Tulisan Jalan

Hidupku untuk mengharumkan nama-MU Jangan bersukcita ketika engkau berhasil dalam pelayanan, tetapi bersukcitalah karena namamu tercatat di Surga

Kau istimewa. Di seluruh dunia, tidak ada orang yang sepertimu. Sejak bumi diciptakan tidak ada orang lain yang sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki senyummu, tidak ada yang memiliki matamu, hidungmu, rambutmu, tanganmu, suaramu. Kau istimewa. Tidak ada orang lain yang memiliki tulisan yang sama denganmu. Tidak ada orang lain yang memiliki selera akan makanan, pakaian, musik, atau seni sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki cara pandang sepertimu. Sepanjang masa tidak ada orang lain yang tertawa sepertimu, tidak ada yang menangis sepertimu. Kaulah satu di antara seluruh ciptaan yang memiliki kemampuan seperti yang kau miliki. sampai selamanya, tidak akan ada orang yang akan pernah melihat, berbicara, berjalan, berpikir, atau bertindak seperti dirimu. Kau istimewa...kau langka. Tuhan telah menjadikanmu istimewa dengan satu tujuan yaitu MEMULIAKAN DIA

Cari Blog Ini

Selasa, 26 Februari 2013

Ahok saksi Kristus!

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Selasa, 26/02/2013 15:32 WIB
4 Kabar Gembira dari Jokowi-Ahok
Niken Widya Yunita - detikNews

Jakarta - Jakarta mendapat banyak perubahan setelah Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) dan Wagub DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memimpin. Bukan hanya masyarakat berada, wong cilik juga dapat menikmati hasil kerja dari dua pemimpin ini.

Berikut rangkuman kabar gembira yang disampaikan baik Jokowi-Ahok akhir-akhir ini, seperti dirangkum detikcom, Selasa (26/2/2013):
Asuransi Kesehatan Gratis
Warga Jakarta akan mendapat asuransi kesehatan gratis. Dalam waktu dekat Pemprov DKI Jakarta akan tanda tangani naskah kerjasama dengan PT Asuransi Kesehatan untuk pengadaan asuransi tersebut.

"Akan kita tanda tangan 1 Maret 2013. Teknisnya kita ikutin seperti BPJS, cuma uangnya nggak diserahkan ke dia (PT Askes -red), kita yang mengelola. Nanti seluruh orang Indonesia itu punya asuransi. Itu amanat UU 24/2012 tentang BPJS," ujar Ahok di kantornya, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (25/2/2013).

Uji coba program ini akan dilakukan di Jakarta dulu. Fokus uji coba untuk memastikan bahwa polis senilai Rp 23 ribu per orang per bulan cukup sudah cukup atau sebaliknya.

Memang nilainya terhitung kecil, namun itu kenaikan siginifikan dari Rp 15.500 per orang per bulan yang Kemenkeu serahkan ke PT Askes.

"Kita kan menghitungnya Rp 23 ribu. Uangnya kita yang pegang, tapi seolah-olah PT Askes yang kelola uang itu. Cukup atau tidak, nanti kita evaluasi," papar Ahok.

Ahok mengatakan, kalau nanti uji coba di Jakarta berhasil nanti di seluruh wilayah Indonesia akan berhasil pula.

"Jadi sekarang tinggal menunggu Rumah Sakit swasta apakah akan ikut berpartisipasi. Kan tahu sendiri alat-alat kesehatan di Jakarta paling canggih. Intinya kita ingin mencoba," ujarnya.
Juru Parkir akan Mendapat Gaji Tetap
Jokowi dan Ahok memberikan perhatian pada juru parkir yang selama ini tersebar liar di segala penjuru Jakarta. Para juru parkir tersebut akan diberi gaji tetap.

"Ada aspek teknis dan sosial. Yang biasa malak-malak kita seleksi untuk menjadi pekerja dan mereka akan menerima gaji. Mereka mendapatkan gaji dari pengelola parkir," kata Kepala Dinas Perhubungan DKI Udar Pristono.

Pristono menyampaikan hal tersebut usai bertemu dengan Ahok di Balaikota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (15/2/2013).

Juru parkir yang masih tidak disiplin dan memalak akan ditertibkan dan diberi teguran melalui perusahaan pengelolanya. Pristono menambahkan, ada sistem bonus untuk juru parkir, kelak. Bonus tersebut diharapkan menstimulus kedisiplinan juru parkir dalam menggunakan karcis.

"Parkir on the street (jalanan) akan selalu menggunakan karcis. Kalau bisa, ada bonusnya bagi orang yang melakukan pembayaran dengan karcis. Juru parkirnya diberikan bonus, pengguna parkir juga," ucap Pristono.
Layar Reklame LED Murah Bahkan Gratis
Ahok akan meminimalkan biaya bahkan menggratiskan iklan untuk warga ataupun kampanye parpol yang kantongnya tipis. Iklan akan berbentuk layar LED raksasa dan diletakkan di ruang publik atau jalan-jalan.

"Orang mau kampanye tidak keluar biaya. Siapkan saja production house, mau ngomong apa, berapa menit, kita pasangin gratis," kata Ahok di kantornya, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (13/2/2012).

Rencana ini disebut mirip dengan tayangan iklan televisi pada umumnya.

"Untuk LED-nya kami yang sediakan, kamu mau ngiklan pasang ke kami. Bayarnya per detik tapi lebih murah dari televisi," tutur Ahok.

Ahok sendiri mengaku pemerintah provinsi DKI Jakarta sudah siap dengan rencana ini. Sejumlah perusahaan pun akan dimintai bantuan untuk jaringan serat optiknya.

"Sudah siap kan kita. Ada 5 sampai 6 perusahaan yang punya fiber optic, todongin saja suruh mereka nyambungin ke bisnis ini kan," ucap Ahok.

Pemasangan LED ini direncanakan akan dilakukan di bus, halte, dan gedung-gedung. Sehingga billboard atau baliho bisa diminimalisir dan memberikan pemandangan yang lebih bersahabat.

"Di bus boleh, di halte boleh, dan di gedung-gedung boleh. Jadi tidak ada lagi billboard di jalanan, rapi," ucap Ahok.

Dengan pemasangan LED ini, Ahok akan mencabut baliho atau billboard yang besar setelah perizinannya habis. Ia juga menginstruksikan tidak ada lagi perizinan baru untuk baliho atau billboard berukuran besar.

"Kemarin pun saya sudah instruksikan, tidak ada lagi disambung dan yang lelang. Kalau sudah selesai kontraknya, tidak sambung lagi. Makanya kita sudah hentikan lelang.

Tapi kan kecil-kecil masih ada, tapi yang gede-gede tidak boleh lagi. Kita nggak bisa cabut langsung, kan mereka sudah bayar pajak. Kalau dia tahun depan selesai, ya," tutup Ahok.
PKL Kota Tua Menjadi Elite
Kota Tua di kawasan Museum Fatahillah segera dipercantik. Pedagang kaki lima (PKL)-nya pun juga akan ikut dirapikan.

"Bapak kan sudah sepakat siapa saja yang pedagang di situ yang bukan musiman. Percaya kepada kami, Kota Tua kami jadikan Bapak PKL yang elite," kata Ahok.

Ahok mengatakan itu dalam pertemuan dengan perwakilan pedagang dan Kepala Dinas Koperasi dan UKM DKI Jakarta Ratna Ningsih di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (1/2/2013).

Menurut Ahok, aliran listrik setelah PKL Kota Tua ditata akan menjadi resmi. Bahkan juga tidak akan ada pungli "Semua bayar resmi, langsung autodebit ke Bank DKI," kata Ahok.

Enaknya lagi, lanjut Ahok, sistem berdagang di Kota Tua dapat dilakukan turun temurun.

"Nanti ya Pak, sistem dagang di sini bisa diturunin ke anaknya. Selama anak Bapak mau nerusin melanjutkan usaha itu bisa. Nanti dibuatin kartu, dan ada fotonya. Jadi orang lain nggak bisa ganti-ganti. Saya tahu kenapa orang pada ngotot mau ambil jatah, nanti kan bisa dijual itu, diduitin. Berani curi atau jual barang Pemda kita penjarain, berantem-berantem saja sekalian," papar Ahok.

