Tulisan Jalan

Hidupku untuk mengharumkan nama-MU Jangan bersukcita ketika engkau berhasil dalam pelayanan, tetapi bersukcitalah karena namamu tercatat di Surga

Kau istimewa. Di seluruh dunia, tidak ada orang yang sepertimu. Sejak bumi diciptakan tidak ada orang lain yang sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki senyummu, tidak ada yang memiliki matamu, hidungmu, rambutmu, tanganmu, suaramu. Kau istimewa. Tidak ada orang lain yang memiliki tulisan yang sama denganmu. Tidak ada orang lain yang memiliki selera akan makanan, pakaian, musik, atau seni sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki cara pandang sepertimu. Sepanjang masa tidak ada orang lain yang tertawa sepertimu, tidak ada yang menangis sepertimu. Kaulah satu di antara seluruh ciptaan yang memiliki kemampuan seperti yang kau miliki. sampai selamanya, tidak akan ada orang yang akan pernah melihat, berbicara, berjalan, berpikir, atau bertindak seperti dirimu. Kau istimewa...kau langka. Tuhan telah menjadikanmu istimewa dengan satu tujuan yaitu MEMULIAKAN DIA

Cari Blog Ini

Senin, 12 November 2012

Ahok wakil gubernur DKI Jakarta saksi Kristus

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
-->
Salom Saudara Saudariku seiman di dalam Yesus Kristus. Silakan klik ini:
http://www.youtube.com/watch?v=ipsJ4nEbXbU&feature=g-logo-xit

Kita melihat seorang Ahok sebagai murid Kristus dengan penuh keberanian menjadi seorang pemimpin (Wakil Gubernur DKI Jakarta) yang melayani rakyat. Ini menjadi suatu teladan bagaimana menjadi garam dan terang sejati di tengah kondisi yang sudah busuk, membusuk, dan membusukkan ini. Dan kita harus mendoakan Ahok karena banyak dimusuhi para pendosa yang tidak menyukai pemikiran, perkataan, dan perilakunya yang melibas habis ketidakbenaran dan ketidakadilan di negeri ini. Kita bersyukur Ahok (juga Jokowi) telah menjadi model kepemimpinan baru di Indonesia. Pemimpin yang melayani rakyat, jujur, bersih, transparan, profesional, berani, tegas, keras, dan takut akan Tuhan. Saya percaya mereka sanggup membawa kesejahteraan dan kemakmuran bagi Indonesia. Indonesia masih ada harapan bangkit dari keterpurukan dengan gaya kepemimpinan yang demikian. Inilah waktunya kita para murid Kristus bangkit tanpa takut dan gentar menjalankan fungsi kita sebagai garam dan terang bagi Indonesia!!! Buang segala sikap mental multiminder yang selama ini kita pegang kuat-kuat! Bersama Yesus Tuhan dan Juruselamat kita, kita melayani bangsa tercinta ini demi kemuliaan-Nya! Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin!!!


--
In Christ's Love
Hans
"Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! (Kisah Para Rasul 18:9b).
Baca Terusannya »»  

Sabtu, 10 November 2012

SUMPIT

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Pepatah mengatakan "ala bisa karena biasa". Suatu hari ketika
menghadiri undangan pelayanan di salah satu gereja di Tasikmalaya,
setelah kebaktian pertama selesai kami diajak untuk sarapan pagi di
lobi gereja. Pada waktu itu hamba Tuhan di gereja tersebut telah
memesan sarapan pagi yaitu mie yang tentu rasanya enak. Walaupun
makanannya enak, tetapi beberapa diantara teman-teman ketika hendak
makan mengalami kesulitan karena alat yang dipakai makan bukan sendok
tetapi sumpit. Bahkan ada di antara mereka yang pergi ke tempat
penginapan untuk makan, karena mungkin dia malu karena tidak bisa
menggunakan sumpit.

Pengalaman ini mengingatkan saya bahwa segala sesuatu ketika tidak
dibiasakan maka kita akan mengalami kesulitan atau kendala saat
menghadapi sesuatu hal. Sama halnya dengan penggunaan sumpit di atas,
ketika kita melihat orang yang sudah terbiasa menggunakan sumpit, maka
mereka sungguh menikmati makan dengan sumpit. Demikian juga dalam hal
kerohanian, jika kita membiasakan diri dalam hal-hal yang bersifat
rohani maka kita akan menikmati persekutuan yang manis dengan Tuhan.
Misalnya saat teduh, jika kita sudah terbiasa melakukan saat teduh,
maka kita akan merasa kehilangan sesuatu jika kita tidak melakukan
saat teduh. Jika kita membiasakan diri membaca Alkitab, maka rasanya
ada sesuatu yang kurang jika tidak membaca Alkitab. Jika kita
membiasakan diri untuk setia dalam beribadah, maka akan terbangun
hubungan yang harmonis dengan Tuhan. Dengan membiasakan diri terhadap
hal-hal rohani, akan mengantarkan kita mengalami keintiman dengan
Tuhan. Firman Tuhan katakan: Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari
pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan
keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. Hanya pada Allah
saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. Hanya
Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan
goyah. Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu
kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah. Percayalah kepada-Nya
setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah
ialah tempat perlindungan kita. By: Adrianus Pasasa
Baca Terusannya »»  

