Tulisan Jalan

Hidupku untuk mengharumkan nama-MU Jangan bersukcita ketika engkau berhasil dalam pelayanan, tetapi bersukcitalah karena namamu tercatat di Surga

Kau istimewa. Di seluruh dunia, tidak ada orang yang sepertimu. Sejak bumi diciptakan tidak ada orang lain yang sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki senyummu, tidak ada yang memiliki matamu, hidungmu, rambutmu, tanganmu, suaramu. Kau istimewa. Tidak ada orang lain yang memiliki tulisan yang sama denganmu. Tidak ada orang lain yang memiliki selera akan makanan, pakaian, musik, atau seni sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki cara pandang sepertimu. Sepanjang masa tidak ada orang lain yang tertawa sepertimu, tidak ada yang menangis sepertimu. Kaulah satu di antara seluruh ciptaan yang memiliki kemampuan seperti yang kau miliki. sampai selamanya, tidak akan ada orang yang akan pernah melihat, berbicara, berjalan, berpikir, atau bertindak seperti dirimu. Kau istimewa...kau langka. Tuhan telah menjadikanmu istimewa dengan satu tujuan yaitu MEMULIAKAN DIA

Cari Blog Ini

Rabu, 31 Oktober 2012

Takut akan Tuhan

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Suatu ketika terjadi dialog santai antara seorang  anggota DPR dan seorang Ustadz.  Begini dialog mereka:

Anggota  DPR bertanya kepada pak Ustadz: Pak Ustadz, kalo DPR sama Menteri... hebatan mana? Ustadz : Hebatan bapak, Menteri gak berani perintah-perintah anggota DPR.Kalo DPR berani perintah-perintah Menteri" (si bapak  DPR nyengir seneng).Anggota  DPR: lhaa,,, kalo Saya sama Ketua KPK hebatan mana? Ustadz : hebatan bapak juga, kan ketua KPK dipilih oleh bapak, DPR tidak dipilih oleh KPK? (Si bapak DPR nyengir makin lebar).Anggota  DPR: Ini pertanyaan yang harus dijawab jujur ya pak Ustadz.... kalo DPR sama Presiden hebatan mana? Ustadz : masih hebatan bapak dong, Presiden bisa dinterpelasi bahkan diimpeach sama DPR, tapi DPR tidak bisa diapa-apain sama Presiden kan? (cengiran si bapak DPR makin lebar dan ia  puasss).Anggota  DPR: Ok  pak  Ustadz, ini pertanyaan terakhir Saya ya, kalo anggota DPR sama Nabi hebatan mana? Si Ustadz (agak lama mikirnya, akhirnya pak Ustadz  menjawab):  Ehm,,, tetap masih hebatan bapak  DPR.... kalo Nabi masih takut sama Tuhan, kalo bapak dan teman-teman bapak anggota DPR kan udah ga ada sama sekali rasa takut sama Tuhan kan pak????

          Heheheheee…. Saya pun tersenyum seperti Saudara saat ini. Kabar berita yang berserakkan  di seluruh  media massa  sampai hari ini pada intinya mengumumkan satu hal kepada publik. Seperti kata Sang Ustadz tadi. Manusia sudah tidak takut akan Tuhan. Sebenarnya ini bukan barang baru. Sifat dan kelakuan tidak takut akan Tuhan sudah setua usia manusia pertama (Adam dan Hawa) ketika mereka jatuh ke dalam dosa (Kejadian 3). Tetapi hari ini sifat dan tingkah laku ini semakin menjadi-jadi. Penampilannya makin canggih. Merajelelanya fakta korupsi hampir di semua tingkatan, semakin suburnya  terorisme, makin bergentayangannya mafia narkoba yang menghancurkan hidup jutaan orang, aborsi sebagai modus pembunuhan keji terhadap jutaan janin setiap tahun, penggundulan hutan jutaan hektar setiap tahun, dan  pencemaran lingkungan hidup setiap hari dengan bahan-bahan kimia yang mematikan makhluk hidup serta perdagangan manusia khususnya anak-anak dan kaum perempuan menjadi budak-budak kerja dan pelampiasan syahwat kaum pria,  membuktikan manusia  Indonesia  semakin tidak takut akan Tuhan. Manusia Indonesia semakin  lupa diri. Tidak menghormati otoritas tertinggi dan termulia yang menjadi  milik kepunyaan Tuhan. Dalam arena hidup sehar-hari Tuhan selalu disingkirkan. Politik, ekonomi, seks, kekuasaan, kekayaan materi, dan lain sebagainya telah berhasil melengserkan Tuhan sejati dari singgasananya. Manusia justru bangga bahkan membangga-banggakan  kenaifan dan kebebalannya ini. Ironis!   Lalu apa yang diperoleh manusia dengan semua ini?

Hai manusia Indonesia  dengarkan firman Tuhan ini. "Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.  Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.  Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.  Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh.  Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar.  Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka.  Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.  Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar.  Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.  Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas:  penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan.  Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua,  tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan.  Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya" (Roma 1:18-32).

            Bukan itu saja, hai manusia Indonesia!   "…  Ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!" (Pengkhotbah 11:9). "Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat" (Pengkhotbah 12:14)Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah.  Karena ada tertulis: "Demi Aku hidup, demikianlah firman Tuhan, semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku dan semua orang akan memuliakan Allah."  Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah" (Roma 14:10b -12). Ingatlah kembali sungguh-sungguh hai manusia Indonesia! Allah itu mahatahu, mahahadir, dan mahakuasa. Semuanya terbuka di depan  Dia. Firman-Nya berkata, "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13).  "Karena mata-Nya mengawasi jalan manusia, dan Ia melihat segala langkahnya." (Ayub 34:21). "Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasi-Nya" (Amsal 5:21). "…  mata-Nya mengawasi bangsa-bangsa. Pemberontak-pemberontak tidak dapat meninggikan diri." (Mazmur 66:7). "Tetapi mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati" (1Petrus 4:5).

          Inilah kepastian penghakiman dan penghukuman Tuhan! Suka tidak suka, mau tidak mau, sekarang atau nanti, Persidangan Ilahi akan digelar. Para  pendosa tak bisa lagi berkelit di hadapan Tuhan Sang Hakim Agung sekaligus Jaksa Agung sejati. Bola kini ada di tangan Saudara.  Pilih yang manakah? Mau menganggap sepi otoritas penghakiman dan penghukuman Tuhan ataukah  mau  kembali menghormati dan menyembah-Nya?  Keputusan ada di tangan Saudara saat ini. Ketahuilah Saudara, "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!  Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah."(Yeremia 17:7-8).  "Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!  Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."(Yohanes 7:37-38).   "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah Para Rasul 4:12). "Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6). "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.  Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.  Karena Kitab Suci berkata: "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan."(Roma 10:9-11).  Tuhan Yesus memberkati Saudara yang telah mengambil keputusan benar dan tepat. Amin!

Kota Kembang di Hari Reformasi, Rabu, 30 Oktober 2012: Rev. Andrias Hans.
Baca Terusannya »»  

Selasa, 30 Oktober 2012

Iman dan kasih Yang Besar lebih Berharga Dari Sekadar Sebutan Sebagai Umat Tuhan

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Iman dan kasih Yang Besar lebih Berharga Dari Sekadar Sebutan Sebagai Umat Tuhan


Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Hari ini banyak orang menyebut dirinya sebagai orang yang beragama. Secara tersirat sebenarnya mereka mau menunjukkan mereka adalah orang beriman kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Tetapi dalam prakteknya? Jauh panggang dari api! Mereka yang suka gembar-gembor keagamaan mereka dan doyan menyatakan kepada publik sebagai orang yang sangat taat beragama bahkan ke mana-mana  pakai macam-macam atribut supaya masyarakat mengenal mereka sebagai pembela Tuhan, ternyata ucapan dan tingkah laku mereka jauh nian jaraknya bak Timur dan Barat. Mereka acapkali menyerukan, "Allah mahabesar, Allah mahasuci, Allah mahapemurah dan penyayang" namun sembari dengan itu mereka tidak segan-segan memporak-porandakan warung-warung makan yang melayani orang-orang yang butuh makan di waktu bulan puasa berlangsung.  Esensi puasa untuk mengendalikan diri dalam segala hawa nafsu justru jebol ambrol  di bulan yang dianggap suci. Bahkan pemilik warung bisa diseret dan dipukuli  babak belur karena menganggapnya tidak taat kepada ajaran agama. Orang-orang ini merazia tempat-tempat yang dianggap bertentangan dengan ajaran Tuhan. Merusak mata pencaharian orang lain.


Menarik sekali mengamati pola tingkah mereka. Di satu sisi mereka menyebutkan mereka beriman kepada Tuhan dan mengasihi-Nya, namun di sisi lain mereka menghancurkan hidup dan kehidupan ciptaan Tuhan. Kasih kepada sesama hilang lenyap dalam hidup mereka. Begitu kontrasnya bukan? Tidak sedikit dari antara orang yang menyebut diri beriman itu hidupnya berbalik punggung dengan sikap dan tingkah lakunya.  Mereka bangga dengan sebutan sebagai orang beriman, bahkan bangga sekali karena sudah sejak nenek moyang mereka disebut-sebut keturunan umat beragama yang taat. Namun di lain pihak perilaku mereka pecah kongsi dengan pengakuan mulut bibir mereka sendiri yang katanya sebagai umat Allah. Begitu juga dalam kehidupan sehari-hari. Tidak sedikit orang yang menyebut dirinya beriman kepada Tuhan, tetapi mereka sejatinya tidak pernah yakin sepenuh-penuhnya untuk memercayakan hidup mereka kepada Tuhan yang mereka akui sebagai pribadi yang mahakuasa. Ketika mereka lapar, mereka mencuri dengan alasan kepepet. Kalau mereka sakit bukannya mereka sungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan dan atau pergi ke dokter, tetapi justru mereka mencari pertolongan kepada musuhnya Tuhan. Iblis.


Bagaimana dengan kita sebagai orang Kristen? Sebagai murid Kristus? Maafkan, tidak tertutup kemungkinan hidup kita juga tidak berbeda jauh dengan mereka tadi. Supaya ada perbedaan yang nyata dengan mereka, maka kita perlu belajar dari seorang perwira, orang bukan Yahudi seperti yang tercatat dalam Matius 8:5-13.


Kisahnya begini Saudaraku. Setelah menyampaikan pengajaran-Nya yang kontroversial bagi sebagian besar masyarakat Palestina kala itu melalui khotbah di bukit, Tuhan Yesus kemudian turun melanjutkan pelayanan ke Galilea (Matius 8:1). Yesus adalah pelayan yang sangat rajin dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas-tugas-Nya di dalam dunia ini. Banyak sekali orang yang takjub ketika mendengar pengajaran-Nya sehingga mereka mengikuti-Nya. Orang-orang dari segala penjuru kota dan desa berbondong-bondong mengikuti-Nya. Yesus begitu populer karena Ia berkeliling kota dan desa untuk mengajar firman Tuhan dalam rumah-rumah ibadat, memberitakan Injil Kerajaan Surga, memberi makan yang lapar, dan menyembuhkan orang-orang yang sakit (Matius 9:36-38, Markus 6:34-44). Ketakjuban orang banyak itu disebabkan karena Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti para ahli Taurat (Matius 7:28-29).


