadi Juan berhasil mengendarai motor di angka delapan, Zigzag, dan huruf U?"  "Saya jatuh pa… di huruf U", jawab Juan.  Kata saya, "Oh itu berarti Juan belum lulus, kenapa disuruh berfoto pada hari Kamis, 24 Juni 2010?"  "Tidak tahu pa, om Ari (adik ipar Saya seorang polisi) sudah bicara dengan temannya, dan saya dinyatakan lulus", demikian jawaban Juan.  Saya katakan dengan tegas pada Juan bahwa saya tidak setuju dengan kelulusannya yang  dibantu pamannya. Itu adalah pelanggaran dan suatu ketidakbenaran. Mendapatkan SIM dengan cara dibantu orang. Saya katakan juga, "Juan tidak akan pernah merasa bahagia yang sejati ketika mendapatkan SIM itu. Lagian Tuhan Yesus tidak menghendaki cara-cara seperti itu."  Siang itu saya dan Juan berdebat cukup keras. Ia berkata, "Kenapa papa menghalangi saya yang sudah dinyatakan lulus. Apa papa tidak tahu tangan saya sudah lecet-lecet dan berdarah-darah? Kaki saya melepuh?  Ia menangis sambil berbaring. Saya menangis dalam hati melihat Juan yang sangat kecewa saat itu. Di satu sisi saya mau ia tetap berjuang mendapat SIM dengan cara yang benar, biar ada kepuasan sejati baginya, dan menyenangkan Tuhan. Tetapi di sisi lain saya juga tahu betapa ia sudah berjuang mati-matian sampai melepuh dan berdarah-darah tangan dan kakinya.  Ia berkata bahwa ia tidak mau lagi ambil SIM. Hati saya benar-benar trenyuh. Untung perdebatan itu berakhir karena Ima, istri saya mengambil alih situasi. Saya masuk ke kamar dan berbaring. Ima terus membujuk dan menghibur Juan dengan nasihat-nasihat firman Tuhan. Akhirnya, puji Tuhan, Juan mau mengikuti test yang ketujuh kalinya, pada hari Rabu, 23 Juni 2010.
Saya sangat gembira dengan kebesaran hati Juan. Karenanya  saya minta Henry untuk datang melatih Juan pada hari Selasa, 22 Juni 2010. Hari itu Juan dilatih selama empat jam dari sore sampai malam hari untuk persiapan test besok. Malam hari saya sungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan Yesus agar Juan mendapatkan belaskasihan-Nya pada waktu test besok hari. Dan pada hari Rabu pagi jam sepuluh sebelum berangkat ke kantor polisi, saya mengajak Juan berdoa bersama, "Tuhan Yesus selamat pagi. Ya Tuhan, Engkau tahu sudah enam kali Juan gagal. Betapa sukarnya kami mau hidup dalam kebenaran dan menyenangkan Engkau di dalam dunia yang sudah jatuh dalam dosa ini. Ada begitu banyak pilihan yang sangat mudah untuk mendapatkan SIM yang Juan butuhkan. Tapi, Tuhan, Saya dan Juan tidak mau melukai hati-Mu. Kami mau belajar hidup penuh integritas di hadapan-Mu. Tolonglah hari ini, demi nama Yesus, luluskan Juan agar kami jangan jatuh dalam dosa karena ketidaksabaran kami. Demi nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin!"
Saat itu juga kami langsung berangkat ke kantor polisi. Di tengah perjalanan saya menasihati dan memotivasi Juan dengan firman Tuhan. "Juan nanti akan menikmati rasa bahagia yang tiada taranya ketika mendapatkan SIM dengan cara yang benar. Itu akan menjadi sangat berharga. Berharga di matamu terutama berharga di mata Tuhan karena Juan hidup dalam kebenaran dan menyenangkan Tuhan Yesus", demikian dorongan saya. Akhirnya kami tiba di kantor Polisi langsung ke halaman test. Polisi agak kaget dengan kedatangan Juan untuk test lagi. Polisi itu memandang saya sambil berkata, "Pa anak bapak sudah lulus, besok tinggal berfoto saja." Saya langsung menjawab kepada polisi itu, "Ia kemarin tidak lulus karena masih jatuh di lintasan huruf U, biar saja Juan test lagi hari ini pak."  "Ya kalau begitu silakan saja pak", jawabnya dengan raut wajah yang kesal. Mungkin dalam hatinya berkata, "Gelo bener orang tua satu ini." Tentu polisi ini tidak paham nilai-nilai yang ingin saya tanamkan dan wariskan kepada Juan. Saya ingat sekali pernyataan rasul Yohanes dalam 3Yohanes 1:4, "Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran." Saya tahu dari firman Tuhan - bahwa tidak ada warisan yang lebih bermakna dan berharga bagi anak-anak saya bahkan bagi jemaat yang dipercayakan Tuhan pada saya, yang akan saya tinggalkan - selain mereka hidup dalam kebenaran, hormat, dan takut akan Tuhan. Bukankah firman Tuhan bersabda, "Supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu" (Ulangan 6:2). "Tetapi kepada manusia Ia berfirman: Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi"  (Ayub 28:28). "Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya" (Mazmur 25:12). "Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya" (Mazmur 112:1). "Hai orang-orang yang takut akan TUHAN, percayalah kepada TUHAN! —Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka" (Mazmur 115:11). "Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat" (Amsal 8:13). "Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan" (Amsal 22:4)? 
Akhirnya, Juan mengambil motor dan menaikinya untuk test lagi. Wajahnya terlihat pucat sambil ia mengendarainya menuju lintasan angka delapan yang ia sangat takuti itu. Sebelumnya saya katakan, "Juan jangan takut, Tuhan Yesus memberkatimu. Bernyanyilah sebuah lagu 'Dalam nama Yesus', sambil melewati angka delapan, ziqzaq, dan lintasan huruf U."  Saya terus memandang Juan, ketika melewati angka delapan, hati saya sangat gugup dan gemetar. Wow… Juan berhasil melewatinya!  Namun detak jantung saya makin berdenyut keras ketika Juan memasuki  jalan ziqzaq. Ia berhasil lagi. "Oh puji Tuhan", saya berkata dalam hati dengan jantung yang tetap dag dig dug… Saya berteriak, "Juan satu lagi Juan, tenang nak."  Ia mulai menuju lintasan huruf U sebagai etape terakhir yang menentukan lulus tidaknya ia. Dan ia mulai tancap gas, ketika ia belok ke kanan, oh… Juan terjatuh. Hati saya sangat sedih ketika melihat kepalanya digeleng-gelengkan dengan raut muka yang sangat kesal disertai suara mendesis ke luar dari bibirnya.  Dia sangat kesal. "Oh Tuhan Yesus tolonglah anakku, berbelakasihanlah kepada Juan, oh Tuhan", demikian doa saya dalam hati dengan gemetar. Rasanya saat itu saya ingin berteriak menangis. Namun saya berhasil menahannya.  Polisi, lalu berkata, "Hayu sekali lagi kesempatan dek." Juan tidak menunggu lama ia langsung menuju lintasan angka delapan. Saya mengamati dengan teliti namun bimbang. Juan lolos. Jalan ziqzaq, Juan lolos. Saya langsung berseru, "Juan tinggal satu lagi nak, tenang Juan pasti bisa lewati huruf U, kecil itu nak. Tenanglah!"  Akhirnya Juan menuju lintasan huruf U, ia terus melaju dan perlahan-lahan ia belok kanan dan……  "Oh haleluya Tuhan Yesus, engkau sungguh baik. Engkau telah mencurahkan belaskasihanmu untuk Juan hari ini. Terpujilah nama-Mu Tuhan Yesus", seru saya dalam hati. Juan akhirnya berhasil! Ia nampak sangat gembira sekali. Ia langsung SMS mamanya, "Ma, Juan luluuuuuuuuuuuuuuuuussssssssssssssssssssss. Yesssssssssssssssssssssssss!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" Air mata saya jatuh menetes di pipi. Saya sungguh bahagia. Tidak ada harta yang lebih berharga yang saya terima hari itu, kecuali damai sejahtera yang luar biasa di hati saya. Satu warisan yang sangat amat berharga telah saya berikan pada Juan. Juan baru menyadari dan mengaminkan nasihat-nasihat saya selama ini. Ia berkata, "Juan sungguh bahagia pak." Lalu saya berpesan, "Nak perjalanan hidupmu masih panjang, sekali waktu papa tidak ada lagi di bumi ini, ingatlah baik-baik. Dalam melakukan segala sesuatu, lakukanlah itu dalam kebenaran, takut akan Tuhan, dan senangkanlah hati Tuhan Yesus. Jangan pernah mau melukai hati-Nya.  Jangan pernah mau berkompromi dengan dosa. Pelihara integritas. Jangan pernah malu karena melakukan kebenaran Tuhan, meskipun banyak orang menghina dan memusuhimu kelak. Inilah warisan yang papa dapat berikan kepadamu nak. Papa tidak punya emas dan perak untukmu. Hormatilah Tuhanmu seumur hidupmu nak!"
"Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya. Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut" ( Amsal 14:26-27).  "Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang" (Pengkhotbah 12:13)