Menurut Ahok, sedikitnya 260 pedagang bisa berdagang di Kota Tua.

"Sisanya bisa dagang di tempat lain. Kalau tetap ngotot minta 700 gelar saja di situ, di tanah lapang. Nanti kita sediakan. Nanti, kalau perlu tiap minggu saya kasih musik dangdut, kan senang tuh gelar-gelar gitu nggak ditata sama kita," kata Ahok sambil tertawa. Suasana rapat berlangsung cair.
(nik/nwk).

*********************
Maju trus pak Ahok, jadi garam dan terang bagi kemuliaan Tuhan Yesus Kristus!!!


--
In Christ's Love
Hans
"Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! (Kisah Para Rasul 18:9b).
Baca Terusannya »»  

Kamis, 21 Februari 2013

Mujizat itu nyata!

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***


MUJIZAT ITU NYATA!!!
Ada sebuah lagu rohani yang cukup sering dinyanyikan jemaat Tuhan. Di persekutuan-persekutuan atau dalam kebaktian-kebaktian Minggu, lagu ini cukup dikenal. Banyak orang yang menyukainya. Sebagian liriknya begini, "Jangan lelah bekerja di ladang-Nya Tuhan…" Lagu ini iramanya cukup enak didengar. Namun agak sedikit mengganjal di hati. Namanya orang bekerja pasti lelah dong. Dan hal yang mustahil, kata teman saya orang Arab, melarang orang supaya tidak lelah tatkala ia sedang bekerja. Lelah dalam bekerja itu alamiah bin lumrah bin lazim. Kecuali sang koruptor si benalu parasit masyarakat  yang sanggup meraup duit rakyat  puluhan sampai ratusan miliar rupiah dengan bermodalkan jabatannya. Mereka hanya main angkat telepon kapan saja dan di mana saja meminta "apel Malang" atau "apel Washington" kepada kacung-kacung mereka yang merajalela di perusahaan-perusahaan milik para bos besar dan ketua besar. Tanpa bekerja keras bak seorang petani yang mencangkul ladangnya demi mencari sesuap nasi buat anak-anak dan istrinya, atau seperti si tukang becak yang mendayung becaknya hingga mandi keringat dan mengucur peluh di sekujur tubuhnya bak derasnya hujan turun dari langit.

Bekerja sebagai pekerja di dunia sekuler sama bekerja di dunia rohani. Bahasa kerennya, melayani di ladang Tuhan. Bukan saja lelah bahkan boleh jadi penat-nat sehingga mau minta mati saja. Kalau gak percaya coba lihat nabi Yunus. Dia pernah berkata, "Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup." (Yunus 4:3). Yunus marah besar dan sangat kesal atas kebaikan Tuhan yang mengampuni orang-orang jahat di Niniwe. Maunya Yunus  sih mereka dibumihanguskan saja. Gitu aja koq repot diampuni?  Lebay Tuhan! Perhatikan juga nabi sekaliber Elia yang pernah meluluhlantakkan empat ratus lima puluh nabi Baal dan empat ratus nabi Asyera (1Raja-Raja 18:19) hanya dengan sebilah pedangnya, tetapi bisa sangat penat batinnya ketika dikejar hanya oleh seorang budak dari si nyonya Izebel yang amat menyebelken itu (1Raja-Raja 19:2-3) . Dalam 1Raja-Raja 19: 4 dijelaskan, "Tetapi ia (Elia) sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku."  Yesus sendiri tertidur pulas di perahu karena kecapean melayani bahkan Ia pernah mengalami rasa ketir yang begitu menakutkan ketika Ia bergumul di taman Getsemani. Karena tidak lama lagi Ia akan menanggung akibat dosa umat manusia. Saking beratnya beban dosa yang akan dipikul-Nya, Ia berkata, "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."  Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya.  Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah." (Lukas 22:42-44).

Jadi, tidak heran banyak rohaniwan saat ini yang akhirnya banting setir dan putar kemudi karena tak tahan dengan kelelahan dan kepenatan hati melayani umat yang juga sedang lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Berbicara tentang kelelahan dan kepenatan sebagai rohaniwan tentu bisa diinventarisir jenisnya yang amat beragam itu. Sebagai rohaniwan yang sering mengunjungi jemaat di desa-desa dan pedalaman Indonesia, saya banyak melihat tidak sedikit para hamba Tuhan yang mengalami kesulitan makan dan minum apalagi untuk menyekolahkan anak-anaknya. Bukan cuma di desa. Di kota juga tidak sedikit hamba Tuhan mengalami hal yang sama bahkan lebih berat. Ada yang nampak tapi juga ada yang tidak kelihatan betapa beratnya perjuangan hidup mereka. Bagi hamba Tuhan yang punya banyak relasi dan punya kemauan dan kemampuan yang kuat serta strategi jitu-tu, tentu tidak terlalu bermasalah tatkala kesulitan mendekat pada mereka. Hanya dengan mengangkat telpon atau ber-SMS ria dengan jemaat yang berpunya, maka selesailah masalah mereka. Apalagi bila dibumbu-bumbui dengan ayat-ayat firman Tuhan, "Hati-hati jangan sampai belalang pelahap melahap abis usahamu kalau tidak memedulikan kehidupan hamba Tuhan!" Ceileh….. Jemaat mendengar ocehan pak pendeta dengan bumbu firman Tuhan menjadi  gemetar dan gemetir,  sedang bibir pak pendeta sendiri mengembang senyum manis.  Saya pernah diceritakan seorang teman mengenai seorang pendeta. Teman saya ini, pas kakaknya sedang dirawat di ruang perawatan intensif di sebuah rumah sakit karena penyakit jantung. Sang pendeta datang mendoakan kakaknya yang sangat lemah tubuhnya setelah sadar dari koma selama beberapa hari. Anda tahu apa yang dibicarakan sang pendeta itu? Ia memberikan dorongan semangatkah? Anda keliru. Ia justru meminta bagian uang perpuluhan kepada jemaatnya karena ia tahu si sakit belum lama menjual tanahnya dengan nilai satu koma dua miliar rupiah. Lalu tidak berhenti di situ, sang pendeta juga meminta sepuluh persen untuk mendukung misi gereja. Alasannnya, hamba Tuhan dan gereja hidup dari persembahan jemaat. Lengkaplah sudah penderitaan si sakit. Beberapa hari kemudian si sakit akhirnya meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Jangan-jangan percepatan kematian si sakit karena ia stress memikirkan permintaan pendetanya itu. Peristiwa ini sangat amat memilukan dan memalukan korps para pendeta. Ini namanya pendeta debt collector-tor-tor-tor…….

Tetapi ada juga hamba Tuhan yang sama sekali tidak pandai memanfaatkan jemaat atau sahabat-sahabat mereka untuk mencari solusi keuangan yang sedang digumulinya. Saya adalah seorang yang sedang dan terus mau belajar  untuk hal ini. Beberapa teman dan keluarga  yang punya uang  segudang, pernah mengatakan, "Andaikata  Anda ada kesulitan atau kebutuhan sesuatu tolong jangan sungkan beritahukan ya", demikian tawaran mereka kepada Saya. Tetapi Saya dan istri belajar untuk tidak "memanfaatkan" tawaran menggiurkan itu. Karena prinsip kami, bekerja di ladang Tuhan hanya mengandalkan-Nya saja. Paling sering istri Saya kalau sangat mendesak ia mengambil jurus "Menyelesaikan masalah tanpa masalah." Dan kadang harus menerima kenyataan barang-barangnya dilelang.  Bila persoalannya cukup berat kami datang  bersujud kepada-Nya di dalam doa dan puasa. Bukankah firman Tuhan dalam Yeremia 17:7-8 telah dengan jelas memperingatkan kita semua, ada upah bagi yang mengandalkan dan mengharapkan-Nya?  Sebaliknya, ada ancaman bagi mereka yang mencoba-coba mengandalkan manusia? Kalau tak percaya, silakan saja baca Yeremia 17:5-6.  Jangan pernah memanfaatkan "domba-domba" apalagi memeras "susu" mereka dengan alasan pelayanan. Apalagi membawa-bawa nama Tuhan. Demi kemuliaan Tuhan segala.

