Tulisan Jalan

Hidupku untuk mengharumkan nama-MU Jangan bersukcita ketika engkau berhasil dalam pelayanan, tetapi bersukcitalah karena namamu tercatat di Surga

Kau istimewa. Di seluruh dunia, tidak ada orang yang sepertimu. Sejak bumi diciptakan tidak ada orang lain yang sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki senyummu, tidak ada yang memiliki matamu, hidungmu, rambutmu, tanganmu, suaramu. Kau istimewa. Tidak ada orang lain yang memiliki tulisan yang sama denganmu. Tidak ada orang lain yang memiliki selera akan makanan, pakaian, musik, atau seni sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki cara pandang sepertimu. Sepanjang masa tidak ada orang lain yang tertawa sepertimu, tidak ada yang menangis sepertimu. Kaulah satu di antara seluruh ciptaan yang memiliki kemampuan seperti yang kau miliki. sampai selamanya, tidak akan ada orang yang akan pernah melihat, berbicara, berjalan, berpikir, atau bertindak seperti dirimu. Kau istimewa...kau langka. Tuhan telah menjadikanmu istimewa dengan satu tujuan yaitu MEMULIAKAN DIA

Cari Blog Ini

Rabu, 23 Januari 2013

KIAT-KIAT MENULIS RENUNGAN

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
KIAT-KIAT MENULIS RENUNGAN
==========================

Renungan adalah refleksi atas sebuah ayat dalam Alkitab yang
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan kontekstual bagi pembaca.
Penulis memulai tulisan setelah melihat persoalan-persoalan yang
terjadi dalam realitas kehidupan. Dia lalu mencari jawabannya
melalui permenungan dan penelitian yang mendalam atas ayat-ayat
dalam Firman Tuhan. Setelah itu dia membagikan hasil permenungan itu
kepada pembaca.

Menulis renungan berbeda dengan menulis artikel. Di dalam menulis
artikel, penulis menyajikan dan memberikan pengetahuan serta
ketrampilan (memberi makanan bagi otak), sedangkan dalam menulis
renungan, penulis berbagi iman dan pengalaman kerohanian (memberi
makanan pada jiwa). Artikel berpusat pada satu tema dan menggunakan
lebih dari satu sumber tulisan, sedangkan renungan, berpusat pada
satu tema dan satu ayat Alkitab. Panjang artikel bisa mencapai 500-
2000 kata, sedangkan renungan, antara 250-300 kata. Artikel berasal
dari pengetahuan di kepala (head), sedangkan renungan adalah luapan
dari pengalaman batin (heart).

Tujuan akhir dari sebuah renungan adalah perubahan hidup. Seberapa
pun indah tulisan renungan itu, tetapi jika tidak bisa mendorong
pembaca untuk melakukan tindakan yang membuatnya semakin mengasihi
Tuhan dan sesama, maka tulisan itu tidak layak disebut renungan.

Ada beberapa tipe renungan, yaitu:
1. Renungan yang memberi inspirasi untuk bertindak dengan nyata.
Isinya biasanya berupa dorongan bagi pembaca untuk bertindak
sesuatu.
2. Renungan yang memberi ketenangan. Biasanya berisi kata-kata
penghiburan untuk menguatkan pembaca yang sedang mengalami
pergumulan.
3. Renungan yang memberikan teguran. Renungan ini memperingatkan
pembaca supaya tidak melakukan perbuatan tertentu yang bisa
mendatangkan dosa.
4. Renungan yang memberi paparan tentang suatu perikop tertentu.
Isinya hanya berupa informasi yang menjelaskan makna dari ayat-
ayat tertentu dan relevansinya bagi konteks kekinian.

Rumus 4 C
---------
Ada suatu formula yang dipakai untuk menulis renungan yang disebut
"rumus 4 C", yaitu Contextualize, Connect, Communicate, dan
Conclude. Berikut ini penjelasannya:

1. Contextualize.
"Daratkanlah" isi renungan Anda dengan peristiwa kehidupan
sehari-hari secara nyata. Pembaca renungan adalah manusia biasa
dengan pergumulan kehidupan yang tidak ringan. Mereka membutuhkan
penguatan rohani yang aplikatif. Karena itulah, tulisan Anda
sebaiknya menjawab kebutuhan pembaca secara nyata.