SOLI  DEO  GLORIA  !!!

Baca Terusannya »»  

Rabu, 29 Agustus 2012

KEMULIAAN BAGI TUHAN

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Suatu pagi saya mengantar mahasiswa yang tidak bisa melanjutkan
studinya dan pindah ke STT lain. Sebelumnya saya janjian dengan salah
satu pimpinan STT tersebut untuk mengantar mahasiswa itu ke gereja.
Setibanya di gereja saya sempat menunggu beberapa menit karena pintu
masuk masih terkunci. Beberapa waktu kemudian pengerja di gereja itu
keluar untuk membukakan pintu. Singkat cerita terjadi perbincangan di
antara kami bertiga, pengerja ini mulai memberikan gambaran dan
menceritakan keberadaan STT yang akan dituju, dia juga mulai memberi
motivasi supaya mahasiswa tersebut tetap semangat akan panggilannya.
Di tengah-tengah percapakan kami, dia menanyakan kondisi kesehatan
istri saya. Istri saya beberapa hari memang kurang sehat, sehingga
tidak bisa bertugas di ibadah pemuda hari sabtu dan pimpin pujian pada
ibadah raya pada hari minggu. Spontan saya menjawab, puji Tuhan sudah
baik, sekarang sedang mempersiapkan renungan untuk doa pemuda hari
senin. Dia mau supaya dalam setiap tugas yang Tuhan percayakan ada
urapan dari Tuhan, sama seperti ketika kamu (pengerja) diberi tugas,
selalu ada urapan dari Tuhan. Ketika mendengar perkataan saya bahwa
dia mendapat urapan ketika bertugas, ungkapan pertama yang saya dengar
keluar dari mulutnya adalah: "dimuliakanlah Tuhan", bagi saya pribadi
ini ungkapan yang luar biasa.