Pada kesempatan ini, tanpa bermaksud apa-apa, sungguh, izinkan saya membagikan kesaksian buat para hamba dan jemaat Tuhan yang tidak pandai mengandalkan sesamanya dan karena itu mereka berada  dalam kelelahan dan kepenatan. Kemarin setelah ibadah dan Perjamuan Kudus, Minggu, 4 Maret 2012, saya langsung pulang ke rumah. Karena kelelahan fisik dan kepenatan psikis karena berbagai pergumulan, terutama kondisi keuangan kami, saya beristirahat siang di tempat tidur. Sudah cukup lama, kami, khususnya saya, bergumul dengan masalah keuangan untuk studi ketiga anak kami. Satu di perguruan tinggi dan dua lainnya di SMP dan SD. Minggu sore sekitar jam dinding  di rumah kami menunjukkan pukul setengah tiga Waktu Indonesia Barat (WIB) saya terbangun dan langsung berdoa di hadapan Tuhan Yesus Kristus. Doa saya sangat sederhana. Intinya saya menyampaikan permohonan kepada Tuhan Yesus Kristus tentang kebutuhan uang untuk berbagai kebutuhan kami sekeluarga. Kami tidak memberitahukan kepada siapapun akan kebutuhan ini. Apalagi meminta kepada orang-orang dekat kami. Tidak lama waktunya saya berdoa sore itu. Berselang beberapa waktu kemudian, tepatnya jam 1607 WIB telepon genggam saya berdering. Sebuah SMS masuk dari seorang hamba Tuhan senior yang sudah emeritus. Saya sangat jarang bertemu apalagi berdiskusi dengannya. Meskipun pertemanan kami cukup baik, saya tidak pernah mengemukakan permohonan bantuan dana apapun. Bunyi SMS-nya, "Pak Hans, ada account number bank BCA? Tq GBU." Mendadak sontak saya kaget. Lalu seketika itu juga saya balas SMS-nya, "Ada apa gerangan dengan Saya pak?" Lalu kira-kira sejam kemudian, pasnya jam 1713 WIB SMS beliau masuk lagi. Bunyinya, "O… begini, tadi saya bangun tidur ada satu gerakan hati saya untuk memberi dukungan dana tidak besar, tapi ya seperti Tuhan ingin saya support anak-anak  bapak tiap bulan xxxxx rupiah dari Januari – Desember tahun 2012. Nanti yang bulan Januari dan Pebruari saya rapelkan bersama dengan bulan Maret ini. Semoga menjadi berkat untuk bapak sekeluarga. Tq GBU."

Peristiwa ini benar-benar  mujizat. Tuhan Yesus mendengar dan langsung seketika itu juga menjawab permohonan Saya. Ini sangat mengharukan hati kami sekeluarga. Waktu Saya berdoa sore itu berbarengan dengan Tuhan menggerakkan hati hamba Tuhan senior itu. Saya berdoa pas baru bangun tidur, ia pun baru bangun tidur ketika merasakan suatu gerakan hati yang tak bisa dibendungnya  untuk mendukung dana studi anak-anak Saya. Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus saja! Kami berdua dikuasai rasa haru yang dalam sehingga air mata kami jatuh berderai. kami berpelukan sambil menangis. Tuhan Yesus menyentuh hati kami yang paling dalam. Seakan Dia membelai kami berdua sambil berkata, "Anakku Aku tahu kesulitanmu. Aku tahu segala yang kamu perlukan. Ini Aku. jangan bersedih hati. Aku besertamu. Akulah penolongmu yang setia. Aku sekali-kali tidak akan membiarkan dan meninggalkan kalian."  Sungguh ajaib Tuhan Yesus. Damai sejahtera memenuhi hati dan pikiran Saya dan Ima, istriku yang setia berjuang menemaniku selama ini. Ia menjawab kami tepat waktu. Yang mengharukan lagi, Tuhan memakai seorang hamba Tuhan sederhana yang sudah pensiun tanpa gaji lagi untuk meringankan beban anak-anak kami. Itulah kebesaran kuasa dan kasih-Nya yang tak terduga. Kami mengalami mujizat lagi. Kami hidup dari hari ke hari dengan mujizat demi mujizat. Ini bukti nyata yang tidak terbantahkan akan janji Tuhan ketika Saya meninggalkan tawaran bekerja di sebuah bank swasta pada tahun 1995 demi menyerahkan diri sebagai hamba Tuhan dibentuk di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, Jawa Timur. Waktu itu Saya sangat berat untuk menyerahkan diri menjadi hamba-Nya. Saya begitu kuatir hidup sebagai hamba Tuhan yang kebanyakan hidup sederhana bahkan sangat sederhana. Tetapi dalam pergumulan yang berat itulah, Tuhan berfirman kepada Saya, "Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.  Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus." (2Petrus 1:10-11). Firman Tuhan inilah yang menghantarkan Saya memasuki gerbang Seminari Alkitab Asia Tenggara, dibentuk menjadi hamba-Nya. Dan sampai hari ini Saya masih terus dalam pemrosesan tangan-Nya yang tak berkesudahan. Kami sekeluarga mengimani dan mengamini firman Tuhan yang berkata, "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Ibrani 13:5).

Tetapi saya tetap berkeyakinan kokoh, mujizat terbesar dalam hidup Saya yaitu ketika Yesus Kristus yang adalah Tuhan dan Juruselamat satu-satunya itu, mau mati untuk Saya justru pada waktu Saya lemah, durhaka, penuh dosa, dan berseteru dengan-Nya sehingga saya memiliki jaminan kepastian keselamatan hidup yang kekal (Roma 5:6-11).

Para sobat sekalian. Mungkin saat ini engkau sedang mengalami pergumulan yang sangat berat. Terlalu kuat menindih hidupmu. Air matamu tak pernah berhenti berderai. Mungkin engkau sedang bahkan sudah kehilangan akal menghadapi persoalan itu. Ingatlah, boleh jadi ketika kita menghadapi masalah berat kita kehilangan akal, tetapi kita tak akan pernah kehilangan iman kepada Yesus. Marilah saat ini juga engkau dan Saya belajar sungguh-sungguh apa arti mengandalkan Yesus dalam seluruh perjuangan kita mengiringi-Nya untuk menyenangkan-Nya di dunia yang sementara ini.  Pertolongan-Nya tidak pernah terlalu cepat dan terlalu terlambat buat engkau. Ingatlah, janganlah hati kita melekat pada dunia ini. Dengarkan sabda-Nya yang penuh wibawa, " Dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1Yohanes 2;17).

Jawaban Tuhan Yesus terhadap doa permohonanmu sedang dijawab Tuhan. Berdoalah terus, mendekatlah kepada Dia, dan taatilah segala kehendak-Nya. Yesus berkata saat ini kepadamu juga kepadaku, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." (Matius 11:28-30). "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.  Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius 6:33-34). Teruslah memenangkan sebanyak mungkin orang kepada Dia dan berjuanglah dengan semangat yang membara bagi kemuliaan Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat kita.

Segala puji hormat dan sembah Saya panjatkan hanya bagi-Mu Yesus Tuhan dan Juruselamatku. Amin! (Kota Kembang, Selasa, 6 Maret 2012. Rev. Hans).
Baca Terusannya »»  

Senin, 18 Februari 2013

GEREJA DESA = GEREJA KOTA

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Sudah menjadi buah bibir kalau gereja kota menjadi berkat bagi gereja
desa. Slogan ini tidak selamanya berlaku bagi gereja desa. Memang ada
sebagian gereja desa yang menjadi "objek" gereja kota untuk
menyalurkan bantuannya. Tetapi hal yang berbeda terjadi di salah satu
desa di Jawa Barat, di mana gereja desa menjadi berkat bagi gereja
kota. Hal ini terjadi pada bulan Desember, dimana setiap perayaan
Natal sebagian besar yang hadir dalam gereja itu adalah undangan dari
gereja-gereja kota.