Jumat, 09 November 2012

DI RUMAH TUHAN BANYAK ORANG TIDAK TAKUT TUHAN

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
-->
DI RUMAH TUHAN BANYAK ORANG TIDAK TAKUT TUHAN

Hari Minggu, 1 Agustus 2010 jam 8.00 WIB saya bersama Sekretaris umum Sinode Gereja-Gereja Reformasi Indonesia (GGRI) Papua, Pdt. Yan Wambraw menghadiri ibadah di GKRI Abdi Kasih Bandung. Kami berdua, tentu juga seluruh jemaat sangat diberkati firman Tuhan yang disampaikan Pdt. Haeli Hia yang hari itu berkhotbah. Dalam khotbahnya, beliau menceritakan pengalaman masa kecilnya yang sangat berkesan. Papanya mengajarkan kepadanya bagaimana belajar hidup takut akan Tuhan. Ia menceritakan masa kecilnya di kampung halamannya di Pulau Nias ketika berumur enam tahun. Sekali waktu ia bersama beberapa teman sebayanya sedang bermain-main di halaman rumahnya. Tiba-tiba sebuah kelapa tua jatuh ke tanah di halaman sebelah. Dan mereka berlari berjuang untuk mendapatkannya. Akhirnya kelapa tua itu dapat diraih oleh Pdt. Haeli kecil. Lalu kelapa itu dibawanya ke rumahnya dengan senangnya. Pada waktu kelapa itu sampai di rumahnya, papanya bertanya, "Nak, dari mana kelapa itu kau dapat?" "Dari rumah kakek di sebelah pa", jawabnya. "Oh kalau begitu kelapa itu miliknya kakek. Itu bukan milik kita! Jadi sekarang simpan kelapa itu di sini, nanti kakek pulang engkau harus kembalikan kepadanya. Walaupun kakek tidak lihat kelapanya jatuh, tapi Tuhan melihatnya. Jangan mencuri milik orang lain", demikian jawaban papanya. Saudara, menurut Pdt. Haeli ajaran papanya beberapa puluh tahun lampau tentang takut akan Tuhan itu sangat berkesan sampai hari ini. Ini sangat membekas di ingatannya, sehingga dalam pelayanan ia takut mengambil yang bukan miliknya termasuk takut korupsi uang gereja. Sungguh pada hari Minggu itu kami berdua sangat diberkati. Sampai di rumah saya, kami berdua masih terus mendiskusikan tema tentang takut akan Tuhan itu. Tema ini begitu penting dan sentral dalam menjalani jalan persembahan melayani-Nya. Kami rindu di sinode gereja kami masing-masing hidup takut akan Tuhan menjadi komitmen perjuangan pelayanan kami hingga akhir. Kami rindu bilakah seluruh pemimpin gereja Indonesia dan semua orang Kristen Indonesia hidup takut akan Tuhan? Indonesia pasti berubah. Indonesia pasti akan memuliakan Tuhan Yesus Kristus!!!

Begitu banyak ayat-ayat firman Tuhan tentang takut akan Tuhan tersebar di dalam Alkitab. Takut akan Tuhan mengandung makna menghormati dan mengagumi Tuhan sebagai pribadi yang Maha segalanya. Bukan sekadar takut seperti seorang Muhammad Nazaruddin yang melaikan diri sampai ke Kolombia karena takut kepada Abaraham Samad dan kawan-kawannya di KPK yang akan menghukumnya karena kasus-kasus korupsi yang dilakukannya. Bukan begitu. Sejatinya si koruptor tidak pernah takut berbuat dosa. Ia hanya takut mendapat hukuman penjara karena sudah terlanjur merampok uang negara atau uang perusahaan. Seseorang yang takut akan Tuhan, tidak akan mau mencuri barang sekecil apapun karena ia mengenal Tuhannya. Ia tidak tega melukai hati Tuhan. Ia tidak mau merampok bukan karena takut pada hukuman penjara tetapi karena ia sangat menghormati Tuhan yang disembahnya. Orang yang demikian tidak berani berbuat dosa, meskipun ada kesempatan baginya baik ada atau tidak ada orang yang melihatnya.

Di sebuah kampung Kristen, ada seorang pendeta yang suka sekali memelihara pohon mangga arum manis. Ia merawatnya dengan rajin dan telaten. Setiap hari ia menyiram pohon mangganya dengan air dan memberikan pupuk secara teratur. Ia sangat menyayangi pohon mangganya. Tidak lama kemudian pohon mangganya mulai berbunga. Akhirnya berbuah sepuluh buah. Pak pendeta begitu girangnya. Saking senangnya, ia membungkus buah-buah mangga itu dengan plastik. Namun ketika bangun di suatu pagi, betapa kagetnya ia. Lima buah mangga telah hilang dicuri orang. Hatinya gundah gulana. Dalam hatinya ia berkata, "Siapa yang kurang ajar mencuri buah mangga kesayangan Saya ini?" Tiba-tiba idenya muncul. Ia mengambil spidol dan menulis di sebuah papan tripleks lalu ia pakukan di batang pohon mangga tersebut. Harapannya, si pencuri tidak akan berani lagi mencuri lima buah mangga yang tersisa itu. Besoknya ia cepat-cepat bangun pagi untuk melihat mangganya. "Oh haleluyah, manggaku selamat!", demikian serunya dengan gembira. Lusanya juga demikian. Mangganya masih tetap utuh lima buah. Pak pendeta sengaja belum mau memetiknya karena ingin mangga-mangga yang tersisa itu matang di pohon. Tinggal sehari lagi mangga itu matang untuk dipetik. Besoknya ketika bangun pagi, ternyata lima mangga itu raib semuanya. Pak pendeta kecewa bercampur marah. Dan ia menjadi lebih marah lagi karena ia menemukan ada tulisan baru yang ditulis oleh si pencuri di bawah tulisannya terdahulu. Rupanya pak pendeta menulis begini, "Biar Saya tidak melihat engkau mencuri, tetapi Tuhan di atas melihatmu!!!" Dan si pencuri ternyata menambahkan sebuah tulisan di bawah tulisan itu, "Biar Tuhan lihat, tetapi Dia tidak marah karena Dia sayang pada Saya hehehe…."