Sebelum Yesus masuk ke Kapernaum, ada seorang kusta memohon kepada Yesus agar disembuhkan. Si kusta itu dengan iman yang teguh tanpa ragu sedikit pun sujud menyembah Yesus dan berkata, "Tuan, jika Tuan mau, tuan dapat mentahirkan aku." Dan tanpa berlama-lama, Tuhan Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah si kusta, dan berkata, "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga si kusta sembuh total dari penyakitnya. Betapa spektakulernya karya Yesus. Ia penuh kuasa. Benar seperti yang dikatakan orang-orang banyak itu. Yesus tidak sama dengan para ahli taurat yang mereka kenal. Saudaraku, penyakit kusta sangat menjijikkan dalam kehidupan masyarakat Yahudi. Karena itu orang-orang kusta dijauhi oleh masyarakat. Dan menurut peraturan agama orang Yahudi, si kusta harus diisolir  terpisah jauh dari kehidupan masyarakat. Ini membuat jiwa mereka sangat terpukul dan tertekan sekali. Dengan demikian kesengsaraan mereka sempurna secara lahir dan batin. Itu sebabnya Yesus mau menyembuhkan si kusta dengan satu tujuan yaitu untuk mengangkat kembali  harkat dan martabatnya sebagai manusia yang sangat dihinakan. Yesus datang untuk menyelamatkan orang-orang yang diperlakukan sebagai sampah masyarakat. Karena itu Yesus memerintahkan kepada si kusta supaya segera memperlihatkan dirinya yang sudah sembuh itu kepada imam karena imam yang berhak menyatakan seseorang sembuh dan boleh kembali tinggal di tengah-tengah masyarakat Yahudi. Di sini Yesus mengangkat derajat hidup si kusta di depan mata imam dan masyarakat banyak pada waktu itu (Matius 8:1-4).


Setelah peristiwa spektakuler ini, Yesus masuk ke Kapernaum. Kapernaum adalah sebuah kota perikanan yang penting di pesisir utara danau Galilea, terletak di jalur perdagangan utama antara Mesir dan Siria. Yesus pindah dari Nazaret ke Kapernaum (Yohanes 2:12). Danau Galilea (disebut juga Genesaret, Lukas 5:1 atau Tiberias, Yohanes 6:1, 21:1) dikelilingi pegunungan dan diairi oleh Sungai Yordan dari sebelah utara. Pada masa itu, Kapernaum merupakan pangkalan pasukan Roma yang bertugas menjaga pelaksanaan pengumpulan pajak. Banyak perwira yang bekerja bagi pemerintahan Romawi. Termasuk seorang perwira yang dikisahkan di sini.


Rupanya perwira bukan Yahudi ini sudah cukup lama bertugas di Kapernaum. Sebab seorang perwira biasanya bertugas selama dua puluh lima tahun. Karena itu dia pasti sudah mendengar tentang Yesus dari masyarakat  Yahudi yang sering dijumpainya atau mungkin juga ia mendengar dari anak buahnya para prajurit yang bertugas di pasar-pasar. Bahkan mungkin ia sendiri pernah melihat langsung bagaimana Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa. Ajaran-Nya tak tertandingi dan kuasa-Nya dahsyat. Dari sinilah iman perwira ini bertumbuh. Firman Tuhan berkata, "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus" (Roma 10:17). 


Itu sebabnya begitu ia tahu Yesus masuk ke Kapernaum, maka dengan segera ia datang mendekati  Yesus. Kata "datang mendekati" dalam bahasa Yunaninya memakai kata "proserkhomai" yang artinya "berteman dengan." Nampaknya ia telah lama mengenal Yesus bahkan mungkin ia sudah lama menjalin pertemanan dengan Yesus. Sehingga perwira ini lama sudah menanti-nantikan Yesus. Pada waktu itu Yesus memang  mulai populer di wilayah Palestina. Bertepatan dengan itu juga perwira ini sangat membutuhkan pertolongan Yesus. Hambanya telah mengalami kelumpuhan yang membuatnya sangat menderita. Jadi saatnya sangat tepat untuk bertemu dengan Yesus yang dirindukannya.  Perwira ini memiliki sifat dan kerohanian yang baik. Ia sangat memerhatikan dan mengasihi hambanya. Ia memiliki sikap empati yang tinggi terhadap pembantunya. Perwira ini tidak melihat budaknya sebagai alat yang harus menyelesaikan seluruh pekerjaan di rumahnya,  tetapi sebagai sesamanya yang juga patut dihargai dan dikasihi. Apalagi hambanya itu telah banyak membantu keluarganya selama ia bertugas sebagai perwira di Kapernaum.


Orang Yahudi tidak memiliki sifat bajik ini. Orang Yahudi amat diskriminatif. Di antara sesama orang Yahudi saja begitu kental pembagian kastanya. Konon, salah satu  isi doa orang Yahudi begini bunyinya, "Ya Tuhan Saya bersyukur dilahirkan sebagai seorang pria bukan seorang wanita." Sangat memprihatinkan memang. Apalagi mau menolong  seorang hamba yang mereka anggap tidak bernilai apa-apa? Masih ingatkah perumpamaan yang Tuhan Yesus kisahkan mengenai orang Samaria yang murah hati itu? Imam dan orang Lewi yang selalu bergaul akrab dengan Taurat Tuhan sama sekali tidak tergerak hati mereka untuk berbelaskasihan kepada orang yang dirampok dan disiksa habis-habisan dan yang tergeletak di pinggiran jalan. Mereka hanya melihat dan melewatinya (Lukas 10:29-37). Sungguh perwira ini adalah orang yang penuh kasih terhadap hamba-Nya. Dia antidiskriminasi. Ia mengasihi hambanya yang berbeda etnis dengannya. Ia memiliki hati Yesus. Hati yang penuh belas kasihan terhadap mereka yang lelah dan terlantar seperti domba yang tak bergembala (Matius 9:36). Iman dan kasih berpadu erat di dalam hidupnya. Itu tidak bisa dibendung. Ia menyampaikan betapa hatinya pilu ketika melihat hambanya tak berdaya. Ia menyampaikan serinci mungkin keadaan hambanya kepada Yesus, "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." (ayat 6). Ini pertanda ia sangat mengasihi hambanya. Ia mau hambanya segera ditolong Yesus. Ia ingin melihat hambanya pulih sepulih-pulihnya. Karena itu ia rela mendatangi Yesus dengan membuang segala gengsi yang melekat padanya sebagai seorang yang punya jabatan, kedudukan, dan kuasa.


Tidak jarang Saya mendengar kisah pilu tentang sikap para tuan Kristen masa kini. Bahkan ada seorang majelis gereja yang setiap minggu penuh senyum ramah kepada jemaat, namun tega  menghukum  pembantunya yang berbuat kesalahan kecil di rumahnya. Ada pembantu yang disuruh bekerja sampai larut malam dan tidak diberi makan sepanjang hari. Ada juga nyonya rumah yang begitu kikir bin pelit terhadap pembantunya sendiri. Makanan ditakar sedemikian rupa. Ironisnya makanan untuk anjing peliharaannya begitu jauh lebih mahal rela ia berkorban hingga berjuta-juta bahkan berpuluh-puluh juta setiap bulan. Ini kisah nyata. Langsung diceritakan si korban kepada Saya dan beberapa orang teman. Saya memiliki teman seorang pendeta. Ia berkhotbah di mana-mana. Banyak orang senang mendengarkan khotbahnya. Ketika bertemu dengan Saya atau orang lain, dia selalu mengucapkan kata, "Salom." Ramah. Murah senyum lagi.  Dan ia nampak suka berbagi sesuatu kepada orang lain. Namun siapa sangka, ia begitu kejam terhadap istri dan empat orang anaknya. Mereka seringkali disiksa selama belasan tahun. Kalau sedang marah, ia kalap, sering membenturkan kepala istrinya ke tembok. Istrinya dipaksa untuk mencari uang untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Pernah anaknya yang masih kecil mau dibuang dari lantai atas. Dan yang paling mengerikan, maafkan, ketika berhubungan dengan istrinya, ia dengan terang-terangan mengatakan kepada istrinya kalau dia sedang membayangkan wanita bule. Banyak sekali perilakunya yang tidak pantas kepada istri dan anak-anaknya. Akhirnya istri dan semua anaknya kabur entah ke mana. Tetapi si pendeta ini tidak merasa bersalah dan tidak pernah berupaya untuk mencari istri dan anak-anaknya. Ia enjoy menikmati hidup sendirian di rumahnya. Dan tetap menjadi gembala di sebuah gereja tanpa merasa bersalah sedikit pun. Berkali-kali Saya menasihatinya dan kadang dengan keras Saya memperingatkan dia. Tetapi semua nasihat dan teguran seperti angin lalu baginya. Amat memprihatinkan!


Terlalu banyak kisah-kisah pilu perlakuan orang Kristen terhadap sesamanya. Kita perlu belajar dari perwira bukan Yahudi ini bagaimana mengasihi sesama manusia meskipun statusnya sebagai pembantu atau hamba. Rela berkorban dalam hal apapun termasuk menanggalkan segala pangkat dan jabatannya demi kebaikan hambanya.


Saudaraku, ketika persis Yesus masuk ke Kapernaum, perwira yang sudah siap ini langsung datang menemui Yesus. Ia tidak mau membuang-buang banyak waktu karena Yesus sangat sibuk untuk melayani banyak orang dengan pengajaran-Nya dan pertolongan-Nya. Tanpa menghiraukan statusnya sebagai seorang perwira Romawi yang mengepalai dan membawahi seratus orang prajurit yang  siap bertempur dan mati di bawah perintahnya. Dengan rendah hati perwira ini langsung mengajukan permohonannya secara to the point, singkat padat, dan jelas kepada Yesus, "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." (ayat 6). Dan Yesus pun tanpa basa-basi menjawab, "Aku akan datang menyembuhkannya." (ayat 7). Rupanya jawaban Yesus mendapatkan reaksi yang sangat luar biasa dari sang perwira ini. Katanya lagi kepada Yesus, "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam  rumahku, katakan saja sepatah kata, maka  hambaku itu akan sembuh.  Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." (ayat 8-9). Perwira ini tahu diri dengan siapa ia berbicara. Yesus bukan sembarang pribadi. Yesus dalam pandangan matanya adalah pribadi yang penuh kuasa. Ajaran-ajaran Yesus yang ia dengar dan kuasa Yesus yang ia lihat membuat ia sadar bahwa dirinya tidak layak menerima kehadiran tokoh besar dan dahsyat ini. Perwira ini mengenal siapakah Yesus itu. Dia menyebut Yesus sebagai Tuan (Kurios) yang juga bisa berarti "Tuhan." Ia tidak ragu akan kemahakuasaan Yesus sebagai Tuhan. Perjumpaan dengan Tuhan sejati membuat seseorang tersungkur dan menumbuhkan imannya. Perwira ini memiliki iman yang besar dan kuat  sebagai hasil perjumpaan pribadi dengan Tuhan Yesus.