Pada intinya, baik gereja kota maupun gereja desa adalah satu tubuh
Kristus, jadi wajar saja kalau saling "bertukar berkat". Sehingga
kesan bahwa gereja desa hanya jadi "objek" gereja kota dapat ditepis,
karena terbukti bahwa gereja desapun mampu menjadi berkat bagi gereja
kota. Sebaiknya gereja kota dan gereja desa menjadi mitra dalam
memperlebar kerajaan-Nya di dunia ini. Jika gereja kota lebih unggul
dalam Sumber Daya Manusia (SDM), mampu dalam bidang keuangan, lebih
maju dalam bidang kerohanian, baiklah ia berbagi dengan gereja desa.
Dan sebaliknya apa yang menjadi kebutuhan bagi gereja kota dan gereja
desa bisa memberi, tentu gereja desapun dapat berbagi dengan gereja
kota. Inilah keharmonisan pelayanan yang Tuhan Yesus rindukan. Sebab
dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani,
baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh
dan kita semua diberi minum dari satu Roh (I Korintus 12:13). Karena
roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh,
karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu (1 Korintus
10:17). By: Adrianus Pasasa
Baca Terusannya »»  

Kamis, 14 Februari 2013

Ah Andaikan Saja ….

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Ah andaikan Saja ….

            Minggu itu bertepatan dengan perayaan Imlek 2564, 10 Pebruari 2013 Saya cukup merasakan kelelahan. Ya, lelah setelah berkhotbah di gereja yang Saya gembalakan. Mungkin juga karena malamnya telat tidur ketika harus merampungkan khotbah Saya. Ketika tiba di rumah, Saya berganti pakaian dan langsung terjun ke pulau kapuk membaringkan diri. Sebelum tertidur Saya mendengar percakapan kecil antara istri Saya dengan Juan, anak kami yang pertama.  Yang mereka bicarakan adalah tentang tukang sepatu. Ternyata sebelum kami pulang ke rumah Minggu itu, Juan memanggil seorang bapak tukang sepatu untuk menjahit sandalnya yang rusak. Setelah sandalnya menjadi baik lagi, Juan memberikan uang sebesar Rp 50.000, sepuluh kali lipat dari yang sewajarnya. Saya kemudian bertanya kepada Juan, kenapa Juan membayar sebegitu besarnya. Uang sebesar itu bisa membeli sandal baru sebanyak dua pasang buatnya. Tanpa menduga, Juan menjawab pertanyaan Saya, "ga apa-apa pa, kasihan bapak tukang sepatu itu, masih pagi mungkin belum ada penghasilannya. Lagi pula kasihan bapak itu sudah tua masih bekerja."

Mendengar jawaban Juan seperti itu, hati Saya begitu terharu dan bercampur bangga. Tiba-tiba Saya teringat, ketika Juan masih duduk di bangku SMP beberapa tahun lampau. Dia juga pernah menyarankan pada mamanya ketika akan membeli kursi bambu supaya membayar lebih dari harga yang disebutkan Mang Jumar, si penjual kursi bambu pada waktu itu. Harga kursi bambunya Rp 25.000 tetapi Juan mengusulkan kepada mamanya agar dilebihkan menjadi Rp 50.000. Kami pun membelinya dengan harga yang disarankan Juan. Kami puas. Kami bersukacita untuk kemurahan hatinya. Itu yang kami ajarkan dan teladankan kepada Juan. Juga kepada kedua adiknya, Jean dan Joel. Karena makna hidup yang terpenting adalah, bukan berapa banyaknya yang bisa dimiliki dan ditabung melainkan berapa banyak yang dapat diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Itulah yang Tuhan Yesus Kristus teladankan bukan? Saya juga teringat akan teladan kasih dari orang tua rohani kami, Rev. Charles Christano mantan ketua gereja Mennonite dunia. Ketika mengajak kami makan bersama, ia membawa kami ke warung yang tidak ramai pengunjung. Dengan alasan supaya pemilik warung itu juga boleh mendapatkan penghasilan yang cukup. Saya belum pernah menemukan pemimpin Kristen yang seperti ini. Sungguh "aneh bin ajaib". Tapi itulah belas kasih yang nyata yang memang seharusnya mewarnai sikap hidup setiap murid Kristus. Rasul  Paulus menuliskan dalam 2Korintus 8:9, "Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya." Demikian pula kata firman Tuhan dalam Amsal 3: 27-28, "Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya.  Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: "Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi," sedangkan yang diminta ada padamu."

            Saya bersyukur belaskasihan yang Tuhan taruh di hati anak kami ini bertahan sampai hari ini. Doa Saya semoga, Juan konsisten memiliki hati yang penuh belas kasih. Tidak pelit dan tamak. Mau berbagi dengan sesama yang menderita. Murah hati dan disterilkan dari cinta uang akar segala kejahatan itu. Doa Saya biarlah Tuhan Yesus berkenan memakainya menjadi alat curahan berkat bagi seluruh rakyat Indonesia sampai akhir hayatnya kelak. Saya tahu bagi Juan, ini bukan hal mudah untuk membagi Rp 50.000 kepada bapak tukang sepatu di hari Minggu itu. Juan kuliah sambil mencari uang sendiri dengan memberikan les privat kepada beberapa anak didiknya. Betapa lelahnya Juan yang hampir setiap hari kedinginan karena hujan deras harus pergi ke rumah memberikan les pelajaran kepada anak didiknya dengan pendapatan yang tidak seberapa. Apalagi Juan sedang mengirit-irit menabung untuk suatu keperluannya, yang menurut perhitungan Saya, beberapa tahun baru bisa Juan membeli sesuatu yang dirindukannya. Tetapi mengapa ia begitu mudah menyerahkan uang yang dikumpulkannya sedikit demi sedikit itu untuk bapak tukang sepatu itu??? Belas kasih adalah jawabannya!!! Ya itu hanyalah anugerah Tuhan semata-mata yang dikaruniakan di hati anak kami ini. Hatinya telah dilumuri dengan anugerah belas kasih Kristus. Tanpa-Nya kita semua manusia tamak dan egoistis. Kita begitu mengasihani diri sendiri ketimbang mengasihi orang lain.

            Peristiwa di hari Minggu itu membuat Saya merenung tentang kondisi Indonesia kekinian. Betapa amat memprihatinkan melihat potret wajah negeri tercinta kita saat ini. Para elite partai politik, menteri, jenderal, para politikus di DPR, para pemimpin daerah, hakim, jaksa, pengusaha, rektor, dan  profesi lainnya telah mencemarkan dirinya dengan kasus-kasus korupsi yang sangat menyengsarakan jutaan rakyat Indonesia. Kuasa dan jabatan yang dipercayakan kepada mereka bukannya dipakai sebagai kesempatan untuk berbuat bajik dan bijak malah sebaliknya dipergunakan untuk menari-nari di atas perut lapar jutaan rakyat yang sedang meringis  dalam kemiskinannya. Sungguh amat memalukan dan memilukan. Dan betapa menyedihkan sepertinya di raut wajah mereka tidak ada  rasa penyesalan dan malu  sama sekali, malah sebaliknya dengan tangan diborgol dan memakai pakaian koruptor mereka masih bisa senyum senyam tanpa salah dan dosa. Betapa mengerikan bangsa kita ini. Rasa belaskasihan sudah tidak ada lagi di dalam nurani para pemimpin kita. Sirna sudah hati yang penuh belaskasihan itu. Yang ada hanyalah nafsu serakah dan tamak membabi buta bergelora di hati mereka. Benar sekali apa yang Tuhan katakan ribuan tahun yang lampau di dalam Yesaya 1:23, "Para pemimpinmu adalah pemberontak dan bersekongkol dengan pencuri. Semuanya suka menerima suap dan mengejar sogok. Mereka tidak membela hak anak-anak yatim, dan perkara janda-janda tidak sampai kepada mereka."  Inilah kondisi nyata yang sedang terjadi di negeri tercinta kita. Quo vadis Indonesia?