Firman Tuhan dalam Kolose 3:23 mengatakan: Apa pun juga yang kamu
perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan
bukan untuk manusia. Sekecil apapun pelayanan yang Tuhan percayakan,
marilah kita melakukannya dengan segenap hati untuk Tuhan, bukan
supaya mendapat penghargaan, pujian, sanjungan dari manusia. Memang
tidak salah jika kita disanjung, dihargai, atau dipuji orang, tetapi
ingat daging lemah! Waspadalah ketika kita mendapat pujian, sanjungan
dari manusia, karena saat itulah kita diperhadapkan pada pilihan
antara merasa diri hebat dan melupakan Tuhan, atau sebaliknya merasa
bahwa apa yang kita terima bukan karena kemampuan kita semata, tetapi
semua berhasil karena campur tangan Tuhan. Firman Tuhan dalam Daniel
2:20 Berkatalah Daniel: "Terpujilah nama Allah dari selama-lamanya
sampai selama-lamanya, sebab dari pada Dia-lah hikmat dan kekuatan!
Marilah kita mulai mengatakan terpujilah nama Allah dari
selama-lamanya sampai selama-lamanya karena hanya oleh Dia-lah, kita
diberi hikmat dan kekuatan, sehingga kita masih ada dan dapat berkarya
bagi hormat dan kemuliaan nama-Nya. By: Adrianus Pasasa
Baca Terusannya »»  

Sabtu, 25 Agustus 2012

M U D I K

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Mudik sudah menjadi tradisi menjelang lebaran, mudik lebaran merupakan
momen yang dinanti-nantikan oleh sebagian masyarakat Indonesia.
Sepuluh hari menjelang lebaran tiket transportasi sudah habis terjual.
Bahkan ada yang rela bermalam di loket penjualan tiket sekedar untuk
mendapatkan tiket supaya bisa mudik ke kampung halaman. Mudik lebaran
membawa kesenangan tersendiri bagi para pemudik, setelah sekian waktu
mencari nafkah di ibu kota, mereka meninggalkan kesibukan sementara
dan meluangkan waktu untuk dapat menikmati kebersamaan dengan keluarga
di kampung halaman selama beberapa hari. Namun di balik cerita manis
dan menyenangkan, juga tidak sedikit yang harus pulang kampung untuk
selamanya, alis mengalami kecelakaan dan kehilangan nyawa. Dari data
kepolisian menyebutkan korban lalu lintas sudah mencapai 860 orang
selama mudik lebaran tahun 2012 ini.

Mudik seakan membuat banyak orang melupakan kepenatan, mereka
seakan-akan lupa akan segala persoalan yang sedang mereka hadapi.
Jauh-jauh hari mereka sudah mempersiapkan segala sesuatu yang akan di
bawa ketika mudik ke kampung halaman. Bahkan banyak di antara mereka
yang tidak lagi memikirkan keselamatannya demi suatu kerinduan untuk
dapat merayakan lebaran bersama keluarga di kampung halaman. Luar
biasa kerinduan mereka untuk dapat mudik ke kampung halaman. Ini baru
kampung halaman duniawi, di mana hanya menjanjikan yang semu, tanpa
kepastian! bagaimana dengan kampung halaman kita yang sesungguhnya
(surga)? Seberapa besar persiapan kita untuk mudik ke sana? Apakah
sesibuk mempersiapkan mudik ke kampung halaman duniawi? Yang pasti
untuk dapat sampai ke kampung halaman yang sesungguhnya, satu
persiapan yang tidak boleh dilupakan karena ini merupakan syarat
mutlak untuk bisa masuk ke kampung halaman yang sesungguhnya (surga)
yaitu: PERCAYA KEPADA YESUS KRISTUS. Kata Yesus kepadanya: "Akulah
jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang
kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku (Yohanes 14:6). By: Adrianus
Pasasa
Baca Terusannya »»  

Kamis, 23 Agustus 2012

Tidak ada hal yang terlalu besar atau terlalu kecil bagi Tuhan

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
 1 Petrus 5:7 "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu."

Kadang-kadang dalam hidup akan ada situasi di mana Anda tidak akan memiliki sumber daya atau kemampuan untuk merespon. Akan ada situasi yang sepenuhnya di luar kendali Anda. Pengujian akan muncul, dan itu adalah saat dimana Anda harus percaya kepada Tuhan.

Ketika tagihan yang tak terduga tiba dan Anda bertanya-tanya bagaimana Anda akan dapat membayarnya.
Bila Anda mengalami krisis dengan pasangan Anda dan Anda bertanya-tanya bagaimana Anda akan bisa melewatinya.
Ketika orang yang dicintai meninggal dengan tiba-tiba dan Anda bertanya-tanya bagaimana Anda akan bertahan.
Ini adalah caranya: Anda percaya kepada Tuhan. Anda harus percaya kepada Dia. Dan Allah akan datang menolong Anda untuk melalui semuanya.

Tidak ada yang terlalu besar atau terlalu kecil bagi Tuhan untuk menanggapi.
Kadang-kadang kita cenderung menganggap remeh perjuangan orang lain. Saat mereka memberitahu kita apa yang mereka hadapi, kita berpikir, "Ah, yang benar saja. Kamu tahu apa yang telah saya lalui? Saya telah menderita lebih banyak daripada kamu." Tapi ketahuilah bahwa pemikiran Anda itu tidak benar.



Kesulitan mereka mungkin kelihatan tidak signifikan bagi Anda, tetapi itu sangat signifikan bagi mereka. Jika hal-hal itu penting bagi mereka, maka itu juga penting bagi Tuhan.

Setiap dari kita harus datang kepada Tuhan dengan beban dan perjuangan kita.
Apakah ada sesuatu yang membuat Anda tidak bisa tidur dengan nyenyak di malam hari?
Apakah ada sesuatu yang mengganggu Anda sekarang?
Apakah ada kebutuhan yang Anda miliki dan belum terpenuhi?
Bawa semua itu kepada Tuhan.


Tidak ada hal yang terlalu besar, juga tidak ada hal yang terlalu kecil dan tidak ada hal yang tidak signifikan.