Pada faktanya, di rumah Tuhan banyak orang tidak takut Tuhan. Acapkali gereja dipandang oleh sebagian besar orang Kristen bahkan para hamba Tuhan sebagai tempat yang penuh kasih dan pengampunan. Itu sebabnya gereja atau ladang pelayanan merupakan tempat yang paling aman dan nyaman untuk berbuat dosa dan kesalahan. Ya, karena kalau berbuat dosa dan salah pasti ada maaf bin maklum yang berlimpah ruah. Ada kasih dan ampunan. Tidak ada penghukuman. Apalagi sekarang tidak ada disiplin gerejawi bagi yang berdosa. "Kalau kena disiplin gerejawi langsung pindah saja ke gereja lain. Gitu aja koq repot?", demikian kata para petualang dosa dalam gereja. Mana mungkin pak pendeta atau majelis atau jemaat tega memperkarakan masalah perzinahan, poligami, korupsi, perjudian, pemfitnahan, sampai di pengadilan dunia. Itukan hanya mempermalukan nama Kristen alias nama Tuhan Yesus. Juga  tidak sedikit pendeta yang tidak mau peduli dengan jemaatnya berdosa. Yang penting jemaat itu beruang harus dipelihara. Dia sumber income yang wah. Tiang penopang gereja bukan? Bukan Yesus yang kepala gereja. Beberapa waktu lalu ada guru TK Kristen menceritakan pada Saya bahwa di sekolahnya para guru menemukan VCD porno. Entah itu milik siapa. Yang jelas bukan milik guru-guru di TK Kristen tersebut. Karena kalau itu punya mereka, ya mana mungkin mereka ekspose berita ini. Jadi, VCD porno itu milik siapa? Yang jelas ada yang punya. Pemiliknya adalah setan di rumah Tuhan bukan?

Itu sebabnya memang enak sekali berbuat dosa di dalam gereja atau di ladang pelayanan. Ahoy melayani di ladang Tuhan. Betapa manisenya, karena bermalas-malasan, seenak udel melayani, mengadu domba supaya terjadi perpecahan dalam jemaat, mencuri uang gereja atau yayasan pelayanan, menonton film porno, memfitnah sana-sini, menipu sana-sini, melanggar aturan yang ada, tidak mau membesuk jemaat, membanting-banting meja dan kursi dalam rapat gereja, berjudi di ruangan gereja, memakai uang kas gereja untuk modal usaha pribadi, memakai persembahan perpuluhan untuk membeli mobil, rumah, dan vila mewah pribadi, saling jegal menjegal sesama pelayan Tuhan, datang ibadah telat (padahal kalau ke kantor atau ke sekolah takut sekali telat. Lebih takut bos atau guru daripada takut sama Tuhan), tokh tidak ada yang akan memarahi dan tidak ada yang akan melapor ke polisi. Bahkan Tuhan pun pasti memberikan ampunan, sebab Dia maha panjang sabar dan penuh belaskasihan. Tak terukur kasih-Nya. Pokoknya aman dan nyaman deh berbuat dosa di dalam rumah Tuhan.

Saya punya pengalaman menarik. Saya bertemu dengan pasutri pelayan Tuhan yang waktu itu baru saja di "PHK" dari sebuah gereja. Suami istri ini sangat stres. Teman-teman mereka sepelayanan semuanya diceritakan serba negatif. Karena prihatin, Saya mengajak mereka untuk merintis bersama sebuah gereja baru di Indonesia yang dipercayakan seorang pendeta senior. Saya dan pendeta senior sepakat menjadikannya gembala jemaat.  Begitu juga Saya mengajak  mendirikan sebuah yayasan untuk pelayanan pendidikan murah. Dan kami sepakat agar istrinya menjadi ketua yayasan dan untuk sementara merangkap kepala sekolah. Ini semua demi mengangkat mereka kembali tegar dalam melayani Tuhan. Singkat cerita, setahun kemudian ia dipendetakan. Betapa senangnya ia. Kalau dulu sebagai "kondektur" maka sekarang ia menjadi "sopir." Setelah memasuki tahun ketiga pelayanan, ada seorang jemaat menceritakan pada Saya bahwa ia heran dan sedih, karena si pendeta baru ini dan istrinya menjelek-jelekan Saya. Ia bilang, "Koq kenapa pendeta menjatuhkan pendeta ya?" Hehehe... rupanya jemaat ini baru tahu kalau ada pendeta yang melayani di rumah Tuhan tetapi tidak takut pada Tuhan. Begitu juga istrinya sebagai ketua yayasan pada akhirnya merapatkan barisan dan mulai mengadakan rapat-rapat terselubung meninggalkan anggota yayasan lainnya seolah-olah dia yang paling berjasa dalam yayasan itu. Padahal tidak mampu bekerja. Laporan keuangan tidak beres. Dana-dana yang Saya cari sampai ke luar negeri untuk kepentingan pembelian lahan dan pembangunan gedung, akhirnya  tidak jelas dikemanakan. Padahal sudah ada kesepakatan bahwa dana-dana khusus tersebut tidak boleh dipakai untuk alasan apapun. Saya minta laporan tetapi sampai hari ini tidak pernah diberikan. Pada akhirnya mereka kewalahan tidak mampu meneruskan pelayanan itu. Terakhir ada kabar bahwa sekolah itu akan diserahkan kepada yayasan gereja lainnya. Sebenarnya ada banyak kisah pilu di rumah Tuhan. Pendek kata, di rumah Tuhan ada banyak orang tidak takut Tuhan.

Itu sebabnya kita dapat memaklumi apa yang dikatakan Friedrich Nietzsche, "Saya akan percaya pada Sang Penebus bila orang Kristen sedikit saja terlihat sebagai orang yang telah ditebus." Dan Mahatma Gandhi mengatakan, "Saya menyukai Kristus mereka, tetapi Saya tidak menyukai orang-orang Kristennya." Bagaimana dengan Saudara dan Saya? Bisakah kita mematahkan tudingan Nietzsche dan Gandhi itu? Apakah di dalam dada kita masih ada rasa takut, hormat, dan kagum akan Tuhan? Ya, Tuhan yang sudah berkorban bahkan mati di kayu salib demi keselamatan kekal kita? Ataukah kita masih suka bersembunyi di dalam rumah Tuhan untuk bermain-main dengan dosa dan tidak ada rasa takut secuilpun akan Tuhan? Saudaraku, camkanlah dan peganglah firman Tuhan ini seumur hidup kita, "Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya! Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia! (Mazmur 34:8-10).