            Sejatinya umat Kristen Indonesia adalah agen-agen pencegah dan penghancur korupsi di Indonesia. Sayangnya yang gencar menyuarakan dan bertindak untuk memberantas korupsi di negeri kita hanya sedikit sekali dari kalangan Kristen. Bahkan hampir tak terdengar suaranya. Gereja autis. Tidak peduli dengan semua kondisi ini. Yang penting gereja masih berada di zona nyaman dan aman.  Jangan cari masalah dengan menyuarakan suara kenabian kita. Namun ironisnya perilaku korup tidak sedikit justru dari kalangan Kristen (pengusaha, pejabat, dan profesi lainnya, bahkan para pendeta ada yang menyogok pejabat untuk mendapatkan IMB gereja). Kita harus jujur mengakuinya.

Ah andaikan saja, tiga kebenaran firman Tuhan di bawah ini  mau dijalankan oleh para elite negeri ini dan oleh setiap orang Indonesia, bukan mustahil korupsi yang sudah mendarahdaging ini niscaya sirna. Pertama, hindari mengejar  uang sebagai tujuan hidup. Renungkan   Timotius 6:10, "Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka."  Kedua. Buat komitmen pada diri sendiri untuk hidup bersih dan secukupnya. Renungkan Lukas 3:14, "Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka: "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu." Dan yang ketiga. Hiduplah bergantung hanya kepada Tuhan yang sejati di dalam Yesus Kristus. Amini dan imanilah  Ibrani 13:5 dan Yohanes 15:5, "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku (Yesus Kristus) sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  "…. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa."

            Mari kita selamatkan negeri tercinta kita dengan melakukan sungguh-sungguh titah Tuhan kita Yesus Kristus ini sampai akhir kita menutup mata  selama-lamanya dalam pangkuan ibu pertiwi tercinta. Amin!



--
In Christ's Love
Hans
"Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! (Kisah Para Rasul 18:9b).
Baca Terusannya »»  

Kursi Bambu Mang Jumar

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Kursi Bambu Mang Jumar

Peristiwa ini terjadi beberapa tahun lampau. Waktu itu saya bersama istri berduaan dengan motor berkeliling kota. Melepaskan kepenatan dan kejenuhan. Kami menyusuri jalan-jalan di kota Bandung yang dulunya disebut Paris Van Java, namun kini, maaf, lebih pas bisa dikatakan "Paris Van Sampah" karena sampah berserakkan di mana-mana ditambah lagi dengan jalan-jalan yang berlubang-lubang.

Memang kami sering berduaan dengan motor kesayangan kami, Honda CB 100. Antik tapi asyik euuuuyyy, untuk terus memupuk kasih di dalam dada kami yang hampir seperempat abad menikah. Bier cintenye tetep membere ceileh… kayak ABG aja… he he he… Yaialah. Harus dong! Api cinta pernikahan harus dipupuk, disirami, dibersihin dari gulma (tanaman pengganggu) bukan? Jangan makin lama usia pernikahan makin redup kemesraannya uaa ha ha ha…. Nih coba perhatikan cerita-cerita berikut ini. Pasutri dalam usia pernikahan lima hari sampai lima minggu. Sang Suami berkata sama istrinya, "Selamat bobo sayang, mimpi indah ya, mmmuach!" Usia nikah lima bulan bagaimana? Si suami berkata, "Tolong matiin lampunya, silau nih!" Usia pernikahan lima tahun? Suami berkata waktu tidur malam, "Kesana-an doong... kamu tidur dempet-dempetan kayak mikrolet gini sih?!" Mau lagi cerita lain? Ah kamu ketagihan cerita-cerita gini ah. Baiklah, satu aja ya? Ini cerita soal menerima telepon. Usia pernikahan satu minggu. Sang istri menerima telpon rumah. "Dad sayang… ada yang pengen bicara ama kamu di telpon nih." Satu bulan nikah. "Eh...ini buat kamu nih..." Nikah satu tahun. Kata sang istri ketika menerima telepon. "WOOIII TELPON BUNYI TUUUHHH....ANGKAT DUOOONG!!! GAK DENGEEER APAAA...?!" Jangan senyum-senyum dong! Mau tambah satu cerita lagi gak??? Ah udahan yaa…! Waduh rek… nampaknya kamu penasaran ya… kacian de luh… Ok ok saya kasih satu lagi. Tapi ini benar-benar yang terakhir ya. Ini tentang pemakaian toilet. Suami dan istri pagi-pagi mau ke toilet. Usia pernikahan mereka tiga bulan. Kata suami sama istrinya, "Ngga apa-apa sayang, kamu duluan deh, aku ngga buru-buru koq… santai aja yank!" Padahal ia sudah kebelet beol. Tiga bulan pernikahan. Kata suami, "masih lama ngga nih?" Dalam usia nikah tiga tahun, beginilah tingkah dan ucapan si suami waktu mau pakai toilet. "Brug! brug! brug! (suara pintu digedor), kalo mau bertapa di gunung Kawi sono!" Bagaimana kalau usia pernikahan sudah dua puluhan tahun ya… apa masih ada kemesraan??? Koq jadi nyasar gini… mau cerita tentang "Kursi Bambu Mang Jumar" koq jadi cerita tentang kemesraan… weleh… weleh…

Okelah kita balik ya. Setelah beberapa waktu lamanya akhirnya kami harus pulang ke rumah. Nah, dalam perjalanan kembali ke rumah itulah, kami berjumpa dengan seorang penjual kursi bambu, yang akhirnya kami tahu namanya, Mang Jumar. Mang Jumar orangnya kecil dan kurus. Dia saban hari berjalan keliling dari desanya Cililin ke kota Bandung sambil memikul empat buah kursi bambu untuk dijual kepada orang-orang kota. Satu kursi itu panjangnya tujuh jengkal. Satu jengkal ukurannya dari jari tengah hingga ibu jari saya. Ya kira-kira satu meter setengah panjangnya kursi itu. Mang Jumar menyusun sedemikian rupa sehingga ia bisa memikul dua kursi di sebelah kanannya dan dua kursi lagi di sebelah kirinya. Minta ampun beratnya!!! Ia memikul empat kursi itu dengan nafas yang terengah-engah diiringi cucuran keringat deras membasahi sekujur tubuhnya. Jangan ditanya bau badannya. Terkadang sepanjang hari empat kursinya tak satupun yang dibeli orang. Terpaksa ia harus membawanya pulang ke Cililin. Atau ia beristirahat di emperan toko atau di mana saja yang bisa membuat kepala dan badannya mendapatkan tempat berbaring untuk tidur malam. Besok harinya ia harus kembali menjajakan kursi bambunya dengan berkeliling dari satu lorong jalan ke lorong jalan lainnya. Berat sekali. Namun itulah satu-satunya cara dia memelihara hidup istri dan beberapa anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Dan ini sudah bertahun-tahun lamanya ia melakukannya.