2. Connect.
Hubungkan persoalan kehidupan yang dibahas itu dengan Firman
Tuhan. Temukanlah jawaban Firman Tuhan atas persoalan yang
digumulkan oleh penulis dan pembaca renungan itu. Dalam hal ini,
selain harus berdoa meminta hikmat dari Tuhan, lebih baik lagi
jika Anda memiliki pengetahuan teologi yang memadai.

3. Communicate.
Komunikasikan hasil studi Alkitab itu kepada pembaca.
Komunikasikan tentang kasih dan karunia Tuhan serta penguatan
dari Roh Kudus. Jika diperlukan, pakailah ilustrasi untuk
menjelaskannya.

4. Conclude.
Simpulkan renungan ini dengan sebuah tindakan yang bisa dilakukan
oleh pembaca. Bagian ini sangat penting. Rumuskanlah kata-kata
yang bisa mendorong pembaca untuk membuat keputusan dan melakukan
tindakan. Inilah yang disebut perubahan hidup.

Tips Praktis Menulis Renungan
-----------------------------
Secara lebih praktis, berikut ini adalah kiat-kiat praktis yang
dapat diterapkan di dalam menulis renungan:

1. Siapkan semua bahan-bahan pendukung, seperti ilustrasi, data-
data, Alkitab (kalau ada beberapa versi terjemahan dalam bahasa
Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa lainnya) dan Konkordansi
Alkitab (Kalau punya komputer, lebih enak memakai Program SABDA).

2. Berdoalah meminta pimpinan Tuhan.

3. Bacalah perikop ayat itu berulang-ulang dan jika mungkin, bacalah
juga versi terjemahan dan bahasa yang berbeda. Temukan gagasan
utama yang menjadi pusat dari isi renungan Anda.

4. Tulislah draft tulisan Anda. Tuangkanlah semua isi kepala Anda
dengan bebas. Draft bukanlah tulisan yang sudah jadi. Untuk
itulah, Anda tidak usah memperhitungkan apakah tulisan ini akan
tampak buruk. Yang penting, Anda bisa menuangkan semua gagasan
Anda lebih dulu. Teknik ini disebut curah gagasan (brain
storming).

5. Setelah semua ide tampaknya sudah mengalir keluar, maka langkah
selanjutnya adalah menyusun ide-ide atau pokok pikiran itu supaya
menjadi teratur dan enak dibaca. Dalam bahasa kerennya, supaya
alur logika tulisan mengalir dengan lancar. Jika ada ide-ide yang
tidak relevan, jangan ragu-ragu untuk memangkasnya.

6. Tempatkan ilustrasi renungan yang sesuai. Jika Anda gagal
menemukan ilustrasi yang cocok, jangan cemas. Anda masih bisa
menyiasatinya dengan memasang kalimat pembuka yang menarik.

7. Jika sempat, mintalah tolong orang lain supaya memberikan kritik
dan saran atas tulisan Anda.

8. Perhatikan dengan cermat isi pengajaran atau teologi di dalamnya.
Sedapat mungkin, hindarilah tema-tema yang secara teologis masih
belum ada kata sepakat. Hindari juga pembahasan yang menyinggung
denominasi tertentu. Misalnya soal baptisan atau bahasa lidah.
Jika Anda ragu-ragu terhadap ketepatan Anda dalam merumuskan
pengajaran Alkitab, jangan segan-segan untuk berkonsultasi pada
pendeta atau orang lain yang lebih tahu.

Menulis renungan itu sebenarnya tidak lebih dari sebuah sharing
pengalaman rohani yang dialami oleh penulis. Pengalaman rohani
setiap orang itu unik, karena merupakan hasil dari perjumpaan
pribadinya dengan Allah. Pengalaman rohani seseorang selalu menarik
minat orang lain karena pengalaman rohani tiap-tiap orang berbeda.
Itulah sebabnya, kita tidak akan pernah kehabisan bahan penulisan
renungan.