Pemazmur menulis, "Dengarkanlah kiranya seruanku, ya Tuhan, perhatikanlah doaku! Dari ujung bumi aku berseru kepada-Mu, karena hatiku lemah lesu; tuntunlah aku ke gunung batu yang terlalu tinggi bagiku." (Mazmur 61:1-2)

Ketika dihadapkan dengan kebutuhan, tidak peduli seberapa besar atau kecil, kita harus selalu melihat dan berharap kepada Tuhan untuk memenuhi kebutuhan itu.



Tidak ada hal yang terlalu besar atau terlalu kecil bagi Tuhan,

Dia selalu peduli dan siap menolong orang-orang yang berharap dan berseru kepada-Nya.
Baca Terusannya »»  

Rabu, 22 Agustus 2012

Bapak Tukang Becak

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***

Suatu subuh beberapa tahun lampau, Ima, istri saya pulang dari pasar. Baru beberapa menit tiba di rumah, bel rumah kami berbunyi ... tet… tot...tet… tot… membisingkan gendang telinga saya yang masih tertidur pulas. Ech… ternyata si bapak becak datang membawa beberapa kantong belanjaan istri saya yang ketinggalan di becaknya. Peristiwa di atas mungkin bagi sebagian orang nampaknya perkara kecil dan sangat sederhana. Itu mah biasa. Oo saya sangat tidak setuju dengan persepsi itu. Perbuatan bapak becak itu sangat tidak sederhana.  Amat menggugah kalbu saya yang paling dalam. Terutama ketika mengamati kondisi bangsa tercinta kita saat ini yang menurut ahli Indonesia dari Northwestern University AS, Prof. Jeffry Winters bahwa negeri ini sudah dikuasai para maling. (http://www.rakyatmerdekaonline.com/, Selasa, 09 Agustus 2011 , 15:51:00 WIB. Dilaporkan oleh Soemitro, RMonline).
Bukan cuma itu. Camkan baik-baik. Keprihatinan saya yang sangat mendalam karena hutang Indonesia sudah mencapai Rp 1.796 triliun. Bila dibebankan kepada setiap rakyat Indonesia, maka setiap orang harus menanggung utang sebesar Rp. 74 juta (RMOL, Ninding Julius Permana, Kamis, 28 Juli 2011 , 10:50:00 WIB). Apakah hati kita tidak pilu?  Hutang sudah begitu menakutkan masih ditambah lagi dengan perilaku para maling yang bergentayangan di seluruh penjuru tanah air. Mau tahu siapa para maling di NKRI ini? Simak saja laporan ini. Para pejabat yang dipilih rakyat untuk mengusahakan kesejahteraan rakyat justru merekalah yang merampok habis uang rakyat. Simak saja laporan wartawan Kompas.com, Carolina Damanik yang dilansir oleh Kompas.com, dari Jakarta tanggal  17/1/2011, Senin siang jam : 14.09 WIB. Ia  menyebutkan ada 17 orang Gubernur dari 33 orang tersangka korupsi. Bayangkan  ada 50% dari jumlah seluruh Gubernur di Indonesia (33 Propinsi) mengidap penyakit korup bin maling. Dan ada 138 orang Bupati/Wali Kota dari 497 Kabupaten/kota yang juga berstatus tersangka korupsi. (http://sosbud.kompasiana.com/2011/01/18/138-bupatiwalikota-17-gubernur-tersangka-korupsi-fantastik/).  Quo Vadis Indonesia? Betapa mengerikan bangsa kita saat ini.
Terpikirkan oleh saya bahwa ada beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan oleh bapak becak sebagai alasan logis para maling. "Ah untuk apa mengembalikan barang yang ketinggalan itu. Kan ibu yang punya barang itu tak kenal wajah saya?" Boleh jadi si bapak becak berpikir demikian. Atau mungkin saja dia berpikir bahwa lebih baik ia membawa pulang saja kantong-kantong  belanjaan istri saya yang ketinggalan di becaknya. "Mumpung di rumah istri dan anak-anakku sedang butuh sayuran, ikan, daging, telor, dan lain-lain. Nah ini kesempatan emas", bisa saja dia berpikiran demikian. 
 Hati saya amat tersentuh karena ternyata ia tidak berpikir bahkan melakukan seperti yang saya bayangkan. Hati nuraninya bersih sehingga dengan senang hati ia mengembalikan barang-barang belanjaan istri saya. Ia tahu itu bukan miliknya. Si bapak becak meskipun susah mencari sesuap nasi dari hari ke hari untuk menghidupi istri dan anak-anaknya, ia tidak rela menginjak-injak harga dirinya dengan perilaku maling yang bernafsu rakus dan liar tak terkendali. Pendidikannya rendah namun mata hatinya tetap jernih dan bening. Ia masih bisa membedakan mana sejatinya yang miliknya dan mana yang punya orang lain. Ia sama sekali steril dari roh mumpungisme seperti yang diidap oleh sebagian besar petinggi di negeri ini.  "Kapan lagi saya jadi Presiden. Kapan lagi saya jadi Menteri. Kapan lagi saya jadi Gubernur, Wali Kota, Bupati, kapan lagi saya jadi anggota DPR, dan kapan lagi saya menduduki posisi "basah" ini.  Kapan dan kapan lagi? Bodoh sekali kalau Saya menyia-nyiakan kesempatan ini!", demikianlah kata hati para maling di negeri ini. Urat malu sebagian besar para pemimpin bangsa ini sudah putus. Yang tersisa hanyalah nafas yang terengah-engah yang siap menerkam mangsa. Ironis. Perilaku dan sikap hidup mereka tak seindah pakaian mereka yang kelihatannya begitu terhormat. Di depan publik perkataan mereka terdengar seolah-olah santun dan beradab tetapi rencana-rencana di belakang layar dan tindakan mereka sejatinya biadab. Si Muhammad Nazaruddin sudah tertangkap. Semoga ia benar-benar dapat kembali ke Indonesia. Biar ia dengan leluasa mau membuka semua kebejatan para kriminal berdasi di negeri ini.