Mari, sekarang juga, kita jadikan Rumah Tuhan, gereja, ladang pelayanan sebagai tempat kita berteduh dan melayani Dia dan sesama dalam takut akan Tuhan. Dan ingatlah, tubuhku dan tubuhmu sejatinya adalah Rumah Tuhan. "Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, —dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1Korintus 6:19-20). Sudahkah kita memuliakan Allah dengan tubuh kita ini? Benarkah? Kiranya Tuhan menopang kita untuk semakin memuliakan-Nya sampai akhir hidup kita kelak. Amin! (Rev. Andrias Hans).
Baca Terusannya »»  

Senin, 05 November 2012

Membangun Kehidupan Keluarga Yang Beriman

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
-->
Membangun Kehidupan Keluarga Yang Beriman

"Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN,
pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah;
allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat,
atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini.
Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"
(Yosua 24:15) 
--------------------------

Musa memimpin orang Israel di padang gurun selama empat puluh tahun sesudah mereka dibebaskan dari perbudakan di Mesir. Ketika mereka berkemah di dataran Moab di sebelah timur Sungai Yordan, Musa meninggal dunia. Dan Yosua dipilih Tuhan untuk menjadi pemimpin yang baru menggantikan Musa (Yosua 1:1-3). Janji Tuhan kepada Abram lima ratus tahun sebelumnya (Kejadian 12:1-2, 15:7-21) dan diulangi lagi kepada Yosua (Yosua 1:1-8) akan segera digenapi. Keturunan Abram, orang Israel, siap mengambil alih negeri Kanaan. Namun ini bukanlah hal yang mudah karena orang-orang lain sudah tinggal di Kanaan selama ribuan tahun. Mereka sudah membangun kota-kota berbenteng, mengolah tanahnya, dan tentunya mereka tidak mau memberikan begitu saja tanah mereka kepada orang Israel.

Nama "YOSUA" berarti "Tuhan menyelamatkan." Kitab Yosua bercerita tentang bagaimana suku-suku Israel menaklukkan dan membagi-bagi tanah Kanaan. Tanah yang dijanjikan Tuhan. Peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam kitab Yosua terjadi sekitar tahun 1250-1225 SM (BC = Before Christ).

Dalam kitab Yosua kita melihat Tuhan sendiri adalah pahlawan yang menolong umat Israel melalui kepemimpinan Yosua untuk menaklukkan tanah Kanaan. Tuhan menolong mereka dengan cara yang ajaib. Sama seperti Tuhan menolong Musa dengan membelah Laut Teberau (Keluaran 14) demikian juga Tuhan membuat aliran Sungai Yordan berhenti mengalir ketika para imam Israel menjejakkan kaki mereka ke dalam air sungai itu (Yosua 3:1-17).  Dan sesudah menyeberangi sungai dan tiba di Gilgal, mereka membuat sebuah tugu peringatan menggunakan 12 batu. Satu batu untuk setiap suku Israel. Lalu mereka berkemah di sana.

Setelah ini, orang Israel mempersiapkan diri untuk merebut Yerikho, kota berbenteng di atas bukit di jalur perdagangan yang subur. Penaklukkan kota Yerikho terjadi dengan sangat ajaib. Sesudah para imam dan tentara Israel berjalan mengelilingi kota selama 7 hari sesuai perintah Tuhan, para imam membunyikan terompet dan orang Israel berteriak, maka tembok kota Yerikho runtuh total (Yosua 6:1-20). Dari Yerikho, Yosua dan seluruh orang Israel bergerak masuk ke bagian-bagian wilayah Kanaan yang lain. Salah satunya pertempuran di Gibeon. Di sini Tuhan melempari tentara musuh dengan batu-batu besar dari langit dan menghancurkan mereka (Yosua 10:11).

Karya Tuhan sangat spektakuler  dalam kehidupan bangsa Israel yang sedang menuju ke tanah Kanaan di bawah kepemimpinan Yosua. Bangsa Israel dapat terus memiliki tanah Kanaan hanya dengan mematuhi hukum Tuhan. Hal ini ditekankan dalam dua pidato Yosua yang terdapat dalam Yosua 23:1-24:28. Namun di zaman kepemimpinan Yosua, belum semua tanah Kanaan dapat direbut oleh bangsa Israel (lihat Hakim-Hakim 1). Seluruh wilayah itu baru bisa diambil alih pada zaman raja Daud (sekitar tahun 1000 SM) yakni ketika seluruh suku Israel sudah bersatu dalam sebuah kerajaan yang berdiri di tanah Kanaan.

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Ada hal yang sangat menarik untuk dipelajari dari kisah Yosua ketika mereka telah berada di tanah Kanaan. Ini pelajaran yang sangat penting untuk menjadi peringatan keras bagi kita umat Tuhan di zaman ini. Pada waktu itu, kebudayaan dan agama Kanaan sangat berpengaruh terhadap orang-orang Israel selama berabad-abad lamanya. Ibadah kepada ilah-ilah bangsa Kanaan inilah yang merupakan salah satu penyebab runtuhnya kerajaan utara (Israel) pada tahun 722 SM dan kerajaan selatan (Yehuda) pada tahun 586 SM.  Orang Kanaan menyembah banyak dewa-dewi yang tergabung dalam suatu dewan ilahi. El (allah), bapa dari dewa-dewi lainnya dan seluruh manusia, merupakan kepala dewan itu. Dia tinggal dalam sebuah surga kosmik di mana dewa-dewi lain bisa datang untuk menjumpainya. Baal ("tuan") juga dikenal sebagai Hadad, sebagai dewa yang paling populer. Perlahan-lahan Baal mengambil alih kebanyakan peran dan sifat El. Baal disembah sebagai dewa hujan badai dan kesuburan.