Dalam lajunya motor yang saya kendarai, tiba-tiba istri saya, Ima menepuk bahu saya sambil berkata, " Pa… berhenti dulu." "Kenapa berhenti?", tanya saya. "Itu tuh ada penjual kursi bambu, mama mau beli satu," jawab Ima. Kata saya, "Mau ditaruh di mana kursinya, rumah kita kan sempit gak ada tempat lagi?" "Bisalah, nanti mama atur", demikian Ima ngotot mau beli. Lalu saya menghentikan motor dan Ima langsung menanyakan berapa harga kursi bambu itu. "Harganya Rp 25.000 bu!", demikian kata Mang Jumar. "Oke Mang, tapi Mang ikut ke rumah kami ya… tuh hanya beberapa puluh meter lagi", ajak Ima pada Mang Jumar. Akhirnya Mang Jumar sampai juga di rumah kami. Ima langsung ke dapur dan membuatkan kopi manis buat Mang Jumar. Dan, Mang Jumar mungkin karena kehausan dan lelah, langsung menghirup perlahan-lahan kopi manis semanis Ima istriku he he he…. Kemudian Ima ke kamar untuk mengambil uang Rp 25.000. Di depan kamar Ima bertemu Juan, anak kami yang pertama. Kala itu Juan masih duduk di SMP. "Ma … siapa yang datang itu?", tanya Juan sama mamanya. "Oh itu Mang Jumar penjual kursi bambu", jawab Ima. "Untuk apa ma… mama mau beli ya. Berapa harganya satu?", Juan kembali bertanya. "Ya mama mau beli. Harganya Rp 25.000, tapi mama mau nambah supaya menjadi Rp 35.000", demikian kata Ima sama Juan. Saya terus mendengar percakapan mereka berdua sambil menemani Mang Jumar meneguk kopi manis hangat. Juan lalu berkata lagi sama mamanya, "Ma… kasihan Mang Jumar capek sekali ia pikul kursi-kursinya, kenapa hanya Rp 35.000, berikanlah Rp 50.000 buat Mang Jumar!" Wah saya kaget dengan dialog dua orang "gila" ini. Hati saya sangat terharu terhadap isi hati Ima dan Juan yang penuh belas kasihan itu. Dalam hati saya berdoa, "Terima kasih Tuhan Yesus, Engkau telah memberikan hati-Mu yang penuh belaskasihan di hati mereka terhadap orang-orang sederhana seperti Mang Jumar ini. Hati saya lebih terharu lagi, sebab saya tahu berapa sejatinya pendapatan kami setiap bulan sebagai pelayan Tuhan yang melayani orang-orang desa di tanah air ini.

Sikap hati dan perilaku istri dan anak saya sungguh menjadi peringatan keras kepada diri saya sendiri tentang arti panggilan hidup melayani Tuhan dan sesama. Kita bisa saja melayani seperti mesin cuci pakaian (mekanis), tanpa kasih, namun mustahil mengasihi tanpa melayani dalam tindakan nyata terhadap sesama (altruis). Bukankah Tuhan berfirman, "…. menangislah dengan orang yang menangis!"? (Roma 12:15). Dan sungguh amat banyak perintah Tuhan dalam Alkitab yang mendorong kita untuk mengasihi dengan perbuatan yang nyata. Bukan sekadar kita berkata kasihan (atau kacian deh luh) kepada mereka yang sengsara. Kita wajib bertindak dengan kasih. Kita harus menuntun mereka, bukan menonton mereka yang sedang terseok-seok. Ada jutaan jiwa yang kini merana hidupnya di negeri tercinta kita. Apakah kita hanya menonton atau kita mau menuntun mereka?

Kata Yunani belas kasihan adalah Splagkhnistheis dari kata splagkhna yang berarti mangkuk. Ini menggambarkan hati nurani manusia yang terdalam. Dalam Injil, dengan beberapa kekecualian, kata itu secara khusus hanya dipakai untuk diri Yesus.

Hal-hal yang paling menggerakkan Yesus adalah: Orang-orang yang mengalami penderitaan dunia. Yesus menangis ketika melihat orang sakit, buta, dan dirasuk setan. Yesus tidak tahan melihat orang-orang yang menderita, Ia selalu rindu untuk meringankan beban penderitaan itu. Yesus tergerak dengan orang yang berada dalam kesedihan seperti seorang janda di Nain yang anaknya mati (Lukas 7:13). Begitu juga ketika melihat Maria dan Marta yang telah kehilangan kakak mereka Lazarus, Yesus sangat sedih, terharu dan menangis (Yohanes 11:33 –34). Yesus selalu penuh dengan keinginan untuk menghapus setiap tetesan air mata orang yang bersedih.

Yesus tergerak ketika melihat orang-orang dalam kelaparan (Matius 15:32). Orang Kristen yang sejati tidak akan mempunyai niat mengumpulkan harta benda untuk diri sendiri sementara orang lain berkekurangan. Saya sangat terkesan dengan perkataan kawan saya dalam suatu perbincangan di antara kami berdua (ia adalah seorang pengusaha yang sukses). Dia berkata: "Saya takut dengan kekayaan yang saya miliki saat ini apakah saya telah mempergunakannya seturut dengan kehendak-Nya? Sekali waktu Tuhan mengaudit harta saya, apakah saya dapat mempertanggungjawabkannya?" Oleh karena itu, doa dan harapan saya kiranya prinsip ini harus kita pegang sebagai alarm, tanda peringatan dalam mengelola seluruh talenta (jabatan, kuasa, popularitas, kepintaran, uang, dan harta benda) yang Tuhan percayakan kepada masing-masing kita.

Dan Yesus sangat tergerak dengan orang-orang dunia yang berada dalam kebingungan tanpa arah dan harapan hidup yang jelas. Yesus sedih ketika melihat mereka yang terbaring tidak berdaya dan dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Yesus mengecam para ahli Taurat yang suka memberatkan kehidupan orang-orang Israel dengan hukum-hukum manusia mereka. Karena itu tak heran Yesus berkata kepada orang yang suka menyesatkan orang lebih baik batu kilangan diikatkan dilehernya lalu ditenggelamkan dalam lautan. Ini menunjukkan bahwa Yesus tidak mau ada orang yang tersesat atau disesatkan jalan hidupnya. Bagaimana dengan kita???

Mang Jumar setelah menerima uang Rp 50.000 dari tangan istri saya, lalu tangannya merogok sakunya untuk mengambil uang kembalian. Tangan Mang jumar masih dalam kantongnya, sembari istri saya berkata, "Mang… tidak usah dikembalikan uangnya. Itu semua untuk Mang Jumar dari kami sekeluarga. Hanya itu yang bisa kami berikan." Lalu Mang Jumar menatap kami satu persatu dengan bibir yang bergetar sambil berkata dengan linangan air mata, " Pak, bu, ade… hatur nuhun pisan nya' (terima kasih banyak ya)! Saya tidak pernah mengalami hal seperti hari ini. Biasanya saya menghadapi pembeli yang menawar harga serendah-rendahnya kursi bambu saya ini. Bahkan kadang mendengar kata-kata yang tidak enak didengar telinga. Kenapa kalian mau melakukan hal ini?" Lalu saya menjawab Mang Jumar, " Mang… kami terlebih dulu juga telah mendapat kasih sayang dari Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat kami. Kami seharusnya binasa di dalam api neraka, namun Ia rela mati di kayu salib untuk menyelamatkan kami dari kematian kekal. Dialah yang mengajarkan kami supaya juga mengasihi orang-orang lain di dunia ini. Dan Mang Jumar kami anggap bukan orang lain, sekarang Mang bersama istri dan anak-anak adalah saudara kami. Nanti lain kali bawalah istri dan anak-anak menginap dan bermain-main di rumah kami. Bila kursi-kursi Mang belum laku, janganlah bawa pulang ke kampung, silakan tidur di rumah kami dan besok jualan lagi." Dan akhirnya kami mengobrol lama dengan Mang Jumar pada siang itu. Hubungan kami menjadi akrab layaknya saudara saja. Kadang ia datang membawa sayur mayur dan buah-buahan hasil panennya dari kampung Cililin. Dan juga pernah sekali ia menginap di rumah kami. Sedih nian ketika kami pindah kontrakan rumah di lorong sempit, sampai hari ini kami belum pernah bersua lagi dengan Mang Jumar yang kami kasihi. Kami sering mencari-carinya tapi sampai detik ini kami belum juga bertemu muka dengan Mang Jumar. Kami sudah agak lupa wajah Mang Jumar karena pertemuan kami sudah berlalu hampir tujuh tahun lampau. Semoga ia masih mengingat wajah kami. Kami berharap bila bertemu, ia mau mengagetkan kami dengan menepuk bahu kami. "Oh Tuhan Yesus pertemukan kami lagi dengan Mang Jumar si penjual kursi bambu dari desa Cililin. Kami rindu bertemu dengannya. Tuhan, kami mau membeli satu lagi kursi bambu Mang Jumar!"

Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku…. dan Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku (Matius 25: 40, 45).