 Saudara, juga boleh jadi timbul dalam benak si bapak tukang becak, "Gitu aja koq repot-repot, bukankah saya sedang berpacu dengan waktu dan harus menggenjot becak untuk mengejar target setoran sewa becak saya? Kalau mengembalikan barang yang ketinggalan ini, bukankah saya hanya membuang-buang waktu saja? Time is money bukan?  Praktisnya saya buang saja kantong-kantong belanjaan si ibu itu di parit. Habis perkara.  Apakah si tukang becak senada dengan  pikiran "doktor" (Dasar otak kotor) saya ini? Tidak Saudara, si bapak tukang becak ini malahan rela mengorbankan tenaga dan waktunya yang sangat berharga untuk mengembalikan belanjaan istri saya yang ketinggalan di becaknya. Si bapak becak ini tidak dikuasai roh pragmatisme, sepeleisme, dan duitisme sebagaimana mencengkeram banyak orang dewasa ini. Buat ini.. putuskan itu.. yang penting ada untungnya buat saya, teri atau kakap bahkan paus sama saja. Persetan dengan aturan dan hukum! Persetan dengan rakyat jelata! Berbahagia di atas penderitaan orang lain itu soal biasa bung! Bahkan persetan dengan Tuhan, siapa Tuhan itu? Bicara tentang Tuhan dan neraka, itu kuno!  Tetapi betapa hati si tukang becak ini dilumuri dengan sikap belas kasihan dan empati yang luar biasa. Tidak munafik. Mungkin dia berpikir, "Kasihan ibu itu kalau barang belanjaannya saya buang di parit. Nanti anak-anak dan suaminya akan makan apa hari ini?"
Betapa jauh bedanya dengan sebagian besar petinggi di negeri ini. Uang  untuk kesejahteraan rakyat dikuras habis dengan berbagai cara yang sangat cerdik. Gus Dur (Alm) pernah bilang, "Orang dulu, korupsinya di bawah meja, tetapi sekarang di atas meja." Menurut saya bukan cuma di atas meja tapi dengan meja-mejanya bahkan sekalian dengan kursi-kursinya dirampok juga. Si bapak tukang becak jauh dari perilaku murahan yang amat memalukan itu.
Andaikata  ada tujuh orang saja yang duduk di lembaga eksekutif, tujuh orang duduk di legislatif,  dan ada tujuh orang duduk di kursi yudikatif seperti si bapak tukang becak, maka bersukacitalah negeri ini. Tapi sayang sejuta sayang yang duduk di kursi-kursi terhormat sebagian besar adalah para maling berdasi. Seperti yang dikatakan proffesor Jeffry, "Secara prosedural, demokrasi di Indonesia sudah cukup bagus. Namun secara substansial, masih harus banyak diperbaiki. Sistem demokrasi yang sekarang dikuasai para maling. Hanya mereka yang punya uang banyak yang bisa naik. Setelah berkuasa, mereka kembali maling untuk mengembalikan sekaligus meraup untung dari investasi yang dikeluarkan. Yang terjadi seperti lingkaran setan. Pemilihan presiden secara langsung sudah ok. Tapi karena calon harus dari partai, maka hanya para maling saja yang bisa tampil. Untuk tampil harus punya uang. Jadi negeri ini sudah dikuasai para maling." Betapa sangat memalukan apa yang terjadi sekarang ini.
Nampak-nampaknya sudah saatnya negeri ini dipimpin oleh "si bapak tukang becak" yang bersih dan tidak berliku-liku kelakuannya, berjiwa bening, penuh integritas, berbelas kasihan, dan berbelarasa terhadap sesama, berpikiran jernih, punya harga diri, dan yang hormat akan Allah. Hanya dengan pemimpin yang demikian bangsa ini akan tiba dengan selamat di pelabuhan sejahtera yang kita idam-idamkan.
Sungguh benar kata Tuhan, "Lebih baik orang miskin yang bersih kelakuannya dari pada orang yang berliku-liku jalannya sekalipun ia kaya. Dan jika orang benar menang, banyaklah pujian orang, tetapi jika orang fasik mendapat kekuasaan, orang menyembunyikan diri" (Amsal 28:6,12). Masih adakah para petinggi di negeri ini yang bersih kelakuannya? Yang tidak berliku-liku jalannya? Semoga masih ada.
Mohon izinkan Saya menyerukan kepada segenap anak bangsa Indonesia di zaman ini. Umur hidupmu dan hidupku sangat terbatas di dunia ini. Mari kita sujud berdoa sungguh-sungguh, mohon belas kasihan-Nya, kiranya Tuhan Sang Penguasa Surga dan Bumi mau mengaruniakan kepada negeri tercinta kita para pemimpin yang senantiasa memikirkan dan bekerja keras dan cerdas demi kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi berikutnya. Dan dijauhkanlah bangsa ini dari para pemimpin yang hanya memikirkan dan berjuang untuk meraup kekuasaan hanya dari pemilu ke pemilu berikutnya. Kiranya bangsa ini dijauhkan dari para pemimpin yang bermartabat rendah yang hatinya hanya dipenuhi akar segala kejahatan yakni cinta uang (Kota Kembang, Rabu, 10 Agustus 2011. Rev. Hans).