Jika memang benar bahan-bahannya melimpah, mengapa hanya sedikit
saja orang yang mau menulis renungan? Kebanyakan orang beralasan
karena tidak mampu menulis dengan baik. Alasan ini kurang kuat,
karena kemampuan menulis sebenarnya bisa diasah melalui pelatihan
dan mempraktikkannya dengan sungguh-sungguh. Tidak ada seorang
penulis yang langsung mampu membuat tulisan yang indah tanpa melalui
latihan.

Diedit dari tulisan "Purnawan Kristanto"
Penulis pernah menjadi jurnalis "BAHANA" dan pernah mengasuh
"Renungan Malam"
Baca Terusannya »»  

Senin, 14 Januari 2013

NILAI-NILAI DALAM DOA

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Nats : Mat. 6:5-14
Tema : NILAI-NILAI DALAM DOA

Perjalanan kehidupan manusia berkaitan erat dengan niai-nilai yang
dapat menjadi pengarah dan menjadi falsafah hidup. Nilai budaya, nilai
sosial, nilai adat istiadat dan nilai-nilai hukum merupakan suatu
penyangga kehidupan dalam terjadinya interaksi sosial. Dalam
kehidupan kekristenan memiliki nilai yang tidak dapat diabaikan yaitu
dalam interaksi dengan Tuhan (doa). Dalam renungan hari ini kita
dapat belajar bagaimana nilai doa yang Yesus Yesus memulai pengajaran
akan doa ketika Ia bebrbicara kepada orang-orang banyak saat
berkhotbah di bukit. Yesus memperingatkan kepada mereka tentang
berdoa, Ia katakan jaganlah berdoa seperti orang munafik. Orang
munafik Yesus sebut adalah orang yang tahu kebenaran bahkan
mengajarkannya kepada orang lain tetapi mereka sendiri tidak
melakukannya ( Mat. 23:1-7).
Orang munafik melaksanakan doa mereka supaya dilihat orang ( Mat. 6:5
). pada bagian ini Yesus mengajarkan kepada orang-orang banyak tentang
berdoa yang kemudian kita kenal sebagai Doa Bapa Kami. Dalam doa bapa
kami ini mengandung isi doa yang sangat konplit yang tentunya menjadi
pegangan setiap orang percaya dalam berelasi dengan Tuhan. Dalam ayat
9 merupakan sapaan yang sangat dalam untuk relasi kepada Tuhan. Dalam
Doa Bapa Kami Yesus memulai dengan kata yang sangat dekat dan sangat
ideal sekali menyebut Allah sebagai Bapa.
Dalam PL bapa memiliki makna yang lebih luas daripada kepala keluarga
inti di zaman modern. Mungkin ia adalah seorang kepala suku ( Kej
32:9), atau seorang nabi ( 2Raj 2:12). Bapalah merupakan sosok yang
dapat memimpin keluarga dalam memberikan pengajaran keagamaan. Dalam
PB Yesus menyebut Allah sebagai Bapa-Nya, dengan demikian Allah
menjadi Bapa yang ideal bagi semua umat manusia ( Ef 3:14-15). Kata
Bapa dalam doa dapat dikatakan sebagai kata pengagungan akan Allah,
memuliakan Allah dan memuji kebesaran Allah. Kemudian Yesus mengatakan
dikuduskanlah namamu, kata ini menunjukan penghormatan kepada Allah
yang kudus. Dalam doa kita prlu memperhatikan tentang nama baik
Allah, gereja-Nya, dan Injil-Nya. Setelah adanya pengagungan akan nama
Allah kemudian Yesus katakan "datanglah kerajaan-Mu, jadilah
Kehendak-Mu di bumi seperti di sorga" perkataan ini mengingatkan kita
agar kita mengingat akan kerajaan saat ini dan akan datang dalam
Kristus Yesus dan kita berdoa untuk kehadiran dan manifestasi rohani
dari kerajaan Allah sekarang ini, sehingga kuasa Allah nyata dalam
kehidupan umat-Nya untuk menghancurkan kuasa tipu muslihat iblis.
Jadilah kehendak-Mu berarti kita benar-benar ingin agar kehendak dan
rencana Allah yang terwujud dalam kehidupan kita. Selain adanya
pengagungan dan penyerahan kepada kehendak Allah dalam doa, kita juga
meminta pengampunan kepada Tuhan, hal ini berarti menyadari akan
kesalahan dosa yang dialami dihadapan Tuhan. Kasadaran akan dosa yang
kemudian mengakui keterbatasan atau kelemahan kita dihadapan Tuhan,
sangat penting dalam relasi kita kepada Allah, karena tanpa Allah kita
tidak dapat keluar dari kelemahan itu. Dosa membuat kita kuatir, dosa
membuat kita menderita, namun Rasul Paulus katakan kepada jemaat di
Filipi jangan kita kuatir tetapi serahkan segala kuatir dan pergumulan
kita kepada Tuhan dalam doa dan permohonan ( Fil. 4:6). Dengan
demikian apapun yang menjadi dalam pergumulan kita, persoalan kita,
dan kendala kita serahkanlah semuanya itu kepada Tuahan, karena hanya
dalam Tuhanlah solusi yang sejati pergumulan hidup kita. Dari renungan
hari ini memberi cara pandang bagi kita dalam melihat nilai dalam doa
yaitu; 1) adanya pengagungan kepada Tuhan. 2) adanya penyerahan diri
kepada kehendak Tuhan dan meminta pengampunan atas dosa kita. 3)
adanya ucapan syukur kepada Tuhan. 4) Adanya ungkapan permohonan
kepada Tuhan. Mulailah hari ini dengan berpegang pada seruan
pengagungan akan Allah serta ungkapkan syukur senantiasa kepada-Nya,
amin. By: Marthinus
Baca Terusannya »»  