--
In Christ's Love
Rev. Hans
"Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! (Kisah Para Rasul 18:9b).
Baca Terusannya »»  

Domba Yang Kehausan

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Saya sungguh bersyukur apa yang kami doakan selama ini perlahan tapi
pasti di jawab oleh Tuhan. Tentu hal ini tidak hanya kami yang doakan,
tetapi saya yakin banyak orang percaya yang mendoakan. Setelah sekian
lama tidak mendapat tugas ibadah malam pujian, dua minggu lalu saya
dikontak oleh pengurus untuk menyampaikan firman Tuhan. Ketika ibadah
mulai tidak seperti biasanya, malam itu cukup banyak yang hadir.
Setelah selesai ibadah, saya berbincang-bincang dengan beberapa orang
yang hadir, mereka mengatakan bahwa yang hadir pada malam itu adalah
orang-orang yang sudah lama tidak ke gereja. Puji Tuhan, hati mereka
telah di jamah dan digerakkan oleh Roh Kudus untuk kembali
kerumah-Nya.

Mereka itu laksana rusa yang haus akan air, jiwa mereka haus akan
Tuhan. Selama ini mereka seperti domba yang terhilang dari kawanannya.
Hati mereka telah tergerak untuk datang ke bait-Nya memuji dan
menyembah Dia. Ketika melihat ibadah malam itu, saya teringat cerita
di Alkitab tentang anak bungsu yang kembali kepada bapanya, setelah
sekian lama pergi dari rumah bapanya, akhirnya kembali setelah
mengingat kebaikan-kebaikan yang melimpah di rumah bapanya…beberapa
hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi
ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan
hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana
kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat. Lalu ia pergi
dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya
ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya
dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun
yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya:
Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya,
tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada
bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga
dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa;
jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Maka bangkitlah ia
dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah
melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu
berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia (Lukas
15:13-20).

Janganlah kita jemu-jemu mendoakan saudara-saudara kita yang sudah
lama tidak pulang-pulang ke "rumah", percayalah bahwa Bapa akan
mendengar doa kita, Ia akan mengutus Roh Kudus untuk menggerakkan hati
orang yang kita doakan. Saya yakin dan percaya Bapa di Surga sangat
bersukacita melihat anak-anak-Nya yang selama ini terhilang kembali
kerumah-Nya. Firman Tuhan dalam Injil Lukas 15:7 mengatakan … Aku
berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu
orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan
puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." By:
Adrianus Pasasa
Baca Terusannya »»  

Selasa, 12 Februari 2013

Pendeta Jemaat atau Pendeta Majelis

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Beberapa waktu ini saya mendengar istilah yang berkembang. Setidaknya
bunyinya seperti ini, "dia kan pendeta majelis bukan pendeta jemaat".
Entah apa maksud di balik istilah ini, tetapi yang pasti tidak mungkin
istilah ini muncul kalau tidak ada pemicunya. Menjadi seorang pelayan
Tuhan adalah suatu tugas yang mulia, Tuhan mempercayakan seorang hamba
Tuhan untuk melayani jemaat-Nya. Kalau kita baca di dalam Yehezkiel
34:1-16, di situ di uraikan bahwa Tugas para gembala (pelayan Tuhan)
adalah melindungi kawanan dombanya agar tidak dicuri atau dibunuh oleh
binatang liar, atau menjaganya agar tidak tersesat. Jika Tugas ini
gagal dilakukan, maka Tuhan akan menghukum para gembala (hamba Tuhan)
yang gagal menjadi gembala yang baik. Beberapa ciri gembala yang
gagal: Menggembalakan dirinya sendiri, tidak peduli dengan
domba-dombanya, Hanya mau menikmati susu dan bulunya dibuat untuk
pakaian, tetapi mereka tidak mengembalakan domba-domba dengan baik,
Mereka membiarkan domba, jika ada domba yang lemah mereka tidak
kuatkan, domba yang sakit mereka tidak obati, domba yang luka mereka
tidak balut, domba yang sesat mereka tidak cari dan membawanya pulang,
domba yang hilang mereka tidak cari.

Gembala (hamba Tuhan) yang tidak melakukan tugasnya dengan baik, Tuhan
akan memberhentikan mereka dari tugasnya, Tuhan akan mengambil
pelayanannya kembali. Dibebastugaskan, Tuhan dapat memakai berbagai
cara untuk membebastugaskan gembala (hamba Tuhan) yang mangkir dari
tugasnya. Pada akhirnya istilah "pendeta majelis" layak disandang oleh
gembala (hamba Tuhan) yang gagal menjadi gembala yang baik, tetapi
tidak layak menyandang "pendeta jemaat". By: Adrianus Pasasa
Baca Terusannya »»  

Jumat, 08 Februari 2013

POSISI MENENTUKAN PRESTASI

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Waktu di sekolah menengah, saya dan teman-teman kelas mempunyai
istilah "posisi menentukan prestasi". Mungkin dibalik istilah ini ada
hal-hal yang ingin dicapai, mungkin saja nilai yang baik, dengan
cara-cara yang tidak baik, yang tentu hal ini tidak benar. Namun, jika
istilah ini di gunakan dalam artian positif, maka tentu akan membawa
dampak yang sangat baik. Dapat dikatakan bahwa semakin baik posisi
atau kedudukan seseorang, maka seharusnya prestasinya atau hasilnya
itu akan Nampak atau berdampak.

Dalam suatu diskusi di kelas, ketika saya mengikuti kuliah padat di
salah satu kampus STT di Bandung. Ada seorang teman melontarkan
pertanyaan, sederhananya begini: "mengapa para hamba Tuhan semakin
tinggi posisi/gelarnya, rasanya semakin kering dan semakin kurang
mengaplikasikan". Mungkin saja pertanyaan ini bersifat subyektif
tetapi bisa juga bersifat obyektif, namun terlepas dari semua itu,
marilah kita coba melihat beberapa hal yang mungkin menyebabkan
pertanyaan itu muncul. Tidak menutup kemungkinan banyak diantara hamba
Tuhan yang hanya hebat dalam berdebat dan berteori, tetapi kenyataan
dilapangan tidak sehebat teorinya. Juga tidak menutup kemungkinan
banyak hamba Tuhan yang karena merasa sudah sekolah tinggi-tinggi,
waktunya habis bergelut dengan kesibukannya, sehingga waktu untuk
membangun hubungan dengan Tuhan sangat terbatas atau dengan kata lain
lebih mengandalkan kekuatannya sendiri, dari pada bersandar penuh
kepada Tuhan. Dampaknya adalah kekeringan, berkotbah tidak ubahnya
seperti orang yang sedang pidato, lebih banyak mengutip pendapat para
filsuf dunia, dari pada mengupas dan mengutip Alkitab sebagai standar
kebenaran tertinggi. Hal ini terjadi karena waktu untuk bersekutu
dengan Tuhan lewat doa dan membawa Alkitab, sudah sangat terbatas.

Lewat diskusi-diskusi di kelas, saya disadarkan kembali bahwa apalah
artinya memiliki gelar yang super hebat, tetapi hubungan dengan Tuhan
mengalami kekeringan. Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap akal budimu (Matius 22:37). Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu
(Ulangan 6:5). Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan…(Amsal
1:7). By: Adrianus Pasasa
Baca Terusannya »»  

Selasa, 05 Februari 2013

Dampak Dari Tugas Seorang Pelayan Tuhan

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Nats: Lukas 13:6-9
Ibadah Pagi STT SAPPI, 06 Februari 2013
Oleh : Adrianus Pasasa, S.T, MA

Waktu saya masih sekolah di sekolah menegah atas (SMA), saya tinggal
di asrama yang dikelolah oleh kakak sepupu saya. Setiap akhir pekan
saya harus membantu dia untuk memelihara kebun cengkehnya. Tugas saya
adalah mengecek pohon-pohon yang batangnya digerogoti oleh ulat
penggerek. Biasanya pohon yang batangnya digerogoti ulat tidak akan
berbuah, kadang ada tetapi itupun buahnya tidak baik. Setelah beberapa
waktu kakak sepupu saya akan datang mengecek seluruh pohon cengkeh
yang ada di kebunnya, ketika dia mendapati pohon-pohon cengkeh yang
tidak menghasilkan buah, dia memintah suapaya dipotong.