Baca Terusannya »»  

Senin, 20 Agustus 2012

CARA TUHAN MENOLONG

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Suatu waktu saya berkunjung ke rumah teman di kota Bandung, yang Tuhan
telah pakai untuk membawa saya terjun dalam dunia pelayanan. Dalam
perbincangan kami pada siang menjelang sore itu, dia menyaksikan
beberapa waktu lalu ketika membuang air besar selalu disertai dengan
darah. Secara manusia tentu ini menimbulkan kekuatiran, namun satu hal
yang saya petik dari kesaksian itu, bagaimana Tuhan memberikan hikmat
dan hikmat itu telah memampukan dia untuk melihat tanaman menjalar di
pekarangan rumah yang selama ini hanya dibuat sebagai tanaman hias.
Pada waktu itu dia mencoba untuk merebus bijinya dan diminum secara
teratur. Setelah beberapa kali diminum hasilnya ketika membuang air
besar tidak disertai darah lagi.

Dalam menolong umat-Nya Tuhan dapat memakai berbagai cara, bahkan
hal-hal di luar pemikiran manusia pun dapat dipakai oleh Tuhan. Kisah
Elia yang dicatat dalam Alkitab adalah kisah bagaimana Allah menolong
umat-Nya. Ketika terjadi kekeringan, Tuhan memerintahkan Elia untuk
pergi ke sungai kerit untuk minum dari sungai itu, dan Tuhan juga
memerintahkan burung-burung gagak untuk memberi makan kepada Elia. Di
katakan bahwa pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa
roti dan daging untuk Elia. Setelah beberapa waktu sungai Kerit
menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu. Maka Tuhan
memerintahkan Elia untuk pergi ke Sarfat dan di sana Tuhan telah
memerintahkan seorang janda untuk memberikan makan kepada Elia.

Tuhan tidak pernah membiarkan orang-orang yang dikasihinya. Satu hal
yang Dia minta supaya kita baik-baik mendengarkan suara-Nya dan
melakukan dengan setia segala perintah-Nya. Dengan demikian tidak ada
yang dapat menghalangi kalau Dia memerintahkan kesembuhan,
memerintahkan berkat, memerintahkan hal-hal yang baik untuk masuk ke
dalam rumahmu. Tuhan akan memerintahkan berkat ke atasmu di dalam
lumbungmu dan di dalam segala usahamu; Ia akan memberkati engkau di
negeri yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu. Kalau saya pinjam
Istilah teman saya di atas bahwa Tuhan itu memiliki banyak keran, jika
keran yang satu macet, maka Ia akan membuka keran yang lain. Persoalan
dan masalah yang kita alami adalah hal biasa, dia hanya mampir untuk
menguji kita apakah kita tetap setia dan tetap berharap pada-Nya,
walaupun dalam kondisi yang menyesakkan. Ingat bahwa pengharapan
kepada Tuhan tidak pernah mengecewakan. Pertanyaannya, kepada siapa
kita menaruh pengharapan? Kepada karier, kepada harta kekayaan,
ketampanan, kecantikan, kedudukan, hal-hal duniawi. Jika demikian
halnya, hidup kita akan dipenuhi dengan kekecewaan. By: Adrianus
Pasasa
Baca Terusannya »»  

Rabu, 15 Agustus 2012

PEMIMPIN=HAMBA

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Hari ini kembali saya disadarkan lewat kebenaran firman Tuhan yang
disampaikan Pdt. Henry Efferin dalam acara wisuda STT SAPPI bahwa di
dalam suatu komunitas akan selalu ada perbedaan. Di dalam suatu
komunitas akan ada persaingan, saling mengkritik, dll. Ketika yang
satu bernyanyi do pasti ada saja yang bernyanyi re, ketika yang satu
mau naik kemungkinan ada yang dikorbankan atau disikut. Ini adalah
realita yang terjadi dan tidak menutup kemungkinan ini pun terjadi di
dalam gereja dan lembaga Kristen.

Pemimpin sejati adalah orang yang rela meninggalkan keakuannya dan mau
menjadi hamba. Pemimpin sejati adalah pemimpin yang menjalani proses,
tidak mengorbankan orang lain dan tidak melegalkan segala cara untuk
mencapai suatu posisi. Pemimpin sejati adalah pemimpin yang ditopang
oleh orang lain, bukan mengangkat dirinya sendiri, karena ketika dia
mengangkat dirinya sendiri, orang lain akan berusaha untuk menurunkan
dia. Sama seperti ketika orang naik tangga, saat dia naik dan orang
lain menopang dari bawah maka ketika sampai di atas tidak ada yang
akan menurunkan. Tetapi ketika dia naik dan menyikut orang lain dan
orang lain jatuh, maka ketika dia naik, orang lain pun akan berusaha
menarik kakinya sehingga diapun jatuh.

Menjadi seorang pemimpin harus memiliki keseimbangan antara tingginya
posisi dengan kedalaman karakter, posisi harus sepadan dengan
karakter. Setinggi apapun posisi yang dijabat kalau tidak sepadan
dengan karakter, maka itupun akan sia-sia. Pemimpin sejati adalah
orang yang memiliki dan menampilkan karakter Kristus dalam
kepemimpinannya. Pemimpin sejati adalah orang yang tau benar siapa
yang dia layani, sehingga dia tidak butuh "mencari muka" di hadapan
manusia, dia tidak akan kuatir akan hidupnya karena dia melayani Sang
pemilik alam semesta ini. Menjadi pertanyaan siapa yang kita layani?