Berdasarkan kasta dalam bait Allah, orang bukan Yahudi dianggap tidak layak masuk ke dalam bait Allah. NonYahudi berada ditingkat paling bawah. Tidak diperhitungkan. Berdasarkan kasta, maka  yang menempati urutan pertama yang layak masuk ke bait Allah adalah imam besar, para imam/Farisi/ahli Taurat, pria dewasa. Sedangkan yang tidak dapat masuk ke bait Allah adalah para wanita, orang-orang cacat, dan orang bukan Yahudi. Di sinilah kita melihat dengan begitu jelas, Yesus datang untuk mengangkat harkat dan martabat orang bukan Yahudi, orang yang diremehkan, orang yang tidak diperhitungkan. Yesus datang ke dunia untuk segala suku bangsa, kaum, dan bahasa. Yesus antidiskriminasi demi alasan apapun. Yesus datang ke dunia untuk menghapus segala jenis diskriminasi atas nama gender, suku, agama, bahasa, status sosial, pendidikan, dan lain-lain (Galatia 3:28-29). Yesus mengasihi semua orang. Tua muda, kaya miskin, laki perempuan, tuan hamba, terpelajar tidak terpelajar, sehat sakit, hitam putih, tinggi pendek, gemuk kurus, semuanya dikasihi-Nya. Dia datang untuk menyelamatkan orang berdosa. Tuhan Yesus berkata dalam Markus 2:17, "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."


Yesus begitu heran dan kagum atas iman si perwira ini. "Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel" (ayat 10). Pernyataan Yesus ini adalah pukulan telak bagi orang-orang Yahudi yang juga ada di situ. Yesus memberikan suatu konfirmasi kepada orang-orang Yahudi agar mereka jangan lupa diri sebagai umat pilihan Tuhan. Juga jangan bangga apalagi membangga-banggakan diri dengan sebutan sebagai umat pilihan Tuhan. Itu tidak berarti apa-apa. Melainkan mereka harus hidup sebagaimana karakteristik  sebutan umat pilihan. Yaitu mereka harus memiliki iman yang besar, iman yang murni, dan iman yang total berserah kepada Yesus. Dalam ayat 11 Yesus menegaskan konfirmasinya, "Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga."


Duduk makan di dalam surga menunjukkan gambaran di masa depan ketika Allah mengumpulkan orang-orang yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, bukan saja orang-orang Israel tetapi juga orang-orang dari segala bangsa. Tuhan Yesus membandingkan peristiwa ini dengan suatu perjamuan pesta seperti yang dikatakan dalam Yesaya 25:6-8, "TUHAN semesta alam akan menyediakan di gunung Sion ini bagi segala bangsa-bangsa suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, suatu perjamuan dengan anggur yang tua benar, masakan yang bergemuk dan bersumsum, anggur yang tua yang disaring endapannya.  Dan di atas gunung ini TUHAN akan mengoyakkan kain perkabungan yang diselubungkan kepada segala suku bangsa dan tudung yang ditudungkan kepada segala bangsa-bangsa.  Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan ALLAH akan menghapuskan air mata dari pada segala muka; dan aib umat-Nya akan dijauhkan-Nya dari seluruh bumi, sebab TUHAN telah mengatakannya." Sejatinya ini menggambarkan kehidupan orang-orang beriman kepada Tuhan Yesus di dalam surga yang kekal. Keadaan ini dijelaskan oleh rasul Yohanes dalam Wahyu 7:9, "Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka."  Tetapi juga Tuhan Yesus memberikan konfirmasi yang tak kalah kerasnya dalam ayat 12, "sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang  paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."  Ini  menunjukkan penghukuman terhadap orang-orang jahat yaitu neraka, tempat penyiksaan yang amat sangat mengerikan.


Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus. Iman yang besar dan murni dari si perwira ini, menghasilkan mujizat yang dahsyat. Yesus menghargai iman si perwira yang besar dan kuat itu. Karena ia bukan saja percaya (to believe) tetapi memercayakan hidupnya kepada Tuhan Yesus sepenuh-penuhnya (to trust). Inilah iman yang sejati. Besar dan kuat. Bukan sekadar percaya secara rasio bahwa Yesus adalah Tuhan yang berdaulat penuh, tetapi sekaligus ia menyerahkan totalitas hidupnya untuk taat dan pasrah kepada-Nya. Ia sungguh yakin Yesus sanggup melakukan mujizat kesembuhan terhadap hambanya dari jarak jauh. Dia yakin seyakin-yakinnya hanya dengan sepatah kata yang keluar dari mulut Yesus, pasti dapat menyembuhkan hambanya yang tak berdaya dan sangat menderita itu. Ini menunjukkan si perwira yakin Yesus berkuasa atas ruang dan waktu. Semuanya takluk di bawah kaki Yesus. Betapa besar dan kokohnya iman si perwira ini. Perasaan tidak layak dari si perwira itu yang membuat ia layak menerima mujizat dari Yesus. Yesus menghargai orang yang rendah hati. Orang seperti itulah yang akan ditinggikan. Dalam injil Lukas 14:11 Yesus berkata, "Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." Dan Yesus tidak pernah tidak memperhitungkan iman yang demikian besar dan kuat dari perwira itu. Dalam ayat 13, "Yesus berkata kepada perwira itu: "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Maka  pada saat itu juga sembuhlah hambanya." Dan Tuhan Yesus sendiri berkata dalam Lukas 17:6, "… Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu."


Saudaraku, dari penggalan kisah perwira orang bukan Yahudi ini, kita dapat menarik pelajaran yang amat berharga. Iman dan kasih yang besar lebih berharga dari sekadar sebutan sebagai umat Tuhan. Sebutan sebagai umat Tuhan bukan segala-galanya. Mengakui sebagai orang beriman juga bukan segalanya. Tanpa Iman dan kasih yang menyatu dalam hidup, sebutan sebagai umat Tuhan tidak bermakna apa-apa. Jangan bangga dengan sebutan umat pilihan. Terlebih jangan membangga-banggakan diri dengan sebutan sebagai umat pilihan Tuhan. Jangan bangga dan mebangga-banggakan diri dengan panggilan sebagai orang Kristen, tapi iman dan kasih hampa. Iman dan kasih berbicara lebih keras dari pada pengakuan-pengakuan diri sebagai orang Kristen yang sudah dipredestinasikan masuk ke dalam surga kekal. Begitu memalukan dan memilukan bila kita sebagai orang Kristen dan mengaku-ngaku beriman kepada Yesus Kristus tetapi sikap dan perilaku hidup kita berbalik punggung dengan penyebutan tersebut. Betapa malunya bila di hadapan orang banyak Yesus dengan jujur tanpa tedeng aling-aling berkata kepada Saudara dan Saya, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Kristen."  Dan betapa lebih fatalnya lagi apabila Tuhan Yesus berkata lugas kepada Saudara dan Saya, "Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:23).


Seberapa besarkah Iman dan kasih yang sekarang ada pada kita ketimbang  sebutan pada diri kita sebagai umat pilihan Tuhan? Kini saatnya kita kembali ke esensi hidup kita yang sejati. Biarlah dunia menilai dan membuktikan bahwa Saudara dan Saya benar adalah umat pilihan Tuhan yang sejati yang terlihat melalui iman yang besar yang terpancang begitu kuat berakar di dalam Kristus dan melalui kasih yang mendalam terhadap mereka yang sedang dalam penderitaan. Tuhan Yesus amat merindukan iman dan kasih seperti yang dimiliki si perwira itu terwujud nyata dalam kehidupan Saudara dan Saya. Amin!


Soli Deo Gloria !!!!
Rev. Andrias Hans
Baca Terusannya »»  

Senin, 29 Oktober 2012

TIGA MACAM TABIAT

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***

Jakarta, Selasa, 16 Juni 1970. Ruangan intensive care RSPAD Gatot Subroto dipenuhi tentara sejak pagi. Serdadu berseragam dan bersenjata lengkap bersiaga penuh di beberapa titik strategis rumah sakit tersebut. Tak kalah banyaknya, petugas keamanan berpakaian preman juga hilir mudik di koridor rumah sakit hingga pelataran parkir. Sedari pagi, suasana mencekam sudah terasa. Kabar yang berhembus mengatakan, mantan Presiden Soekarno akan dibawa ke rumah sakit ini dari rumah tahanannya di Wisma Yaso yang hanya berjarak lima kilometer. Malam ini desas-desus itu terbukti. Di dalam ruang perawatan yang sangat sederhana untuk ukuran seorang mantan presiden, Soekarno tergolek lemah di pembaringan. Sudah beberapa hari ini kesehatannya sangat mundur. Sepanjang hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini terus memejamkan mata. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Penyakit ginjal yang tidak dirawat secara semestinya kian menggerogoti kekuatan tubuhnya.

Lelaki yang pernah amat jantan dan berwibawa, dan sebab itu banyak digila-gilai perempuan seantero jagad, sekarang tak ubahnya bagai sesosok mayat hidup. Tiada lagi wajah gantengnya. Kini wajah yang dihiasi gigi gingsulnya telah membengkak, tanda bahwa racun telah menyebar ke mana-mana. Bukan hanya bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan permukaan bulan. Mulutnya yang dahulu mampu menyihir jutaan massa dengan pidato-pidatonya yang sangat memukau, kini hanya terkatup rapat dan kering. Sebentar-sebentar bibirnya gemetar. Menahan sakit. Kedua tangannya yang dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini tergolek lemas di sisi tubuhnya yang kian kurus.

Sang Putera Fajar tinggal menunggu waktu. Dua hari kemudian, Megawati, anak sulungnya dari Fatmawati diizinkan tentara untuk mengunjungi ayahnya. Menyaksikan ayahnya yang tergolek lemah dan tidak mampu membuka matanya, kedua mata Mega menitikkan airmata. Bibirnya secara perlahan didekatkan ke telinga manusia yang paling dicintainya ini. "Pak, Pak, ini Ega…" Senyap. Ayahnya tak bergerak. Kedua matanya juga tidak membuka. Namun kedua bibir Soekarno yang telah pecah-pecah bergerak-gerak kecil, gemetar, seolah ingin mengatakan sesuatu pada puteri sulungnya itu. Soekarno tampak mengetahui kehadiran Megawati. Tapi dia tidak mampu membuka matanya. Tangan kanannya bergetar seolah ingin menuliskan sesuatu untuk puteri sulungnya, tapi tubuhnya terlampau lemah untuk sekadar menulis. Tangannya kembali terkulai. Soekarno terdiam lagi. Melihat kenyataan itu, perasaan Megawati amat terpukul. Air matanya yang sedari tadi ditahan kini menitik jatuh. Kian deras. Perempuan muda itu menutupi hidungnya dengan sapu tangan. Tak kuat menerima kenyataan, Megawati menjauh dan limbung. Mega segera dipapah keluar.