Dewa-dewa Kanaan lain yang serupa dengan Baal adalah Melkar (dewa orang Tirus), Kemos (dewa orang Moab),  Milkom, Molek/Molokh (dewa orang Amon), Tamus (dewa orang Siria sebagai dewa yang membuat alam hampir mati tetapi menghidupkannya lagi), dan Dagon (dewa orang Filistin sebagai dewa tumbuh-tumbuhan). Juga ada dewi-dewi Kanaan terutama berperan sebagai dewi-dewi kesuburan yang dipercaya akan memberikan panen yang subur, berlimpah, dan juga memperbanyak jumlah ternak. Asyera/Asytoret adalah ibu tujuh puluh dewa-dewi dan istri El dalam mitos-mitos kuno. Istilah Asyera juga dipakai untuk tugu atau pohon (tiang) berhala yang dipasang sebagai simbol kesuburan (1Raja-Raja 14:23, Ulangan 16:21). Lalu, ada Anat. Dia adalah Saudari perempuan Baal sekaligus istrinya. Ia sebagai dewi perang yang terkenal dengan tindakannya yang keras, kejam, dan penuh lumuran darah terhadap mereka yang melawannya.

Ketika orang Israel mendiami Kanaan dan menjadi petani, sebagian dari mereka mulai menyembah Baal, bukan menyembah Tuhan yang sejati. Ini mereka lakukan karena mereka berharap bahwa Baal akan memberikan panen yang berlimpah dan kawanan ternak yang banyak.

Itu sebabnya ketika Yosua semakin tua dan sebelum meninggal dunia, Yosua memanggil semua suku (12 suku) untuk hadir dalam pertemuan di Sikhem. Dalam pidato perpisahannya yang dapat kita baca mulai dari Yosua 23-24, Yosua menantang umat Israel untuk tetap setia kepada Tuhan dan tidak akan pernah menyembah ilah yang lain (Yosua 24:14-24). Yosua menantang bangsanya dengan berkata:

1.      Kuatkanlah benar-benar hatimu dalam memelihara dan melakukan segala yang tertulis dalam kitab hukum Musa, supaya kamu jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri,  dan supaya kamu jangan bergaul dengan bangsa-bangsa yang masih tinggal di antaramu itu, serta mengakui nama allah mereka dan bersumpah demi nama itu, dan beribadah atau sujud menyembah kepada mereka.  Tetapi kamu harus berpaut pada TUHAN, Allahmu, seperti yang kamu lakukan sampai sekarang (Yosua 23:6-8).

2.      Bukankah TUHAN telah menghalau bangsa-bangsa yang besar dan kuat dari depanmu, dan akan kamu ini, seorangpun tidak ada yang tahan menghadapi kamu sampai sekarang.  Satu orang saja dari pada kamu dapat mengejar seribu orang, sebab TUHAN Allahmu, Dialah yang berperang bagi kamu, seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu.  Maka demi nyawamu, bertekunlah mengasihi TUHAN, Allahmu (Yosua 23:9-11).

3.      Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN.Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"(Yosua 24:14-15) 

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, dalam pidatonya yang terakhir kalinya di hadapan bangsa Israel, Yosua menyampaikan komitmennya yang sangat kokoh, tegas, dan jelas. Bahwa apapun yang terjadi dan sekalipun seluruh bangsa Israel mau menyembah dewa-dewi Kanaan bahkan apabila mereka mau seperti nenek moyang mereka waktu di Mesir menyembah lembu suci yang melambangkan Apis (dewa kesuburan), Yosua tetap akan beribadah hanya kepada Allah saja. Yosua berseru kepada bangsa Israel, "tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!

Bagi Yosua, orang yang dipilih Tuhan, Tuhan adalah harga mati. Yosua adalah seorang pribadi yang memiliki iman kepada Tuhan yang sangat kokoh. Ia begitu memelihara iman pribadinya. Tidak saja itu, ia juga berkomitmen sangat tinggi terhadap bangunan iman keluarganya. Dia menegaskan kepada seluruh umat Israel, "Aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan! Yosua berpuluh-puluh tahun telah melihat bagaimana Tuhan yang Musa, dan dia serta bangsa Israel ikuti  itu belum pernah mengecewakannya. Sebaliknya Yosua mengalami dan merasakan sendiri betapa Tuhan sangat baik. Ia mahakasih dan mahaadil dalam memelihara hidup bangsa Israel. Tuhan memelihara bangsanya dengan begitu ajaib. Pada waktu siang ada tiang awan yang melindungi mereka dari panasnya terik matahari dan pada waktu malam ada tiang api yang menghangatkan mereka dari dinginnya padang gurun serta menerangi jalan mereka menuju tanah Kanaan. Dan pada waktu Yosua sendiri emmimpin israel memasuki tanah Kanaan, ia pun mengalami mujizat demi mujizat Tuhan sehingga mereka berhasil menduduki tanah Kanaan yang dijanjikan Tuhan itu.

Itu sebabnya, Yosua menantang bangsa Israel untuk tetap beriman hanya kepada Allah saja. Bukan kepada dewa-dewi yang ada di sekeliling mereka. Yosua berhasil membangun kehidupan keluarga yang beriman hanya kepada Allah saja. Yosua taat kepada firman Tuhan sehingga ia mengajarkan firman Tuhan itu berulang-ulang kepada anak-anaknya dan istrinya. Dan pada waktu Yosua berada di rumah, ia membicarakan kebenaran-kebenaran firman Tuhan. Bahkan ketika ia sedang dalam perjalanan memasuki wilayah demi wilayah, ia tidak pernah luput berbicara tentang fiorman Tuhan. Dalam setiap kesempatan Yosua terus mengajarkan firman Tuhan kepada keluarganya.

Sehingga dari keluarganya yang beriman kuat kepada Allah, mereka memberikan pengaruh yang sama kepada keluarga-keluarga orang Israel. Dan pada akhirnya seluruh bangsa Israel beriman kepada Tuhan. Hal ini dijelaskan dalam Yosua 24:31, "Orang Israel beribadah kepada TUHAN sepanjang zaman Yosua dan sepanjang zaman para tua-tua yang hidup lebih lama dari pada Yosua, dan yang mengenal segenap perbuatan yang dilakukan TUHAN bagi orang Israel."