Selasa, 08 Januari 2013

SIAPAKAH SESAMAKU

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Tempat tinggal kami tepat berada di pinggir jalan dan tidak jauh dari
kampus teologi. Karena berada di pinggir jalan, maka tentu jalan di
rumah kami merupakan jalan umum yang setiap saat dilalui oleh berbagai
macam orang, dan salah satunya adalah mahasiswa-mahasiswi yang sedang
studi di sekolah teologi tersebut. Beberapa waktu lalu saya membuat
jembatan supaya mobil bisa masuk ke dalam halaman rumah kami. Ketika
saya mempersiapkan beberapa bahan yang akan digunakan seperti pasir,
semen, kerikil, besi, dan papan. Hal ini tentu membutuhkan bantuan
tenaga, saya minta tolong ke beberapa mahasiswa dari sekolah teologi
dekat rumah kami, yang juga tempat saya melayani. Ketika kami sedang
mengerjakan jembatan itu, cukup banyak orang "Kristen"/mahasiswa yang
lalu lalang di tempat kami mengerjakan jembatan. Ada yang lewat begitu
saja, ada yang betanya, pak lagi buat apa?, ada juga yang singgah
untuk melihat-lihat, namun tidak satupun yang bertanya apa yang bisa
kami bantu alias tidak ada yang tergerak hatinya untuk membantu.

Saya jadi teringat akan kisah orang Samaria yang baik hati yang
ditulis di dalam Injil Lukas 10:25-38. Pada suatu kali berdirilah
seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang
harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus
kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di
sana?" Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan
dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri." Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah
demikian, maka engkau akan hidup." Tetapi untuk membenarkan dirinya
orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?" Jawab
Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh
ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan,
tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya
setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia
melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian
juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu,
ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang
sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang
itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu
membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan
anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya
sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan
harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu,
katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan
menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini,
menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke
tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan
belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan
perbuatlah demikian!"

Bagaimana jadinya kalau orang percaya/seorang hamba Tuhan tidak
memiliki kepekaan dengan lingkungannya? Marilah kita belajar dari
orang Samaria, yang "tidak dianggap", tetapi memiliki hati hamba, yang
peduli dengan lingkungannya. Dari pada berlabel orang "Kristen"/hamba
Tuhan, tetapi hanya labelnya saja, bukti nyatanya tidak ada. By:
Adrianus Pasasa
Baca Terusannya »»  

Rabu, 02 Januari 2013

AROGANSI BEBEK SENIOR

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Bebek yang kami tetaskan beberapa bulan yang lalu, mulai beranjak
besar. Namun untuk menjaga keamanan antara bebek yang sudah dewasa
dengan bebek yang baru beranjak dewasa, maka kami pisahkan kandangnya.
Pada suatu hari saya mencoba untuk melepaskan semua bebek dari
kandangnya, tentu tujuannya supaya bebek yang senior dan junior ini
dapat hidup bersama. Tetapi apa yang tejadi, bebek yang merasa sudah
senior terus mengejar dan berusaha untuk mematuk bebek-bebek yang baru
beranjak dewasa itu. Ternyata mereka tidak bisa hidup bersama, mungkin
saja bebek-bebek senior ini merasa terancam dengan keberadaan bebek
yang masih muda dan enerjik itu. Atau mungkin ada alasan lain sehingga
keberadaan bebek junior ini menjadi ancaman bagi bebek-bebek senior.