Jarum jam terus bergerak. Di luar kamar, sepasukan tentara terus berjaga lengkap dengan senjata. Malam harinya ketahanan tubuh seorang Soekarno ambrol. Dia coma. Antara hidup dan mati. Tim dokter segera memberikan bantuan seperlunya. Keesokan hari, mantan wakil presiden Muhammad Hatta diizinkan mengunjungi kolega lamanya ini.
Hatta yang ditemani sekretarisnya menghampiri pembaringan Soekarno dengan sangat hati-hati. Dengan segenap kekuatan yang berhasil dihimpunnya, Soekarno berhasil membuka matanya. Menahan rasa sakit yang tak terperi, Soekarno berkata lemah. "Hatta.., kau di sini..?" Yang disapa tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Namun Hatta tidak mau kawannya ini mengetahui jika dirinya bersedih. Dengan sekuat tenaga memendam kepedihan yang mencabik hati, Hatta berusaha menjawab Soekarno dengan wajar. Sedikit tersenyum menghibur. "Ya, bagaimana keadaanmu, No ?" Hatta menyapanya dengan sebutan yang digunakannya di masa lalu. Tangannya memegang lembut tangan Soekarno. Panasnya menjalari jemarinya. Dia ingin memberikan kekuatan pada orang yang sangat dihormatinya ini. Bibir Soekarno bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik bertanya dengan bahasa Belanda. Sesuatu yang biasa mereka berdua lakukan ketika mereka masih bersatu dalam Dwi Tunggal. "Hoe gaat het met jou…?" Bagaimana keadaanmu? Hatta memaksakan diri tersenyum. Tangannya masih memegang lengan Soekarno. Soekarno kemudian terisak bagai anak kecil. Lelaki perkasa itu menangis di depan kawan seperjuangannya, bagai bayi yang kehilangan mainan. Hatta tidak lagi mampu mengendalikan perasaannya. Pertahanannya bobol. Airmatanya juga tumpah. Hatta ikut menangis.
Kedua teman lama yang sempat berpisah itu saling berpegangan tangan seolah takut berpisah. Hatta tahu, waktu yang tersedia bagi orang yang sangat dikaguminya ini tidak akan lama lagi. Dan Hatta juga tahu, betapa kejamnya siksaan tanpa pukulan yang dialami sahabatnya ini. Sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh manusia yang tidak punya nurani. "No…" Hanya itu yang bisa terucap dari bibirnya. Hatta tidak mampu mengucapkan lebih. Bibirnya bergetar menahan kesedihan sekaligus kekecewaannya. Bahunya terguncang-guncang. Jauh di lubuk hatinya, Hatta sangat marah pada penguasa baru yang sampai hati menyiksa bapak bangsa ini. Walau prinsip politik antara dirinya dengan Soekarno tidak bersesuaian, namun hal itu sama sekali tidak merusak persabatannya yang demikian erat dan tulus. Hatta masih memegang lengan Soekarno ketika kawannya ini kembali memejamkan matanya.

Jarum jam terus bergerak. Merambati angka demi angka. Sisa waktu bagi Soekarno kian tipis. Sehari setelah pertemuan dengan Hatta, kondisi Soekarno yang sudah buruk, terus merosot. Putera Sang Fajar itu tidak mampu lagi membuka kedua matanya. Suhu badannya terus meninggi. Soekarno kini menggigil. Peluh membasahi bantal dan piyamanya. Malamnya Dewi Soekarno dan puterinya yang masih berusia tiga tahun, Karina, hadir di rumah sakit. Soekarno belum pernah sekali pun melihat anaknya. Minggu pagi, 21 Juni 1970. Dokter Mardjono, salah seorang anggota tim dokter kepresidenan seperti biasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama dua orang paramedis, Dokter Mardjono memeriksa kondisi pasien istimewanya ini. Sebagai seorang dokter yang telah berpengalaman, Mardjono tahu waktunya tidak akan lama lagi.

Dengan sangat hati-hati dan penuh hormat, dia memeriksa denyut nadi Soekarno. Dengan sisa kekuatan yang masih ada, Soekarno menggerakkan tangan kanannya, memegang lengan dokternya. Mardjono merasakan panas yang demikian tinggi dari tangan yang amat lemah ini. Tiba-tiba tangan yang panas itu terkulai. Detik itu juga Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya. Kedua matanya tidak pernah mampu lagi untuk membuka. Tubuhnya tergolek tak bergerak lagi. Kini untuk selamanya. Situasi di sekitar ruangan sangat sepi. Udara sesaat terasa berhenti mengalir. Suara burung yang biasa berkicau tiada terdengar. Kehampaan sepersekian detik yang begitu mencekam. Sekaligus menyedihkan. Dunia melepas salah seorang pembuat sejarah yang penuh kontroversi. Banyak orang menyayanginya, tapi banyak pula yang membencinya. Namun semua sepakat, Soekarno adalah seorang manusia yang tidak biasa. Yang belum tentu dilahirkan kembali dalam waktu satu abad. Manusia itu kini telah tiada. Dokter Mardjono segera memanggil seluruh rekannya, sesama tim dokter kepresidenan. Tak lama kemudian mereka mengeluarkan pernyataan resmi: Soekarno telah meninggal (Sumber:
From: Chen Ie Lie  Sent: Wednesday, October 24, 2012 7:47 PM Subject: Fwd: FW: Perginya seorang kawan).

Saudaraku, ada tiga tabiat di muka bumi ini. Pertama, kebaikan dibalas dengan kebaikan. Atau kejahatan dibalas dengan kejahatan. Ini tabiat manusia biasa yang normal. Kata orang, "itu mah manusiawi." Kedua, kebaikan dibalas dengan kejahatan. Ini tabiat iblis bin setan bin gondoruwo. Inilah yang terjadi dengan bapak proklamator kita yang amat berjasa bagi bangsa Indonesia. Di penghujung hidupnya ia dibiarkan sekarat sampai ajal menjemputnya. Bangsa ini khususnya penguasa pada waktu itu memperlakukan salah seorang  founding fathers-nya sedemikian tanpa perikemanusiaan. Demi syahwat kekuasaan politik orang dan kelompok tertentu. Jasa-jasa sebaik apapun buat bangsa Indonesia dapat dilenyapkan seketika. Soekarno dibiarkan sengsara sampai matinya. Kejam! Dan masih banyak kisah nyata orang-orang  tak bersalah yang disiksa karena dituduh sebagai anggota PKI. Mereka disiksa sedemikian  berat tanpa proses hukum yang jelas. Inilah gambaran dunia yang telah jatuh ke dalam dosa. Tabiat ketiga, kejahatan dibalas dengan kebaikan. Ini tabiat Ilahi. Suatu tabiat yang amat agung dan mulia. Yang mestinya dimiliki setiap insan ciptaan-Nya. Tabiat ini sejatinya telah diteladankan oleh Allah sendiri dalam Yesus Kristus. Yesus adalah Allah sejati yang menjadi manusia sejati demi menyelamatkan manusia berdosa dari hukuman kekal dalam api neraka yang tak terpadamkan mengerikan.

Alkitab menjelaskan dengan begitu lugas dan gamblang akan tabiat ini. Yesus bukan sekadar mengajar kejahatan harus dibalas dengan kebaikan melainkan dalam seluruh hidup-Nya, Dia menjalankan dengan tuntas sampai akhir. Itu dibuat-Nya untuk menjadi teladan kepada seluruh umat manusia agar mereka hidup seperti Dia hidup. Dengan demikian dunia menjadi tempat tinggal yang penuh damai sejahtera sebelum mereka tinggal selama-lamanya dalam surga abadi.

Yesus datang ke dunia untuk mencari dan menyelamatkan manusia berdosa dari kematian kekal. Tapi manusia justru bukan saja menolak-Nya melainkan menyiksa dan membunuh-Nya. Tetapi Yesus menolak membalas kejahatan manusia dengan kejahatan. Yang ia lakukan justru sebaliknya. Kejahatan manusia dibalas dengan kebaikan-Nya yang tiada taranya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.  Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.  Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.  Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.  Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya." (Yesaya 53:3-7).  "Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya" (2Korintus 8:9).

Bagaimana dengan hidup Saudara dan Saya saat ini sebagai murid Yesus Kristus? Adakah hati kita sedang membara berkobar-kobar dan berkibar-kibar  untuk membalas kejahatan kepada mereka yang menyakiti hati kita? Ataukah kita pernah atau sedang melakukan kejahatan pada orang lain padahal mereka tidak pernah bersalah bahkan begitu baik terhadap kita? Tabiat manakah yang  hidup dan menguasai hati kita saat ini? Pastikan bila kita telah miliki tabiat Yesus Tuhan kita sambil menyongsong kembali-Nya Dia yang kelak akan menyatakan kasih dan keadilan-Nya yang sejati. Memberi upah kepada kita para murid-Nya yang baik dan setia. Amin! (Rev. Andrias Hans).


Baca Terusannya »»  

Minggu, 28 Oktober 2012

ayo ngeblog biar ngga goblog | Memperingati Hari Blogger yang ke-5

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Blog,sebuah kata ynag mungkin sudah tak asing lagi bagi kita
pemuda,dimana kalo mau cari tugas carinya di blog,cari lagu mampir ke
blog sampai cerita'in hidup kita juga di blog.Blog sendiri sudah lama
ada di indonesia namun lebih booming ketika raditya dika sukses
"membukukan" blognya menjadi sebuah paket yang siap disantap bagi
pembacanya.Nah,perkembangan blog yang pesat membuat banyak sekali
perkumpulan/komunitas yang ada,dimana ada ratusan bahkan ribuan
komunitas di Indonesia.Sebenarnya banyak sekali peran para blogger
dalam dunia internet khususnya search engine google,dimana semua yang
anda cari ternyata ada karena blogger bukan google.Sebagai seorang
blogger belum banyak yang tau bahwa blog sudah dianggap dan mempunyai
hari yang "sakral" yakni tanggal 27 oktober yang diperinngati sebagai
hari blogger.

Bagi yang sudah ngeblog,apa sih yang sudah anda lakukan sebagai
blogger terhadap orang lain?

Nah bagi yang belum ngeblog,ayo buruan ngeblog dijamin kalo kalian
ngeblog ngga bakalan goblog.
Blog juga akan menghindarkan kita dari hal-hal negatif (tergantung sih
J ),nambah pahala dan masih banyak lagi.Oh ya ngeblog juga sebagian
dari socioprenuer lohhhh...Dimana seorang blogger menulis info dengan
ikhlas tanpa mengharap imbalan,dan dengan berjalannya waktu tulisan
menjadi lebih bagus dan uangpun akan datang dengan sendiri.

Memperingari hari blogger yang akan datang 27 oktober 2012 ayo kita
blogger ciptakan sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi bangsa dan
negara....