Tuhan Yesus adalah pemimpin sejati, Dia telah memberikan teladan
kepemimpinan yang luar biasa, mau meninggalkan keakuannya, karena
kasih-Nya yang begitu besar akan dunia ini. Dia rela melayani
orang-orang yang terbuang, melayani orang-orang yang dianggap sampah
masyarakat, mau membentuk orang yang rusak menjadi baik dan berharga,
mengorbankan perasaan demi kita orang berdosa. Apa yang telah kita
perbuat? Apapun posisi kita saat ini, apa yang bisa kita banggakan?
Tidak ada! Tetapi satu kebanggaan bagi kita, ketika orang lain melihat
Kristus dalam diri kita dan lewat hidup dan kepemimpinan kita orang
dapat mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus serta bersyukur dan
memuji kebesaran nama-Nya. Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam
Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan
perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di
mana-mana (1 Korintus 2:14). Inilah kerinduan hati Tuhan, apapun
posisi kita saat ini, ingat bahwa kita adalah sarana yang Tuhan pakai
untuk membawa dan menyebarkan keharuman dan pengenalan akan Tuhan di
mana-mana. Bukan menjadi batu sandungan di mana-mana. By: Adrianus
Pasasa
Baca Terusannya »»  

Minggu, 12 Agustus 2012

PENAMPILAN YANG MENIPU

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Dalam obrolan siang disudut lapangan kampus STT SAPPI, beberapa
mahasiswa sedang berkumpul menunggu giliran untuk menggunakan
handphone di warcil. Satu topik yang mereka perbincangkan yaitu
masalah tertipu dengan penampilan seorang teman mereka. Waktu datang
mendaftar di kampus dia menggunakan pakaian yang rapih, kemeja lengan
panjang, celana kain yang masih kelihatan bekas setrikaan. Beberapa
mahasiswa lama yang melihatnya dalam hatinya berpendapat bahwa dia
adalah seorang dosen yang baru, padahal dia adalah calon mahasiswa
baru. Demikian juga dengan beberapa mahasiswa baru ketika pertama kali
datang ke kampus anggapan mereka sama seperti kakak angkatan mereka.
Karena penampilannya yang begitu rapih dan meyakinkan, sehingga dia
tidak kelihatan seperti calon mahasiswa, tetapi layaknya seperti
seorang dosen atau staf pengajar.

Penampilan seseorang dapat saja menipu dan mengelabui orang lain,
tetapi ingat Tuhan tidak akan pernah ditipu dan dikelabui dengan
penampilan luar. Tuhan tidak hanya melihat isi luarnya, tetapi Tuhan
juga melihat isi dalamnya, yang orang lain tidak pernah lihat. Apakah
isi luar sama dengan isi dalamnya, atau hanya bagian luarnya saja yang
dipoles sehingga kelihatan bagus, sedangkan bagian dalamnya penuh
dengan bangkai yang busuk. Ketika Tuhan Yesus diundang orang Farisi
untuk makan dirumahnya, dan Tuhan Yesus tidak mencuci tangannya
sebelum makan, dalam hatinya orang Farisi heran, tetapi Tuhan Yesus
mengetahui apa yang orang Farisi pikirkan. Tuhan Yesus menegur orang
farisi karena hanya mengutamakan bagian luar: Tetapi Tuhan berkata
kepadanya: "Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar
dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan
kejahatan (Lukas 11:39). Tuhan tidak menghendaki hal seperti itu,
tetapi Dia mau supaya apa yang nampak di luar mencerminkan keadaan
yang di dalam. Jika hanya memoles bagian luarnya saja tanpa
memperhatikan bagian dalam, berarti kita sedang menyakiti hati Allah
dan sedang menipu diri sendiri By: Adrianus Pasasa
Baca Terusannya »»  

Kamis, 09 Agustus 2012

FIRMAN ADALAH SUMBER KEHIDUPAN

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Pada suatu pagi ketika saya menyiram tanaman markisa di depan rumah,
dengan gayung saya mulai menimba air dalam ember dan menyiramkan ke
batang markisa, kemudian bagian daun juga tidak lupa saya siram.
Karena saat ini sedang musim kemarau, jadi mau tidak mau tanaman
markisa ini harus disiram dengan rutin, minimal dua kali dalam sehari
supaya tetap bertahan hidup. Suatu waktu karena kesibukan saya tidak
sempat menyiram selama dua hari, saya memperhatikan ada perubahan pada
daun dan buahnya. Daunnya banyak yang menjadi kuning demikian juga
dengan buahnya banyak yang menjadi keriput dan tidak ada isinya. Baru
dua hari tidak disiram dampaknya sudah banyak mempengaruhi pertumbuhan
markisa tersebut, terbayang seandainya seminggu tidak disiram,
mungkin tanaman markisa ini akan mengalami kematian secara
perlahan-lahan. Jadi air merupakan sumber utama bagi kehidupan
tumbuhan markisa.

Demikian juga dengan hidup orang-orang percaya, firman adalah sumber
kehidupan, ketika tidak pernah disiram dengan kebenaran firman Allah,
atau disiram tetapi hanya sewaktu-waktu alias tidak rutin disiram,
maka akan mengalami kekeringan rohani dan buah yang dihasilkan pun
akan mengecewakan. Jika hal ini dibiarkan terus berlanjut maka tidak
menutup kemungkinan akan mengarah pada kematian rohani. Mungkin akan
kelihatan hidup, tetapi hidup tanpa arah dan tujuan yang jelas. Firman
Tuhan mengatakan: Siapa memperhatikan firman akan mendapat kebaikan,
dan berbahagialah orang yang percaya kepada TUHAN. Siapa berpegang
pada perintah, memelihara nyawanya, tetapi siapa menghina firman, akan
mati. Semua firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi
orang-orang yang berlindung pada-Nya. Selain sumber kehidupan, firman
juga menjadi perisai yang akan melindungi dari hal-hal yang dapat
menghambat atau menghentikan pertumbuhan rohani orang-orang percaya.
Kuncinya ada pada diri masing-masing, seperti tanaman markisa di atas,
ketika tanaman ini dipelihara dengan baik, teratur disiram, dipupuk,
maka ia akan memberikan buah yang segar setiap hari. Hidup orang-orang
percaya pun akan membawa dampak ketika hubungan pribadi dengan Tuhan
terus terpelihara. Hal ini dapat dilakukan melalui jam-jam doa yang
teratur, membaca-memahami-dan melakukan firman-Nya setiap waktu. By:
@P
Baca Terusannya »»  