Inilah teladan yang sangat indah dari kehidupan Yosua. Dirinya, keluarganya, dan bangsanya yang hidup di tengah-tengah agama dan kebudayaan Kanaan yang penuh berhala tidak membuat mereka terbawa arus, hanyut, dan terhilang. Justru mereka konsisten dengan setia beribadah hanya kepada Allah. Yosua telah berhasil membangun kehidupan keluarganya beriman kepada Allah. Mereka tidak dapat dipengaruhi dengan budaya dan agama duniawi yang menyesatkan.

Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, benar pendapat ini. Jatuh bangunnya suatu bangsa terletak pada jatuh bangunnya sebuah keluarga. Keluarga yang kuat menciptakan suatu bangsa yang kuat pula. Dan keluarga yang kuat hanya bisa terjadi bila anggota keluarganya hidup beriman hanya kepada Tuhan saja. Firman Tuhan berkata dalam Yeremia 17:7-8, "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah."

Kita sekarang hidup sama dengan hidup Yosua dan keluarganya serta  umat Tuhan pada waktu itu. Kita tinggal di tengah-tengah banyaknya berhala-berhala postmodern yang setiap detik mengancam iman kita kepada Tuhan Yesus. Kita hidup di dalam dunia yang semakin bobrok. Manusia tidak lagi hidup dengan standar Tuhan. Saat ini kita hidup di hari-hari terakhir masa yang penuh kesukaran. Kita hidup di antara manusia yang mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Yang membual dan menyombongkan diri, pemfitnah. Kita hidup dengan lingkungan anak-anak yang suka memberontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik,  suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Kita hidup di tengah-tengah orang yang secara lahiriah menjalankan ibadah, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Dan kita sedang hidup di dalam dunia yang tidak pernah dapat mengenal kebenaran (2Timotius 3:1-7).

Saudaraku, bagaimana dengan hidup Saudara dan Saya? Bagaimana dengan hidup keluarga Saudara dan keluarga Saya? Apakah kita sama dengan Yosua dengan memegang prinsip hidup yang kuat? Apakah kita khususnya kaum pria sebagai pemimpin dan imam bagi keluarga kita, masih konsisten membangun kehidupan keluarga yang beriman kepada Tuhan Yesus saja? Ataukah kita sedang menanamkan filosofi dunia kepada keluarga kita? Mengejar kekayaan dunia ini lebih dari pada mengejar iman yang sejati kepada Tuhan Yesus saja? Ingatlah Saudaraku, Tuhan Yesus pernah berkata dan Ia masih terus berkata kepada kita sampai saat ini, "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?(Matius 16:26).  Sekarang evaluasilah motivasi hidupmu yang paling dalam saat ini. Ketika engkau melayani saat ini, apa sejatinya yang engkau cari? Popularitaskah? Sanjungankah? Dihormatikah? Tuhan atau berkat Tuhan? Beda tipis Saudaraku. Murnikan motivasi pelayanan Saudara dan Saya bila kita mau menikmati hari-hari indah dijalan perembahan ini.

Saudaraku, apakah kita seperti Yosua berani berkata, "Aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!" Apakah kita juga seperti Yosua dan keluarganya yang dapat mempengaruhi bangsanya? Sehingga bangsanya juga dengan tegas berkata, "Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain!  Sebab TUHAN, Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita lalui,  TUHAN menghalau semua bangsa dan orang Amori, penduduk negeri ini, dari depan kita. Kamipun akan beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah kita. Hanya kepada TUHAN saja kami akan beribadah. Kepada TUHAN, Allah kita, kami akan beribadah, dan firman-Nya akan kami dengarkan (Yosua 24:16-18, 21, 24).

Tuhan Yesus kiranya berbelas kasihan kepada kita hamba-hamba-Nya yang tidak becus ini. Amin! (Rev. Hans).




Baca Terusannya »»  

Jumat, 02 November 2012

Sikap Hidup Seorang Utusan/Pelayan Tuhan

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***

Nats: Kisah Para Rasul 20:17-38
Ibadah Pagi STT SAPPI, 24 Oktober 2012
Oleh : Adrianus Pasasa, S.T, MA