Selamat hari blog | Keep posting and soy no to copas (kalo dikit boleh
lah :D hehheeheh )
And Thinking Before Posting
Baca Terusannya »»  

Jumat, 26 Oktober 2012

MISKIN DI HADAPAN ALLAH

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***

MISKIN DI HADAPAN ALLAH
(Matius 5:1-3)


            Saudaraku yang dikasihi TUHAN YESUS KRISTUS! Khotbah di Bukit adalah bagian dari Alkitab yang sangat terkenal dan tersebar di berbagai penjuru dunia. Mahatma Gandhi, misalnya, selalu menyimpan "Khotbah Di Bukit" ini di dalam hatinya. Di dalam Ashramnya yang termasyhur itu, ia sering berbicara tentang "Khotbah Di Bukit." Apabila Mahatma Gandhi berkeliling, orang banyak seringkali berjejal untuk meminta suatu pesan darinya. Tidak jarang ia mengutip dari "Khotbah Di Bukit" dan membacakannya di hadapan khalayak ramai itu. Ia mengaku bahwa dalam perjuangan politiknya, "Khotbah Di Bukit" itu menjadi dasar baginya untuk memecahkan berbagai masalah yang tersulit. Ketika Mohandas Mahatma Gandhi terkulai rebah ke tanah bersimbah darah, di saku, konon, orang mendapati secarik kertas. Isinya, sebuah kutipan Khotbah Tuhan Yesus di Bukit. Saudaraku, Mahatma Gandhi bukan orang Kristen, akan tetapi gaya hidup dan ajaran Tuhan Yesus, khususnya Khotbah di Bukit, telah mengilhami gerakan yang dipeloporinya dan mewarnai kehidupannya.

            Kalau orang seperti Mahatma Gandhi, pemimpin besar India dan pelopor gerakan nir-kekerasan dunia itu, orang yang  bukan kristen bisa begitu tertarik mempelajari "Khotbah Tuhan Yesus Di Bukit ini", bagaimana dengan Saudara dan Saya sebagai orang Kristen, yang mengaku sebagai murid Tuhan Yesus Kristus? Apakah kita seantusias Mahatma Gandhi merindukan dan menerapkan "Khotbah Di Bukit ini" sebagai komitmen perjuangan hidup kita? Mari kita belajar dari "Khotbah Di Bukit ini" khususnya pada bagian yang pertama, yaitu dari perkataan TUHAN YESUS dalam Matius 5:1-3: "BERBAHAGIALAH  ORANG  YANG  MISKIN  DI  HADAPAN  ALLAH, KARENA  MEREKALAH  YANG  EMPUNYA  KERAJAAN  ALLAH."
           
            Saudaraku yang dikasihi TUHAN YESUS KRISTUS! Dalam Matius 4 pada ayat-ayat terakhirnya, kita melihat bahwa orang-orang dari segala penjuru menaruh perhatian kepada Tuhan Yesus. Tidak hanya di Palestina saja tetapi juga dari daerah seberang Sungai Yordan dan Siria. Hati orang-orang ini dipenuhi dengan khotbah Tuhan Yesus di Bukit ini. Para nelayan meninggalkan jalanya. Petani-petani meninggalkan ladangnya. Kaum buruh dan para bos di kota-kota pergi ke wilayah utara, Galilea untuk mendengarkan khotbah Tuhan Yesus. Dalam keadaan inilah, hati Tuhan Yesus sangat terharu sehingga ia menyampaikan khotbah di bukit ini.

            Jadi, khotbah ini ditujukan kepada semua orang. Bukan saja untuk para murid-Nya. Kepada segala bangsa di muka bumi ini. Dr. J. Verkuyl mengatakan bahwa dalam khotbah di bukit, Tuhan Yesus mengumumkan UUD Kerajaan Allah dengan kemuliaan kedaulatan-Nya (Matius 5:13-7:27). Dan ini semua bukan sekadar ucapan Tuhan Yesus semata-mata, tetapi ini merupakan komitmen perjuangan hidup-Nya yang telah disaksikan oleh seluruh umat manusia yang ada di sekitar-Nya. Kata dan perbuatan Tuhan Yesus satu. Tidak pecah kongsi. Bukan seperti para pemimpin agama di zaman-Nya yang penuh kemunafikan. Juga bukan seperti para pemimpin di zaman ini khususnya di negeri kita yang para pemimpin partai politiknya hanya pintar buat iklan antikorupsi padahal anak buah mereka bahkan diri mereka sendiri jagoan korupsi. Membuat rakyat semakin sengsara.

Sekarang kita mau meneliti apa arti dari perkataan Tuhan Yesus dalam ayatnya yang ke tiga ini. Kalau kita cermati di dalam Perjanjian Lama, memang kata "Miskin" atau tepatnya "Orang miskin" itu mempunyai makna hurufiah yaitu: "Orang yang miskin secara material". Namun, karena  orang yang miskin itu  tidak mempunyai tempat pelarian kecuali hanya pada Allah saja (Zefanya 3:12), maka kemiskinan itu berangsur-angsur mendapat konotasi ROHANI. Dalam Mazmur 40:18, sang pemazmur menggambarkan dirinya sendiri sebagai "orang yang sengsara dan miskin" dan meminta Tuhan supaya mengingat dan menyelamatkannya. Orang miskin adalah orang yang membutuhkan belaskasihan, bagaikan para tawanan yang "mencari Allah" sebagai satu-satunya tempat perlindungan dan keselamatan mereka (Mazmur 69:33-34). Mereka merupakan orang-orang yang telah bangkrut di dunia ini, yang karenanya kemudian memercayai Tuhan sebagai satu-satunya harapan bagi perlindungan serta pembebasan mereka.
           
Demikianlah kata "Miskin" yang dipakai TUHAN YESUS dalam ayat tadi, memiliki arti  ROHANI.   Hal ini sangat jelas ketika kita melihat seluruh konteks Matius pasal 5 secara khusus Matius 5:20, di sana TUHAN YESUS berbicara kepada  para murid-NYA mengenai bagaimana kehidupan kerohanian yang memperkenankan hati TUHAN. TUHAN YESUS berkata : "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan sorga".

            Dengan demikian saudaraku , Di sini TUHAN YESUS  sedang berbicara tentang  "Orang yang miskin secara rohani." Persoalannya sekarang adalah:  Apakah makna orang yang miskin secara rohani itu? Kata "Orang Miskin" dalam bahasa asli PB (Yunani) dipakai dua kata yaitu:  kata "Ptokhos" dan kata "Penes".  Namun arti dari kedua kata ini memiliki perbedaan.  Kata "Penes" menunjukkan kepada seseorang yang boleh jadi miskin tetapi ia masih memperoleh roti atau nasinya dengan bekerja sehari-hari.  Sedangkan kata "Ptokhos", menunjukkan kepada seseorang  yang telah gagal dari suatu tingkatan hidup yang terbaik   Dengan kata lain, seseorang   yang  sangat  miskin  sehingga  ia  hanya  bisa  memperoleh  hidupnya dengan  cara M E N G E M I S.  Secara harfiah kata "Ptokhos" berarti "Yang Mengemis", "Sangat Miskin"; "Yang Berharap Kepada Tuhan"; "Yang Tidak Berguna".  Maksud kata inilah yang dipakai dalam Matius 5:3.

            Jadi, orang yang miskin di hadapan Allah adalah  orang yang secara spiritual sedemikian melaratnya  sehingga  apapun  tidak ada  padanya  yang dapat dibanggakannya atau disuguhkannya  sebagai  jasa.    Dia  adalah orang  yang  telah  sama  sekali  tidak  berdaya, dia  sudah  bangkrut secara  total di hadapan  Allah. Dia adalah  orang  yang  hanya menunggu , menunggu dan  menunggu  uluran tangan  dari  pihak lain.

            Orang yang miskin di hadapan Allah adalah  orang yang sangat sadar bahwa dirinya telah bangkrut di dunia ini  yang  karenanya  kemudian  memercayai  TUHAN  sebagai  satu-satunya  harapan  bagi  perlindungan  serta  pembebasan  mereka. Dengan kata lain , orang yang miskin di hadapan Allah adalah orang  yang  sungguh-sungguh  menyadari  bahwa  dirinya  penuh dosa  dan sebentar lagi tanpa  anugerah  pengampunan  dan  penebusan  dosa  serta  anugerah  keselamatan kekal  dari  TUHAN  YESUS  KRISTUS, ia pasti  binasa. Karena  itu,  seluruh  hidupnya  ia  gantungkan, mengemis hanya kepada  TUHAN  YESUS sebagai  satu-satunya TUHAN  dan  Juruselamat  pribadinya.    

            Mari kita melihat orang-orang yang miskin di hadapan Allah yang  hidup mereka sungguh diperkenankan Allah, yang hidupnya dihiasi dengan sukacita sejati  walaupun perjalanan hidup mereka diwarnai tantangan dan pergumulan  yang tidak ringan .

Si Pemungut cukai (Lukas 18 : 9-14).
            Dalam bagian ini kita menyaksikan sebuah  adegan menarik di mana  ada dua aktor utama yang memainkan peran mereka secara begitu transparan dan menghadirkan kesan yang mendalam bagi siapa yang menyaksikannya. Peran pertama adalah seorang Farisi yang sedang pergi ke Bait Allah untuk berdoa.  Di sana ia menaikkan doanya  kepada Allah dengan cara yang tenang sebab ia berdoa di dalam hatinya (ini adalah cara yang baik).  Namun secara mengejutkan isi doa orang Farisi ini  mencerminkan , di hadapan Allah ,  ia  nampaknya begitu  "kayanya", ia menampilkan kelebihan-kelebihannya  dan kebaikan-kebaikannya , sehingga Allah harus dan patut menghargai  semua yang ia telah lakukan .  Tidak setitikpun  rasa hatinya  mau  bergantung pada Allah.  Hanya kecongkakkan yang ditampilkannya.  Dan nilai orang ini , menurut YESUS : "Orang ini pulang  ke rumahnya sebagai orang yang tidak dibenarkan."  Betapa sangat amat menyedihkan orang ini.  Dosanya masih tetap ada. Dan sungguh menekan hidupnya.
           
Tetapi Si pemungut cukai ini menampilkan peran yang begitu kontrasnya dengan Si Farisi tadi.  Ia mengambil posisi, berdiri jauh-jauh bahkan Alkitab mencatat, ia tidak berani menengadah ke langit , melainkan ia memukul diri dan berkata : "YA  ALLAH , KASIHANILAH  AKU  ORANG  BERDOSA INI". Saudaraku , inilah sebuah doa yang menggetarkan hati Allah , sebuah doa yang membuat air mata  Allah jatuh berderai di pipi-Nya, sehingga menggerakkan tangan -NYA yang lembut membelai rambut Si Pendosa itu, dan memeluknya erat-erat. Inilah  doa  yang membuat pintu  gerbang sorga terbuka baginya. Mengapa demikian? Tidak lain dan tidak bukan, doa pemungut cukai ini, mencerminkan  bahwa ia adalah manusia yang sangat memerlukan Tuhan karenanya ia sangat perlu ditolong  Allah. Ia  sadari hidupnya  telah bangkrut total, tidak ada  harapan lagi KECUALI  Allah mencurahkan Anugerah-Nya kepadanya. Dan  Tuhan YESUS sendiri berkata: "Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan".
           
Inilah upah seorang yang miskin di hadapan Allah.  Ia mendapatkan bahagia yang sejati. Hidup yang berkelimpahan.
                       