Kisah ini tidak hanya terjadi dalam dunia hewan, tetapi kalau kita
perhatikan hal inipun terjadi dalam kehidupan umat manusia. Seseorang
yang merasa dirinya sudah eksis di suatu tempat, atau sukses dalam
menduduki jabatan tertentu. Namun ketika dia merasa posisinya atau
tempatnya terancam dengan kehadiran orang lain, dia mulai bersikap
arogan. Dengan berbagai cara ia berusaha untuk menyingkirkan
orang-orang yang merupakan ancaman bagi dirinya. Demikian juga dengan
manusia-manusia yang berlabel rohani, kadang hanya labelnya yang
rohani, tetapi isinya tidak ubahnya seperti kisah bebek di atas.
Hidupnya tidak tenang ketika ada orang lain yang lebih dari dirinya,
merasa diri paling hebat dan keinginannya hanya untuk mengatur,
mengkritik dan melihat kesalahan orang lain, tanpa mampu untuk melihat
dirinya sendiri. Tuhan Yesus bersabda: : Barangsiapa terbesar di
antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa
meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan
diri, ia akan ditinggikan (Matius 23:11-12). By: Adrianus Pasasa
Baca Terusannya »»  

NATAL BERSELIMUT KABUT

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Merayakan Natal adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidup orang
Kristen. Memasuki bulan Desember pernak-pernik Natal mulai menghiasi
rumah, gereja dan beberapa sudut pusat pembelanjaan di berbagai kota.
Bahkan beberapa gereja sudah mulai merayakan Natal sebelum tanggal 25
Desember yang ditetapkan sebagai hari Natal. Suatu pagi ketika saya
memeriksa SMS yang masuk ke handphone, ternyata saya mendapat undangan
untuk menghadiri perayaan Natal di suatu gereja yang ada di daerah
Jawa Barat. Saya senang mendapat undangan tersebut, saya pun
mempersiapkan diri untuk menghadiri natal yang tinggal berselang dua
hari lagi. Pada saat perayaan Natal saya datang bersama istri saya,
karena kami datang agak terlambat maka kami duduk di bangku bagian
belakang.

Acara natal malam itu tidak ubahnya seperti acara pertunjukan yang
menampilkan kemampuan anggota-anggota jemaat yang silih berganti naik
ke atas panggung. Dalam hati kecil saya bertanya, apakah ini yang
Tuhan Yesus inginkan? Ketika memasuki pertengahan acara, muncul bau
yang kurang sedap dan itu sangat menggangu. Saya berusaha mencari
sumber bau itu, oh…ternyata bau asap rokok beberapa kaum bapak yang
duduk di bagian luar gereja. Batin saya semakin bertanya,
jangan-jangan jemaat disini dibebaskan untuk merokok, padahal setau
saya denominasi gereja ini sangat "pantang" terhadap rokok. Dan apa
yang timbul di batin saya semakin terjawab ketika rangkain perayaan
natal sudah selesai, tanpa rasa canggung, hampir sebagian kaum bapak
duduk melingkar di depan gereja dengan asap rokok yang mengepul dari
mulutnya. Sungguh natal malam itu, menjadi natal yang berselimutkan
asap rokok. Firman Tuhan di dalam 1 Korintus 6:19-20, mengatakan…Atau
tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di
dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu
bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah
lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
Pertanyaannya, bagaimana jadinya kalau bait Roh Kudus ini, tiap hari
diasapi dengan asap rokok? By: Adrianus Pasasa
Baca Terusannya »»  

Berita Terkini

« »
« »
« »
Get this widget

Daftar Blog Saya

Komentar