1. Melayani Tuhan dengan segala kerendahan hati (ayat 19)
Paulus dalam memulai pelayanannya semua memulai dari kerendahan hati,
kalau kita melihat, dalam setiap surat kirimannya Paulus mengatakan
bukan karena manusia, tetapi oleh Yesus Kristus, di bagian lain Paulus
mengatakan oleh karena Allah ia dipanggil menjadi rasul Kristus. Kita
bias melihat walaupun Paulus memiliki kapasitas dalam pelayanannya,
tetapi tetap memiliki sikap kerendahan hati, dia mengatakan bukan
karena saya, tetapi semua karena Tuhan. Harusnya sebagai pelayan
Tuhan, kita juga berani berkata bahwa keberhasilan-keberhasilan yang
kita capai dalam pelayanan, bukan karena kemampuan kita semata, tetapi
semua itu terjadi karena campur tangan Tuhan di dalamnya.
2. Fokus pada tugas panggilannya.
Orang yang focus pada tugas panggilannya, tidak akan melalaikan
tugasnya, walaupun banyak menghadapi tantangan dalam pelayanan. Rasul
Paulus dalam pelayanannya di Asia (Efesus), Paulus banyak mencucurkan
air mata dan banyak mengalami pencobaan dari berbagai pihak (dalam hal
ini orang Yahudi yang mau membunuh dia. yat 29 b). Tetapi kita dapat
melihat tanggapan Paulus terhadap persoalan yang dia hadapi. Kitab
Roma mencatat bahwa Paulus tidak melalaikan tugas panggilannya untuk
memberitakan dan mengajarkan Injil di segala tempat (umum, di
rumah-rumah); Paulus terus bersaksi kepada orang-orang yang menolak
(Yahudi, Yunani) supaya mereka bertobat dan percaya kepada Tuhan
Yesus. Di sini kita dapat melihat bahwa sungguhpun Paulus menghadapi
banyak tantangan dalam pelayanannya, tetapi dia tidak menyerah
terhadap tantangan, melainkan tetap focus dan sedikitpun tidak
melalaikan tugas panggilannya untuk memberitakan dan mengajarkan Injil
kepada orang Efesus.
3. Menyerahkan hidup sepenuhnya di bawah kuasa Roh Kudus (ayat 22-35)
Seorang pelayan Tuhan harus menyerahkan hidup sepenuhnya di bawah
otoritas kuasa Roh Kudus. Seperti Rasul Paulus yang menyerahkan diri
sepenuhnya di bawah kuasa Roh Kudus, dikatakan sebagai "tawanan Roh".
Yerusalem adalah pusat agama Yahudi dan tempat lahirnya jemaat
perdana. Paulus mengetahuio bahwa para pemimpin Yahudi dan para
pengikut Yesus Kristus mungkin masih terus berdebat satu dengan yang
lain. Paulus menyadari resiko yang akan terjadi pada dirinya jika ia
pergi ke Yerusalem. Tetapi sebagai tawanan Roh dia harus pergi ke
sana. Seorang pelayan yang menyerahkan dirinya sepenuhnya di bawah
tawanan Roh, maka:
a. Berani bayar harga (walaupun penjara dan sengsara menanti)
b. Focus pada garis akhir yaitu menyelesaikan pelayanan yang di
tugaskan oleh Tuhan Yesus untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih
karunia
c. Menyerahkan pelayanannya ke dalam tangan Tuhan dengan kata lain
tidak mengandalkan kekuatannya sendiri
d. Memiliki motivasi yang murni dalam pelayanannya (Tuhan yang
mencukupkan), menjadi teladan, peduli dengan orang lain, mendoakan,
berbagi, dll.
Seorang pelayan Tuhan, yang memiloiki sikap kerendahan hati, dia akan
focus pada tugas panggilannya dan akan menyerahkan hidup sepenuhnya di
bawah kuasa Roh Kudus. Jika ketiga hal ini menjadi sikap hidup seorang
pelayan Tuhan, maka hasilnya adalah menjadi pelayan yang membawa
berkat di tengah-tengah lading di mana Tuhan mengutusnya. Ketika
Paulus mengucapkan kata-kata terakhir dengan jemaat di Efesus, Paulus
berlutut dan mendoakan mereka. Maka menangislah mereka semua
tersedu-sedu dan sambil memeluk Paulus, mereka beulang-ulang mencium
Paulus. Mereka sangat berdukacita, terlebih-lebih karena dia
mengatakan, bahwa mereka tidak akan melihat mukanya lagi. Lalu mereka
mengantar Paulus ke kapal.

ilustrasi:
saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus. Saya mendengar sharing dari salah
satu mahasiswa yang pulang pelayanan dari gunung willis selama dua
bulan. Ketika hendak pulang karena masa pelayanan dua bulan telah
berakhir, dikatakan jemaat dan hamba Tuhan semua menangis ketika dia
pamit untuk pulang. Hal ini menandakan bahwa selama ini pelayanannya
menjadi berkat. Dan sebaliknya, ketika meninggalkan lading pelayanan
dan semua jemaat malah bersyukur, hal ini menandakan bahwa pelayanan
kita tidak menjadi berkat. Sama halnya dengan kampus kita jika besok
pagi, tiba-tiba kampus STT SAPPI tidak ada , apakah ada orang sekitar
palalangon yang merasa kehilangan, atau malah mereka bersyukur, STT
SAPPI sudah tidak ada. Bagaimana dengan kehidupan kita masing-masing,
apakah kita sudah menjadi berkat di tengah-tengah pelayanan di mana
Tuhan mengutus kita. Menjadi perenungan bagi kita semua: Apakah kita
sudah melayani Tuhan dengan segala kerendahan hati, apakah kita tetap
focus pada panggilan pelayanan kita walaupun banyak pencobaan yang
kita alami dalam pelayanan, dan apakah kita sudah menyerahkan
sepenuhnya kehidupan dan pelayanan kita di bawah kuasa Roh Kudus. Amin
Baca Terusannya »»  

Peringatan bagi para pemimpin/gembala

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Teks Alkitab : Yehezkiel 34:1-16
Tujuan : Pendengar dapat memahami peran dan tanggung jawab seorang pemimpin/gembala.
Renungan: Rapat Yayasan Mitra Pengembangan Desa (YMPD) Bandung, Senin, 03 Sept. 2012
Oleh : Adrianus Pasasa

Dalam dunia militer ketika seseorang diberi mandat, tetapi tidak
melakukan mandat atau perintah dari atasannya, atau menyalagunakan
mandat tersebut, maka orang itu akan mendapat sanksi. Sanksi itu bisa
berupa penurunan pangkat, tidak naik pangkat, dibebastugaskan, atau
bahkan dikeluarkan dari dinas kemiliteran. Dalam bacaan ini kita
melihat para pemimpin/gembala Israel yang diberi mandat atau perintah
oleh Tuhan untuk menggembalakan domba-dombanya (bangsa Israel), tetapi
mereka tidak menjalankan mandat dari Tuhan, akibatnya Tuhan melawan
para pemimpin/gembala Israel yang lebih condong melakukan kejahatan
dan penindasan dari pada melakukan tugas yang seharusnya mereka
lakukan sebagai pemimpin/gembala.

Tugas para gembala adalah melindungi kawanan dombanya agar tidak
dicuri atau dibunuh oleh binatang liar, atau menjaganya agar tidak
tersesat. Namun, para pemimpin Israel tidak bertindak sebagai gembala
yang baik. Kejahatan dan kelalaian mereka menyebabkan kawanan domba
(bangsa Israel) dibunuh atau terpencar-pencar di negeri-negeri asing.
Tuhan akan menghukum para gembala (pemimpin) yang gagal menjadi
gembala yang baik. Para pemimpin Israel adalah para raja, para imam,
dan pejabat kerajaan.