Rasul Paulus  (1Korintus 15:9 , Efesus 3:8 , 1Timotius 1:15 ,  2Korintus 12:1-7).
            Saudaraku , siapakah yang tidak mengenal Rasul besar ini? Paulus adalah seorang yang hebat, ia adalah orang yang sangat pandai baik pengetahuan dan filsafat  helenistik maupun pengetahuan teologis. Ia juga adalah seorang yang dipakai secara luar biasa dalam pelayanan. Pantang menyerah dan pantang mundur menghadapi penderitaan karena melayani Tuhan Yesus. Dan yang paling indah dalam hidupnya , ia pernah mengalami pengalaman yang luar biasa di mana ia boleh mengalami pengalaman sorga.  Ia diangkat ke Firdaus dan  di sana  ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak  boleh diucapkan oleh  manusia (2Korintus 12:1-7).
           
Namun menarik kita simak, semua yang ia miliki itu, tidak membuatnya merasa layak di hadapan TUHAN,  justru sebaliknya dengan jujur ia berkata: "… aku adalah yang paling hina dari semua rasul… " (1Korintus 15:9).  Ia juga berkata :  "Kepadaku yang paling hina di antara segala orang kudus...." (Efesus 3:8).  Dan Paulus berkata sejujur-jujurnya : "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa , dan di antara mereka , akulah yang paling berdosa " (1Timotious 1:15)
           
Saudaraku, kepintaran, pelayanan yang berhasil, dan pengalaman rohani yang tinggi, sama sekali tidak menjadikan Paulus lupa diri di hadapan Allah yang Maha tinggi.  Paulus di hadapan Allah justru melihat dirinya yang sebenarnya, yaitu: akulah yang paling hina  dan akulah yang paling berdosa.   Tidak ada satu katapun Paulus yang mengindikasikan bahwa ia adalah orang baik, orang pintar, dan orang yang hebat. Tidak Saudara. Paulus tidak seperti kita yang menamakan diri hamba-hamba TUHAN masa kini. Kadang bahkan sering menonjolkan reputasi pengetahuan teologi dan pelayanannya. Celakanya tidak sedikit hamba Tuhan yang tergila-gila dengan gelar akademis sehingga bayar pun mau asal mendapat gelar Master ataupun doktor teologia. Saya sangat prihatin ada hamba Tuhan yang menganggap dirinya paling benar dan gerejanya adalah representasi kebenaran Kristen di muka bumi ini. Dalam khotbahnya seringkali hanya memamerkan aktifitas pelayanannya yang begitu padat dari benua ke benua. Memuji diri seolah-olah paling sibuk di antara semua hamba Tuhan yanga da di muka bumi ini. Dan menggelikan, "anak buahnya" juga sudah terkontaminasi dengan "bos" mereka sehingga acapkali ketika berbicara dengan sesama orang Kristen atau hamba Tuhan mereka menampilkan sikap dan perkataan yang arogan sekali.

Mereka jauh nian berbeda dengan Paulus. Ia sebagai rasul besar tidak pernah membungkus rapi dosa-dosanya dengan kemasan reputasi, dedikasi, dan kerja kerasnya. Ia tidak pernah menonjol-nonjolkan  siapa dirinya. Timotius yang adalah anak rohaninya, ia sapa sebagai  sesama hamba Kristus Yesus (Filipi 1:1). Juga Epafroditus yang diutus sebagai pembantu Paulus ketika berada dalam penjara, ia sebut sebagai saudaranya, teman sekerjanya dan teman seperjuangannya (Filipi 2:25).

            Saudaraku, kebahagiaan sejati dan surga yang kekal bukan diperuntukkan kepada orang yang merasa dirinya layak .Yang merasa dirinya tidak berdosa. Apalagi menyombongkan diri dan menganggap diri tidak sama dengan para pendosa lainnya. Bukan orang yang doyan memamerkan dirinya suci, suka menyebut-nyebut nama Tuhan, berpakaian tertentu, dan mempertontonkan pakaian yang serba suci sambil berteriak-teriak nama Tuhan seraya melibas-bas habis-bis orang-orang yang tidak seiman dengan mereka, yang mereka cap sebagai manusia kafir. Surga dan Kerajaan Allah bukan untuk orang-orang seperti ini. Ya surga dan kebahagiaan sejati sama sekali bukan diperuntukkan kepada orang-orang yang demikian sombong dan penuh kemunafikan itu. Tetapi surga dan Kerajaan Allah dikaruniakan kepada mereka yang tahu dirinya tidak memiliki apa-apa, kecuali dosa dan kejahatan karena itu ia sangat membutuhkan pengampunan Tuhan. Inilah sikap  orang Kristen yang benar. Tidak ada seorang pun yang dapat menjadi orang Kristen sejati tanpa memiliki sikap seperti yang dimiliki pemungut cukai, rasul Paulus, atau si bungsu yang terhilang. Mereka sadar sesadar-sadarnya bahwa hidup mereka telah bangkrut, berlumuran dengan dosa, dan hati mereka sungguh-sungguh hancur di hadapan Tuhan. Karena itu mereka sangat membutuhkan belas kasihan dan pengampunan dari Tuhan Yesus Kristus. John Calvin berkata, "Hanya dia yang menganggap dirinya tidak berarti sama sekali di mata Tuhan, lalu semata-mata bergantung pada anugerah Tuhan, hanya orang seperti inilah yang miskin di hadapan Allah. Hanya orang seperti inilah yang akan menikmati kebahagiaan yang sejati karena mereka layak masuk ke dalam Kerajaan Surga. Kerajaan Allah hanya dapat kita terima dalam kerendahan hati dan benar-benar hati yang hancur karena sadar telah berdosa di hadapan Tuhan."

Bagaimana dengan kita saat ini? Adakah kita juga seperti pemungut cukai yang sadar diri dan mau berdoa kepada Tuhan Yesus, "YA ALLAH, KASIHANILAH AKU ORANG BERDOSA INI". Dan apakah kita seperti rasul Paulus yang selalu sadar diri bahwa dirinya adalah orang berdosa yang tidak lebih hebat dari orang-orang lain, dan yang selalu butuh pengampunan Tuhan Yesus? Dan apakah kita seperti  anak yang bungsu, yang mau kembali kepada bapanya untuk mengakui segala dosa dan kejahatannya?

Kitalah yang paling tahu siapakah diri kita yang sebenarnya di hadapan Tuhan. Jikalau saat  ini setelah mendengar firman Tuhan ini, kita disadarkan Roh Kudus akan dosa-dosa kita dan  betapa banyak kesalahan dan dosa kita di hadapan Tuhan, maka sekaranglah waktunya Saudara dan Saya berseru bersama dengan si pemungut cukai, "YA ALLAH, KASIHANILAH AKU ORANG BERDOSA INI." Jangan pernah sembunyikan dosa-dosa kita dihadapan Tuhan Yesus. Percuma, karena "tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab" (Ibrani 4:13). Jangan menyembunyikan dosa, itu hanya menekan kita dan merusak hidup kita. Dengan pengakuan dosa yang jujur di hadapan Tuhan Yesus, maka hari ini juga Saudara dan Saya adalah orang yang sangat berbahagia karena kita memiliki Kerajaan Surga yang sungguh amat mahal harganya. Dan surga itu tak akan pernah lenyap bagi kita. Surga melebihi segala harta yang ada di langit, di bumi, di laut, dan di seluruh alam semesta ini. Tuhan berfirman dalam Roma 4:7-8, "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya."

            Mari kita berdoa masing-masing di hadapan Tuhan Yesus. Di hadapan-Nya kita akui segala dosa kita yang terselubungdalam batin terdalam kita yang hanya diri kita yang tahu. Dan mari kita memohon Roh Kudus mencurahkan damai sejahtera di hati kita saat ini. Lalu kita berkomitmen secara pribadi kepada Tuhan Yesus mulai saat ini kita siap menjadi alat yang indah dipakai Tuhan membawa orang-orang berdosa kembali kepada-Nya. (Rev. Andrias Hans).

Baca Terusannya »»  

Senin, 22 Oktober 2012

MENGHADAP PIMPINAN

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Pada saat peringatan hari kemerdekaan Indonesia, beberapa pegawai
negeri sipil di panggil ke Istana Merdeka untuk mengikuti upacara
dalam rangka memperingati HUT RI. Masih terbayang dalam pikiran saya
beberapa tahun yang lalu salah satu guru dari pedalaman Papua diundang
oleh Presiden untuk menghadiri upacara di Istana Merdeka. Kebetulan
guru tersebut adalah kakak ipar saya, dia menceritakan bagaimana
kesibukan-kesibukan yang dia alami kurang lebih satu minggu dalam
mempersiapkan keberangkatannya ke Jakarta. Mulai dari mempersiapkan
pakaian, kira-kira pakaian mana yang akan di pakai ketika bertemu
dengan Presiden nanti, dan persiapan-persiapan lainnya, intinya dia
sangat sibuk mempersiapkan keberangkatannya ke Jakarta. Apalagi acara
ini bukan acara biasa, tidak semua orang punya kesempatan untuk
bertemu dengan presiden, pemimpin nomor satu di Indonesia. Jadi
mungkin dalam pikirannya, ini kesempatan emas, kapan lagi.

Luar biasa kesibukan yang dialami ketika mau menghadap pimpinan
duniawi. Bagaimana tanggapan kita terhadap panggilan Tuhan, bagaimana
kalau menghadap raja di atas segala raja? apakah kita sesibuk ketika
mau menghadap presiden, semua disiapkan? Hal ini menjadi perenungan
bagi kita semua. Misalnya saja ketika mau mengikuti ibadah pada hari
Minggu? sejauh mana persiapan kita? Mengapa begitu banyak orang yang
lebih "nyenyak" tidur di gereja pada saat ibadah, dari pada tidur di
rumah? Kenapa lebih banyak orang pada saat beribadah hanya badannya
yang di gereja, tetapi pikirannya mengembara kemana-mana? Kenapa
ketika ibadah lebih dari dua jam, orang sudah gelisah dalam gereja?
Kenapa ketika mengikuti acara-acara yang ditawarkan dunia, sampai
berjam-jam mereka masih antusias menikmati? Apa yang salah?
Jawabannya: masalahnya pada hati, mereka tidak siap untuk berjumpa
dengan Tuhan. Berjumpa dengan manusia saja kita mempersiapkan segala
sesuatu, apalagi mau berjumpa dengan penguasa di atas segala penguasa,
pencipta alam semesta dan segala isinya, Raja di atas segala raja.
Tentu persiapannya melebihi persiapan ketika mau bertemu dengan
pemimpin duniawi. Marilah kita membiasakan diri di dalam segala
sesuatu, dalam segala aspek kehidupan kita, ketika mau menghadap Sang
pemilik segala yang ada, selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Sehingga dalam segala hal kita menyenangkan hati Tuhan, dan kitapun
akan mengalami jamahan Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita. Tidak
percaya! Buktikan sendiri. By: Adrianus Pasasa
Baca Terusannya »»  