Senin, 06 Agustus 2012

Persiapkalah Jalan Bagi-Nya

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Sudah menjadi kebiasaan saya pada akhir pekan menyempatkan diri
jalan-jalan di sekitar Alun-alun untuk melihat situasi kota Bandung
yang sering dijuluki dengan kota "Paris Van Java". Tetapi sebutan ini
mungkin tidak pantas lagi untuk zaman sekarang ini, melihat kondisi
Bandung yang semakin hari semakin semrawut dan tidak tertata dengan
baik.
Penghuni kota Bandung kian hari kian membludak dan ini menjadi beban
tersendiri bagi pemerintah kota Bandung. Jika Anda pernah mampir ke
kota Bandung, coba Anda perhatikan jalan-jalan protokol di mana
trotoar kiri-kanan dipenuhi dengan PKL (pedagang kaki lima), bahkan
tidak sedikit diantaranya yang berani menggelar dagangannya sampai ke
bahu jalan. Pemerintah sudah jauh hari mengantisipasi dengan membentuk
pasukan khusus untuk menertibkan PKL ini. Pernah suatu waktu terjadi
penertiban PKL disekitar daerah Pasar Baru, melihat dari jauh ada
petugas, para PKL ini segera mengamankan barang dagangan mereka
masing-masing. Dari ekspresi wajah mereka jelas sekali rasa tegang dan
takut namun ada juga yang tenang-tenang saja seakan tidak terjadi
apa-apa.
Tugas yang diemban oleh pasukan khusus ini cukup berat, karena dalam
tugas sangat diutamakan sikap adil dan tidak pandang bulu dan harus
bertindak sesuai dengan hati nurani, tetapi pada kenyataannya tidaklah
demikian malahan banyak di antara petugas yang hanya mengikuti nafsu
duniawinya. Banyak hal yang mereka lakukan yang sangat bertentangan
dengan tugas yang mereka emban untuk menertibkan dan memperindah kota
bandung. Misalnya pada saat mengadakan penertiban, banyak di antara
PKL yang menyerahkan uangnya sebagai jaminan keamanan, sedangkan PKL
yang tidak mampu membayar akan disingkirkan. Kejadian ini hanyalah
sebagai gambaran singkat dan masih banyak lagi contoh kejadian yang
serupa yang mungkin juga pernah kita alami bahkan kita lakukan dalam
kehidupan ini.
Sebagai pengikut Kristus kita harus menghindari hal-hal seperti itu,
mungkin dalam menjalankan profesi sehari-hari sering terbawa nafsu
untuk melakukan hal-hal yang berdosa. Oleh karena itu selagi masih
hidup marilah kita ratakan hati dan kehidupan kita yang berbukit,
luruskan hati dan kehidupan kita yang berliku-liku serta ratakan hati
dan kehidupan kita yang berlekuk-lekuk. Seperti nubuat nabi Yesaya:
seperti ada tertulis dalam kitab nubuatan Yesaya: Ada suara yang
berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan,
luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap
gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan,
yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat
keselamatan yang dari Tuhan." (Lukas 3:4). Apa pun juga yang kamu
perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan
bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima
bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan
kamu hamba-Nya (Kolose 3:23-24). Inilah prinsip hidup bagi setiap
anak-anak Tuhan. Maukah saudara menjadi anak TUHAN di zaman yang
bengkok ini? By: Adrianus Pasasa
Baca Terusannya »»  

Rabu, 01 Agustus 2012

Masing-masing punya bagian

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Hari ini dalam pertemuan orientasi pangkalan data perguruan tinggi
yang diadakan di Hotel Marbela Dago - Bandung saya diingatkan lagi
tentang satu hal yang sangat penting dalam pelayanan. Dalam sambutan
panitia yang diwakili oleh bapak Andar Gultom, beliau mengatakan bahwa
masing-masing ada porsinya atau bagiannya. Pada kesempatan ini beliau
mengecek sikitar 80 perguruan tinggi se-Indonesia yang diundang
menghadiri acara ini, siapa yang diutus? Ternyata masih banyak STT
yang diwakili oleh ketua, menurut beliau ini tidak tepat karena dalam
pertemuan ini yang harus diutus adalah operator komputer. Beliau
menegaskan lagi bahwa masing-masing ada bagiannya, ketua ada waktunya
akan dikumpulkan, bagian penelitian ada waktunya, bagian operator ada
waktunya, dll.

Bagi saya ini tidak hanya sambutan tetapi ada makna yang dapat dipetik
dari sana, bahwa Tuhan telah mempercayakan kepada tiap-tiap kita suatu
tugas sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Mungkin saat ini kita
dipercayakan sebagai ketua, marilah kita jalankan fungsi kita sebagai
ketua, mungkin saat ini kita dipercayakan sebagai gembala marilah kita
jalankan fungsi kita sebagai gembala, mungkin saat ini kita
dipercayakan sebagai operator marilah kita jalankan fungsi kita
sebagai operator. Jangan kepala mau jadi operator atau sebaliknya
operator mau jadi kepala, jika demikian pelayanan itu akan menjadi
"sakit", tetapi alangkah indahnya jika ketua dan operator dapat
bekerjasama dan saling melengkapi untuk kemajuan suatu pelayanan yang
Tuhan telah percayakan. By: adrianus pasasa-Rabu, 01/08/2012
Baca Terusannya »»  

Berita Terkini

« »
« »
« »
Get this widget

Daftar Blog Saya

Komentar