Adapun kelakuan pemimpin/gembala Israel waktu itu:
1. Menggembalakan dirinya sendiri, tidak peduli dengan domba-dombanya.
2. Hanya mau menikmati susu dan bulunya dibuat untuk pakaian, tetapi
mereka tidak mengembalakan domba-domba dengan baik.
3. Mereka membiarkan domba, jika ada domba yang lemah mereka tidak
kuatkan, domba yang sakit mereka tidak obati, domba yang luka mereka
tidak balut, domba yang sesat mereka tidak cari dan membawanya pulang,
domba yang hilang mereka tidak cari, mereka menginjak-injak domba
dengan kekerasan dan kekejaman.

Akibatnya yang terjadi pada domba:
1. Kondisi domba jadi kacau karena gembala tidak berperan.
2. Karena gembala tidak berperan akhirnya domba tersesat.
3. Domba jadi mangsa binatang-binatang di hutan (mangsa setan)
4. Dalam segala aspek domba mengalami ketersesatan
Peranan pemimpin/gembala sangan penting di dalam suatu pelayanan yang
Tuhan percayakan. Apabila pemimpin/gembala tidak menjalankan perannya,
maka dampak atau akibat yang ditimbulkan sangat buruk.
Pemimpin/gembala yang telah dipercayakan suatu pelayanan, tetapi dia
tidak mempertanggungjawabkan atau tidak menjalankan pelayanan yang
telah dipercayakan, maka pemimpin/gembala tersebut akan mendapat
ganjaran dari Sang pemilik pelayanan yaitu Tuhan.

Ganjaran bagi pemimpin/gembala yang tidak melakukan tugasnya:
1. Tuhan yang akan menjadi lawan mereka
2. Tuhan akan memberhentikan mereka dari tugasnya, Tuhan akan
mengambil pelayanannya kembali. Dibebastugaskan, Tuhan dapat memakai
berbagai cara untuk membebastugaskan pemimpin/gembala yang mangkir
dari tugasnya.
3. Tuhan akan melepaskan domba-domba dari mereka, supaya domba tidak
terus lagi menjadi makanan gembala. Tuhan akan mengambil pelayanan
yang selama ini dipercayakan.
4. Tuhan sendiri yang akan mejadi gembala dan mencari domba-domba.
Dengan cara-Nya, Tuhan akan mengambil alih pelayanan yang selama ini
dipercayakan kepada pemimpin/gembala.

Bagaimana aplikasinya bagi pelayanan kita di YMPD/STT SAPPI
Menjadi seorang pemimpin/gembala bukanlah hal yang mudah, seorang
pemimpin/gembala akan selalu diiperhadapakan pada berbagai tantangan
dan persoalan. Namun, apa yang akan kita lakukan ketika menghadapi
setiap tantangan dan persoalan tersebut. Dalam konteks pelayanan
YMPD-STT SAPPI, kurang lebih 12 tahun saya dipercayakan Tuhan
bergabung melayani di YMPD/STT SAPPI, sepanjang itu saya melihat
selalu ada tantangan dan persoalan, entah itu malasah personil,
masalah finansial, dll. Tetapi satu hal yang kita yakini bersama bahwa
YMPD/STT SAPPI adalah milik Tuhan.
1. Saya percaya para pendiri yayasan YMPD tidak ada yang mengkalim
bahwa ini milik saya, tetapi YMPD adalah milik Tuhan. Karena milik
Tuhan maka Tuhan yang menolong untuk mampu keluar dari setiap
tantangan dan persoalan tersebut. Hal ini sudah kita lihat bersama
bagaimana campur tangan Tuhan dalam pelayanan YMPD/STT SAPPI sampai
saat ini. Saya teringat ketika malam Visi Misi yang diadakan di Setra
Duta beberapa tahun yang lalu, ketika bendahara membacakan laporan
keuangan, beliau berkata "heran" melihat pelayanan YMPD yang secara
real tidak ada dana, tetapi masih tetap eksis, jawabannya itulah
TUHAN. Oleh karena YMPD/STT SAPPI adalah milik Tuhan maka harus
dikelolah dengan baik. Tuhan memberi kepercayaan kepada setiap kita,
baik itu unsur yayasan maupun unsur pelaksana yaitu STT SAPPI. Marilah
kita bersama-sama bergandengan tangan, kita semua dipanggil dan
dipercayakan untuk mengelolah YMPD/STT SAPPI sebagai milik-Nya.
2. Tuhan telah mempercayakan pelayanan ini, kalau kita tidak
memperhatikan pelayanan yang Tuhan telah percayakan, maka Tuhan
sendiri akan menjadi lawan kita (ayat 11). Tuhan akan mengambil
miliknya (pelayanan) karena tidak dikelolah dengan baik/bertanggung
jawab.
3. Tuhan telah mempercayakan pelayanan kepada kita semua. Unsur
yayasan dipercaya untuk mengelolah STT SAPPI, para dosen dipercaya
untuk membina calon-calon hamba Tuhan yang Tuhan panggil untuk di
bentuk di STT SAPPI.
4. Marilah kita melakukan dengan sepenuh hati (ayat 16) pelayanan yang
Tuhan percayakan. Ketika ada yang terhilang marilah kita cari, ketika
ada yang tersesat marilah kita bawa pulang, kalau ada yang luka
marilah kita balut, dan kalau ada yang sakit marilah kita kuatkan.
Semua itu kita lakukan dengan satu tujuan yaitu demi hormat dan
kemuliaan Sang pemilik pelayanan ini.
5. Firman Tuhan yang akan selalu menjadi penghiburan bagi kita semua
yaitu: Filipi 1:6, Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang
memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai
pada akhirnya pada hari Kristus Yesus. Filipi 4:12-13, Aku tahu apa
itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan
dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku;
baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal
kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat
kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. Demikian juga
dengan pelayanan kita di YMPD/STT SAPPI, Ia yang memulai dan Dia juga
yang akan mengakhirinya. Marilah kita berkata bahwa bersama Tuhan
segala perkara dapat kita lalui. Amin
Baca Terusannya »»  

Berita Terkini

« »
« »
« »
Get this widget

Daftar Blog Saya

Komentar