Dalam bacaan kita pada hari ini, Tuhan Yesus memeberikan suatu
perumpamaan. Dalam perumpamaan yang di sampaikan Tuhan Yesus, ada dua
tokoh yang berperan di dalamnya yaitu pemilik kebun anggur dan
penggarap kebun anggur. Masing-masing tokoh memiliki peran
masing-masing. Di dalam kebun anggur itu, tumbuh pohon ara. Tuan
tanah atau pemilik kebun anggur mempercayakan kebun anggurnya kepada
penggarap supaya dioleh dengan baik supaya dapat memberikan hasil.
Tetapi apa yang terjadi, dikatakan bahwa sudah tiga (gambaran
pelayanan Tuhan Yesus) tahun pemilik kebun anggur datang untuk mencari
buah, tetapi ia tidak pernah menemukan buah dari pohon ara yang tumbuh
di kebun anggurnya.

Perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus ini adalah sebuah gambaran
antara Allah dan umat-Nya. Kebun anggur dapat digambarakan sebagai
dunia, di mana di dalamnya terdapat pohon ara yang menggambarkan
orang-orang percaya atau dalam bacaan ini pohon ara juga terutama
menunjuk kepada Israel (Luk 3:9; Hos. 9:10; Yoel 1:7; Yesaya 5:2).
Kebun itu dipercayakan kepada penggarap atau pengurus kebun yang dapat
menggambarkan hamba-hamba Tuhan yang diutusnya untuk memelihara
kebun-Nya. Setelah sekian lama kebun itu dipercayakan kepada
hamba-hamba-Nya, maka Dia datang untuk mencari buah pada pohon ara,
apa yang terjadi Dia tidak menemukan buah pada pohon itu.

Kita akan lihat satu bagian di dalam Matius 21:18-22, dimana Yesus
mengutuk pohon ara karena Dia tidak mendapati buahnya. Pohon ara
merupakan pohon yang rindang. Pohon ini bisa tumbuh setinggi 4,5
sampai 6 meter. Ranting atau cabang-cabangnya bisa merentang 7,5
sampai 9 meter ke samping. Oleh karena itu, banyak orang yang suka
berteduh di bawah pohon ini karena keteduhannya. Selain itu juga,
pohon ini memiliki daun yang lebat.

Dalam perikop ini dikatakan bahwa Yesus tidak mendapati buah pada
pohon ara itu. Penampilan luar dari pohon ara yang hijau dan lebat
tidak menjamin bahwa pohon ara ini berbuah lebat juga. Begitu juga
dengan kehidupan Kekristenan, penampilan luar tidak menentukan apakah
orang Kristen itu berbuah atau tidak. Dari perikop ini, kita bisa
melihat bahwa Kekristenan bukanlah soal penampilan luar tetapi soal
buah dari kehidupan. Berdasarkan hal ini kita bisa mengetahui bahwa
penghakiman mutlak berada di tangan-Nya. Yesus berkuasa memelihara.
Yesus berkuasa menjaga. Akan tetapi, Yesus juga berkuasa untuk
menghancurkan dan membinasakan. Dalam hal ini, Yesus membinasakan
pohon ara itu melalui perkataan-Nya. Akan tiba saatnya, bahwa Yesus
datang bukan untuk memelihara atau menjaga, tetapi Yesus akan datang
sebagai hakim yang membinasakan bagi orang yang tidak berbuah dalam
kehidupannya.

Kembali ke perikop semula yang kita bahas, Sang pemilik kebun
memanggil orang yang dipercayakan menggarap kebun anggurnya, lalu Ia
berkata, karena pohon ara ini tidak menghasilkan buah, tebang saja
pohon ini. Hidup pohon ini tidak berguna, percuma karena tidak
menghasilkan buah. Sebagai pelayan-pelayan Tuhan, kita sudah
dipercayakan suatu pelayanan, kita harus menggarap pelayanan itu
dengan semaksimal mungkin, supaya menghasilkan buah. Ketika Sang
pemilik pelayanan itu datang ia akan mendapati buah-buah dari hasil
pelayanan kita, yaitu buah kebaikan (Galatia 5:16-25). Buah dari hasil
pertobatan.

Seperti cerita yang saya sampaikan diawal, dari beberapa pohon cengkeh
yang sudah dirawat sedemikian rupa, ada yang sembuh dan kembali
menghasilkan buah, tetapi ada juga yang belum menghasilkan buah
walaupun sudah dirawat sedemikian rupa. Ada beberapa pohon yang sudah
diperintahkan untuk di potong saja, tetapi saya katakan coba kita
rawat dulu, nanti kalau tidak ada perkembangan lagi baru kita potong.
Memang di dalam pelayanan terkadang juga kita mengalami hal-hal
seperti ini, ada orang-orang yang kita layani suadah berkali-kali
tetapi belum menunjukkan perubahan/pertobatan. Apakah kita menyerah?
Lalu apa yang harus kita lakukan ketika mengalami hal demikian! Dalam
bacaan kita pada pagi ini, kita akan meneliti apa yang dilakukan
pengurus kebun anggur itu ketika diperhadapkan pada kasus seperti ini?
Hal pertama yang ia lakukan adalah meminta kepada pemilik kebun anggur
supaya pohon ara yang tidak menghasilkan buah itu dibiarkan tumbuh
setahun lagi. Yesus secara tidak langsung mengatakan bahwa bangsa itu
(Yahudi) mendapat kesempatan terakhir sebelum Allah menghukum mereka
karena pemberontakan mereka dan karena keadaan mereka yang tidak
menghasilkan. Jadi yang harus kita lakukan sebagai pelayan-pelayan
Tuhan ketika menghadapi persoalan seperti itu adalah meminta kepada
Tuhan sang pemilik pelayanan supaya diberi kesempatan untuk merawat
orang-orang yang kita layani supaya dapat menghasilkan buah. Jika
kesempatan itu Tuhan berikan dan kita telah berusaha semaksimal
mungkin, namun belum juga menghasilkan buah alias tidak bertobat juga
(Lukas 13:3), ditebang saja. Dalam bacaan ini penggarap kebun meminta
kepada Tuannya, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan
mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin
tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!". Jadi tidak hanya
meminta untuk tidak ditebang, tetapi ada usaha yang dilakukan supaya
pohon yang tidak berbuah itu, dapat menghasilkan buah. Dikatakan
bahwa, ia akan merawat dengan mencangkul tanah sekelilingnya dan
memberi pupuk kepadanya.

Jadi tugas kita sebagai pelayan-pelayan Tuhan hanya memelihara dan
merawat pelayanan yang Tuhan telah percayakan. Karena kita bukan
pemilik pohon itu, jadi kita tidak dapat sewenang-wenang menebang
pohon itu, walaupun kelihatannya tidak akan menghasilkan buah. Tetapi
dengan setia kita terus pelihara sampai menghasilkan buah. Dampak dari
tugas kita sebagai pelayan-pelayan Tuhan adalah membawa orang-orang
yang kita layani kepada suatu pertobatan. Membawa orang-orang yang
kita layani mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Allah memberikan
kesempatan secukupnya kepada setiap orang untuk bertobat, ia tidak
akan selama-lamanya membiarkan dosa. Saatnya akan datang ketika kasih
karunia Allah akan ditarik dan orang-orang yang tidak mau bertobat
akan dihukum tanpa belas kasihan (Lukas 20:16; 21:20-24). Hukuman
adalah satu-satunya jawaban bagi orang-orang yang tidak berbuah.


Lalu mungkin akan muncul pertanyaan, apa yang menjadi upah atau bagian
dari penggarap kebun? Jaminan akan diberikan oleh Sang pemilik kebun.
Pertanyaannya adalah siapa pemilik kebun itu? Siapa yang kita layani?
Amin.
Baca Terusannya »»  

Berita Terkini

« »
« »
« »
Get this widget

Daftar Blog Saya

Komentar