MASA PERSIAPAN

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Sebelum Yesus terjun kepelayanan, Ia dibawa oleh Roh ke padang gurun
untuk diuji, apakah sudah siap untuk terjun ke dunia pelayanan. Di
padang gurun Yesus diperhadapkan pada berbagai ujian dan pencobaan,
tetapi apa yang terjadi, Alkitab mencatat bahwa semua ujian mampu di
lalui oleh Yesus. Demikian juga halnya dengan kita yang mau terjun ke
dalam ladang pelayanan, dimanapun kita akan melayani, dan apapun
pelayanan yang akan kita lakukan, semua membutuhkan masa persiapan. Di
masa-masa persiapan itulah kita akan diuji, seberapa besar kesiapan
kita untuk masuk ke ladang pelayanan.
Di tengah-tengah persiapan itulah seringkali pencobaan akan datang
bertubi-tubi untuk menguji kesiapan kita. Melalui pencobaan itu akan
diuji, kesungguhan hati kita, motivasi pelayanan kita, jangan-jangan
pelayanan yang akan kita lakukan hanya berdasarkan keinginan daging
kita semata. Di dalam pencobaan terdapat unsur ujian, pencobaan tanpa
unsur ujian hanyalah keinginan belaka. Pada masa persiapan itulah
firman Tuhan akan mengajarkan kepada kita supaya belajar untuk
mematikan segala sesuatu yang duniawi. Jika keinginan duniawi datang
kita belajar untuk mengatakan tidak ikut. Ketika kita belajar berkata
tidak pada keinginan duniawi, maka keinginan duniawi akan semakin
lemah dan akhirnya mati. Sebaliknya jika kita mengikuti maunya
keinginan duniawi, maka kita akan semakin kecil dan keinginan semakin
besar. Keinginan duniawi akan menghipnotis sehingga bobot rohani kita
jadi hilang, dan akhirnya kita seperti orang mati yang tidak dapat
memberi respon. Kita menurut apa yang dunia katakan.
Seorang pelayan akan sering bertemu dengan keinginan duniawi di ladang
pelayanan, maka orang yang siap terjun dalam pelayanan adalah orang
yang mampu mematikan keinginan duniawi dalam dirinya. Firman Tuhan
katakan: "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan
keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging -- karena keduanya
bertentangan -- sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang
kamu kehendaki. Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang
duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga
keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu
mendatangkan murka Allah. Tanpa mematikan keinginan duniawi, niscaya
pelayanan yang kita lakukan akan mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan.
By: Adrianus Pasasa
Baca Terusannya »»  

Jumat, 19 Oktober 2012

ASIKNYA WL MENIKMATI PUJIAN

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Dalam suatu ibadah pemimpin pujian mengajak jemaat berdiri untuk
menyanyikan sebuah pujian guna menyambut firman Tuhan. Ketika pujian
sedang berlangsung, mungkin karena syairnya menyentuh hati, sehingga
pemimpin pujian luar biasa menikmati sendiri pujian yang dibawakan,
tetapi jemaat pada membisu. Melihat kejadian itu, saya jadi ingat
waktu mengajar mata kuliah liturgika, di mana saya menekankan kepada
mahasiswa bahwa tugas seorang pemimpin pujian adalah membawa jemaat
masuk ke dalam hadirat Tuhan untuk menikmati persekutuan dengan Tuhan.
Jika hanya pemimpin pujian yang menikmati, berarti dia gagal membawa
jemaat untuk berjumpa dengan Tuhan.

Di satu sisi, memang tidak semua orang bisa menjadi pemimpin pujian,
tetapi satu hal yang menjadi tugas dan tanggung jawab semua orang
percaya adalah bersaksi. Hal ini adalah kewajiban setiap orang yang
mengaku murid Yesus. Bersaksi berarti membagikan kepada orang lain
keselamatan yang telah kita peroleh di dalam Yesus Kristus.
Keselamatan yang kita peroleh tidak boleh kita nikmati sendiri.
Seperti pemimpin pujian di atas, jika dia hanya menikmati sendiri,
berarti dia gagal membawa jemaat mengalami perjumpaan dengan Yesus.
Demikian juga halnya, jika keselamatan yang telah kita peroleh kita
nikmati sendiri, berarti kita telah gagal menjalankan Amanat Agung
TuhanYesus untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya. "Yesus mendekati
mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga
dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
By: Adrianus Pasasa
Baca Terusannya »»  

Senin, 15 Oktober 2012

Sikap Hidup Orang Yang Sudah Ditebus

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Nats: Roma 6:1-14
Ibadah Remaja, 13 Oktober 2012: GPdI Pasir Nangka
Oleh : Adrianus Pasasa, S.T, MA

Beberapa bulan lalu saya mengalami kejadian di mana dua orang
mahasiswa teologi dari dua kampus yang berbeda membohongi saya.
Berselang dua bulan kemudian saya kembali mengalami hal yang sama
dibohongi oleh orang yang lebih tinggi lagi yaitu orang yang sudah
berlabel "hamba Tuhan/pelayan Tuhan". Hati kecil saya bertanya,
mengapa hal ini masih bisa dilakukan oleh orang-orang yang seharusnya
menjadi contoh dan harusnya berada di garis depan dalam memberi
pemahaman tentang hidup yang benar dan berkenan di dalam Yesus
Kristus.

Semua manusia telah jatuh di dalam dosa dan berada di bawah kuasa dosa
(Roma 3:9-10), dan akibat dari dosa adalah maut. Tidak seorangpun di
bawah kolong langit ini yang dapat membebaskan dirinya atau sesamanya
dari kuasa dosa. Manusia yang hidup di bawah kuasa dosa, kecenderungan
hidupnya adalah melakukan yang jahat di mata Tuhan. Dosa telah membuat
hubungan manusia dengan Tuhan terputus. Karena dosa manusia semakin
menjauh dirinya dari Tuhan, dosa telah membutakan manusia, dosa telah
mengakibatkan manusia menyerahkan hidupnya pada jalan pikiran mereka
sendiri yang kecenderungannya melakukan kejahatan. Itulah gambaran
manusia lama kita yang belum di baharui di dalam Yesus Kristus. Kita
sungguh bersyukur atas anugerah pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib
untuk membebaskan kita dari tawanan dan memerdekakan kita dari
perbudakan dosa. Yesus telah menyelesaikan dan mengalakan kuasa dosa
dengan mati di kayu salib, dikuburkan dan bangkitn pada hari yang
ketiga. Dengan demikian kita tidak hidup lagi dibawah kuasa dosa,
malainkan kita hidup di bawah kasih karunia, di mana Yesus adalah
pusat dari segala kehidupan kita. Jika demikian, sikap apa yang
selayaknya kita miliki sebagai orang yang telah ditebus:
1. Jangan memperhambakan diri lagi pada dosa
Ketika kita menjadi hamba dosa, kita di bawah kuasanya. Hidup kita
dipenuhi dengan keinginan daging. Tetapi dengan kematian Yesus di kayu
salib, berarti manusia lama kita juga telah turut disalibkan, supaya
tubuh dosa kita hilang kuasanya. Kematian Yesus di kayu telah
membebaskan kita dari kuasa dosa. Jadi orang yang telah di tebus
dengan darah Yesus, dia tidak diperhamba lagi oleh dosa, sehingga
ketika ada godaan untuk berbuat dosa, dia akan memiliki kemampuan
untuk menolak atau berkata tidak kepada dosa. Roh Kudus akan
memampukan dia untuk berkata tidak kepada perbuatan-perbuatan yang
akan melahirkan dosa.

Namun menjadi pertanyaan: terkadang kita dibuat merenung ketika dalam
realita kehidupan, kita menjumpai kejadian-kejadian yang seharusnya
menurut akal sehat kita hal itu tidak mungkin terjadi, tetapi toh
terjadi juga. Maka munculah pertanyaan, bukankah dia itu orang yang
memakai label "hamba Tuhan" yang harusnya lebih tahu tentang firman,
mengapa dia masih bisa diperdaya oleh dosa. Hidupnya dipenuhi dengan
kebohongan, kemunafikan, hawa nafsu, keserakahan, dll. Seperti di awal
saya katakana, beberapa waktu lalu saya dibohongi oleh orang-orang
yang berlabel "hamba Tuhan", menyedihkan, mengapa tidak berkata jujur,
apakah dia tidak tahu berbohong itu dosa! Kenapa hal ini masih
terjadi? Di mana letak persoalannya? Rasul Paulus mengatakan: "Jadi
jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku
yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku (Roma 7:20).
Supaya kita tidak diperhamba oleh dosa, maka hal yang kita lakukan
adalah mematikan perbuatan-perbuatan dosa dalam tubuh kita.

2. Mematikan perbuatan-perbuatan dosa dalam tubuh
Jika kita kompromi dengan perbuatan-perbuatan dosa, dan tidak
mematikan perbuatan-perbuatan dosa dalam tubuh kita, atau hanya
mematikan sebagian saja dan tetap memelihara yang sebagian, maka dosa
itu akan tetap ada dan menguasai tubuh kita, dan tubuh kita akan tetap
mengikuti keinginannya. Seharusnya ketika kita sudah ditebus, maka
dosa itu tidak berkuasa lagi atas tubuh kita, kuasa dosa itu sudah
dimatikan. Ketika kuasa dosa tidak berkuasa lagi di dalam tubuh kita
yang fana ini, maka kitapun tidak akan bisa lagi mengikuti
keinginannya. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati;
tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu
akan hidup (Roma 8:13). Dengan kemampuan sendiri, kita tidak akan
mampu mematikan perbuatan-perbuatan dosa dalam tubuh kita, tetapi
Tuhan Yesus yang telah memerdekakan kita dari kuasa dosa, melalui Roh
Kudus-Nya akan memampukan kita untuk mematikan perbuatan-perbuatan
dosa dalam tubuh kita.

3. Menjaga anggota tubuh supaya tidak dipakai sebagai senjata kelaliman
Walaupun kuasa dosa telah dikalahkan dan perbuatan-perbuatan dosa
telah kita matikan di dalam tubuh kita, tetapi kita harus tetap
waspada dan berjaga-jaga. Iblis selalu mencari kesempatan untuk
merongrong orang-orang yang sudah hidup di bawah kasih karunia Tuhan
Yesus. Firman Tuhan dalam Matius 26:41 Berjaga-jagalah dan berdoalah,
supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut,
tetapi daging lemah." Orang yang sudah ditebus harus terus waspada dan
berjaga-jaga. Rasul Paulus menyadari benar bahwa ada dua hukum yang
bertentangan di dalam tubuhnya, Paulus mengatakan, "Sebab di dalam
batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota
tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku
dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam
anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan
melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus
Kristus, Tuhan kita (Roma 7:22-25). Orang yang sudah ditebus harus
menjaga dan tidak menyerahkan anggota-anggota tubuhnya kepada
perbuatan-perbuatan dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman.
Orang yang sudah ditebus menyadari bahwa seluruh anggota tubuhnya
bukan milik dia lagi, tetapi milik Kristus. Dengan demikian seluruh
anggota tubuhnya akan diserahkan kepada Tuhan untuk dipakai menjadi
senjata-senjata kebenaran. Seluruh anggota-anggota tubuhnya akan
dipakai untuk membawa keharuman nama Tuhan, seluruh anggota tubuhnya
dipakai untuk menjadi berkat bagi orang lain. Sehingga melalui semua
itu nama Tuhan dipuji dan dipermuliakan.

Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, ketiga sikap inilah yang perlu
kita miliki dan terapkan dalam kehidupan kita sebagai orang-orang yang
telah ditebus dari belenggu dosa. Kematian Tuhan Yesus di kayu Salib
adalah kematian terhadap dosa kita, sekali untuk selama-lamanya. Dulu
kita telah mati terhadap dosa, kini hidup di bawah kasih karunia Tuhan
Yesus. Karena kita sudah hidup di bawah kasih karunia, maka jangan
kita mau lagi diperhamba dan diperbudah dosa. Supaya tidak jatuh lagi
ke dalam perbudakan dosa, maka matikanlah perbuatan-perbuatan dosa
yang ada dalam tubuh kita, dan tetap menjaga anggota-anggota tubuh
kita supaya tidak dipakai sebagai senjata kelaliman melainkan sebagai
senjata-senjata kebenaran. Percayalah bahwa ditengah ketidakberdayaan
kita, Roh Kudus yang akan memampukan. Amin.
Baca Terusannya »»  

Sabtu, 13 Oktober 2012

PEMIMPIN AUTIS

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Perdana Menteri Jepang , Naoto Kan (66 tahun) mengumumkan pengunduran dirinya pada Jumat, 26 Agustus  2011. Ia mundur karena terus-menerus mendapatkan kecaman dari publik bahkan partainya sendiri, akibat tidak memperlihatkan kepemimpinan yang baik pasca gempa dan tsunami  tanggal 11 Maret 2011. Ia juga dinilai tidak memiliki gebrakan dalam kebijakan politik luar negeri dan ekonomi Jepang. Inilah potret pemimpin yang penuh integritas yang patut dipuji dan diteladani. Seharusnya sikap kesatria ini diikuti para pemimpin kita. Namun sayang sejuta sayang, para pemimpin  kita jauh sekali bedanya dengan para pemimpin di Jepang. Pemimpin kita banyak yang autis. Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal.
Ini  yang sedang terjadi di depan mata seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Rote hingga Pulau Miangas.  Rakyat sudah muak semuak-muaknya menyaksikan tontonan para pemimpin autis. Celakanya, mereka tetap saja asyik dengan dirinya sendiri. Mereka tidak peduli apalagi ada yang mau mundur karena gagal menjalankan fungsinya sebagai pemimpin. Alih-alih mundur, mengaku salah saja tidak.  Yang terjadi justru tanpa rasa malu bermuka badak mereka membela diri habis-habisan di depan media massa. Berani berbohong, tidak mengenal si anu dan si ani, padahal jelas-jelas si anu dan si ani adalah kaki tangan mereka untuk melibas habis dana-dana proyek yang ada di tangan mereka.
Kondisi bangsa yang sudah terseok-seok dan menebar aroma anyir perilaku korup ke seluruh tanah air, tidak membuat para pemimpin negeri ini siuman. Mereka tetap masih saja bergeming (tidak  bergerak sedikit juga, hanya berdiam saja). Terutama Presiden kita ibarat bebek lumpuh yang  hanya mengangakan mulutnya ketika melihat para pembantunya sedang  terindikasi korupsi. Dengan alasan basi, "Saya tidak mau intervensi hukum." Presiden kita mungkin harus belajar lagi tentang manka "intervensi" tersebut. Jangan hanya penuh retorika semata di depan kamera para jurnalis media massa, "Saya ada di garda terdepan dalam pemberantasan korupsi."  Juga sebagai pucuk pimpinan partai, ia  berperilaku  autis yang hanya asyik dengan dirinya sendiri, tidak peduli  dengan pejabat-pejabat di partainya yang tidak sedikit tersandung  kasus korupsi.  Rakyat Indonesia sudah muak dengan gaya pencitraan.
Negeri kita sedang sakit parah. Silakan saja kita mau mengakuinya atau tidak. Namun yang jelas  kondisi negeri kita makin memprihatinkan. Ini makin diperburuk  dengan ulah para pemimpin saat ini yang semakin memuakkan hati rakyat.  Pemimpin yang semestinya menjadi teladan kebajikan dan kebijakan bagi rakyat, kini telah edan. Sesama aparat hukum saling menggigit. Lihat saja perseteruan KPK dengan Polri dalam kasus simulator SIM terbaru saat ini. Sangat memilukan dan memalukan apa yang dikemukakan seorang ahli Indonesia dari Northwestern University AS, Prof. Jeffry Winters bahwa negeri ini sudah dikuasai para maling. (http://www.rakyatmerdekaonline.com/, Selasa, 09 Agustus 2011 , 15:51:00 WIB. Dilaporkan oleh Soemitro, RMonline). Bukan cuma itu. Camkan baik-baik, hutang Indonesia sudah mencapai Rp 1796 Triliun. Bila dibebankan kepada setiap rakyat Indonesia, maka setiap orang harus menanggung utang sebesar Rp. 74 juta (RMOL, Ninding Julius Permana, Kamis, 28 Juli 2011 , 10:50:00 WIB). Hutang sudah seabrek-abrek begitu masih dirampok lagi oleh para pejabat.  Ada 17 orang Gubernur dari 33 orang tersangka korupsi. Bayangkan ada 50% dari jumlah seluruh Gubernur di Indonesia (33 Propinsi) adalah maling. Dan ada 138 orang Bupati/Wali Kota dari 497 Kabupaten/kota yang juga berstatus tersangka korupsi. (http://sosbud.kompasiana.com/2011/01/18/138-bupatiwalikota-17-gubernur-tersangka-korupsi-fantastik/). Belum lagi para maling yang merajalela dalam proyek-proyek APBN.  Contoh terkini yang terjadi di Kementerian Negara Pemuda Olahraga, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta Kementerian Agama dalam proyek pengadaan Al Qur'an. Saya mengamini apa yang pernah dikatakan Romo Franz. Romo Franz Magnis Suseno, delapan tahun yang lalu (di Yogyakarta, tepatnya pada hari Jumat, 26/9/2003) pernah berkata, "Bangsa Indonesia kini tinggal menunggu waktu masuk ke jurang karena korupsi bukan hanya dilakukan pejabat di tingkat pusat, melainkan merata di seluruh daerah dan semua tingkatan. Masyarakat yang melakukan korupsi adalah masyarakat yang berada di dataran miring yang licin, yang lama-kelamaan meluncur ke bawah dengan semakin cepat. "Tinggal menunggu waktu kapan semuanya jatuh ke jurang."
Saat ini kita punya pemimpin tapi tanpa kepemimpinan. Bahkan tidak sedikit yang sudah tidak bermoral lagi. Salah satu contoh, ada seorang elite partai politik yang suka berkoar-koar dan suka bikin heboh rakyat. Yang sangat memalukan, dia seorang Kristen. Ia sejatinya sudah beristri dan punya anak. Namun tanpa punya rasa malu dan takut, ia membuat surat pernyataan di bawah sumpah  bahwa dirinya masih bujangan demi untuk menikah lagi sesuai ajaran agamanya. Mengerikan sekali. Demikian bunyi surat pernyataannya, "Dengan ini saya menyatakan di bawah sumpah bahwa sesungguhnya sampai saat ini saya belum pernah menikah dengan siapa pun juga dan saat ini saya masih jejaka. Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Dan bila kemudian hari saya tidak benar atau saya berdusta saya tanggung segala akibatnya sesuai dengan hukum yang berlaku baik hukum Tuhan maupun hukum negara sesuai UU yang berlaku di Indonesia. Saya tidak akan melibatkan aparat yang terkait khususnya aparat kelurahan. Jakarta, 6 Mei 2008. Yang membuat pernyataan:  R.S, SH.(Reformata Edisi 143 tahun IX 1-30 September 2011, halaman 18).
Tuhan saja berani ia dustai apalagi rakyat kecil? Indonesia benar-benar sudah dekat sekali di ambang kolaps dengan moralitas pemimpin yang  hancur etika, moral, dan spiritual begini, meskipun nampaknya kapal-kapal masih nampak berlayar di lautan. Pesawat-pesawat masih terbang mengangkasa. Mobil-mobil dan kereta api masih terus mendarat di jalanan. Para nelayan masih melaut. Para petani masih membajak sawahnya. Pedagang asongan masih menjajahkan jualan di  bawah panas terik mentari. Para pemulung masih memungut sisa-sisa barang di sampah-sampah. Dan para buruh masih giat bekerja di pabrik-pabrik.  Seharusnya para pemimpin makin bijak dan cerdas membaca tanda-tanda zaman. Tetapi sayang sejuta sayang. Para pemimpin kita autis. Ya autis! Lihat saja fakta-fakta  ini dan bagaimana respon mereka? Sekarang ini ada 70 juta jiwa yang masih terseok-seok bergumul saban hari untuk mencari sesuap nasi. (Vivanews. Rabu, 12 Januari 2011, 12:56 WIB.Nur Farida Ahniar). Apakah mereka  berjuang mati-matian untuk menolong  jutaan rakyat yang lapar, yang  sakit tapi tak  bisa ke rumah sakit, yang  tak bisa menyekolahkan anak-anaknya  ini? Yang mereka lakukan justru tidak peduli dengan keadaan parah ini. Pertunjukan mereka terus berjalan. Korupsi makin menggila di mana-mana. Tak ada rasa malu. Tak ada rasa takut baik kepada manusia maupun Tuhan. Urat malu, urat takut, dan urat peduli sudah putus dari tubuh mereka. Mengerikan!
 Kalau para pemimpin kekinian tak ada yang serius berjuang untuk para campesinos ini, jangan menyesal  kalau sekali  waktu mereka  mengalami  putus  urat sabar dan sadarnya,  lalu mengambil alih negeri  ini dengan cara mereka sendiri.  Jadi, solusinya bagaimana? Kalau kalian para elite sadar diri bahwa sudah tak mampu berbuat  lagi untuk rakyat, mundurlah dengan kesatria dari tampuk kekuasaanmu.  Angkat kakilah! Kalian pasti akan dihormati. Dan dikenang sejarah. Saya hanya mau mengingatkan, "Hai para pemimpin, berhentilah dari sikap autisme kalian. Siumanlah, ada jutaan rakyat negeri  yang kini sedang mengerang kesakitan. Jadilah teladan bukan telah edan. Berhentilah merampok uang rakyat. Cintailah mereka  seperti  cintanya Yesus terhadap para kaum miskin [yang ketika melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala (Mat 9:36)]. Hai para pemimpin, sejahterakanlah rakyat  yang  memilih kalian sehingga kalian menjadi pemimpin. Dan akhirnya, berubahlah kalian dari pemimpin autis menjadi pemimpin altruis."  Pemimpin altruis inilah yang diperkenankan-Nya sebab Dia Allah yang altruis, Allah yang rela menjadi manusia demi kepentingan orang lain. "Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya", 2Korintus 8:9.
Kota kembang, Selasa, 13 September 2011. Rev. Andrias Hans .

Baca Terusannya »»  

Berita Terkini

« »
« »
« »
Get this widget

Daftar Blog Saya

Komentar