Tulisan Jalan

Hidupku untuk mengharumkan nama-MU Jangan bersukcita ketika engkau berhasil dalam pelayanan, tetapi bersukcitalah karena namamu tercatat di Surga

Kau istimewa. Di seluruh dunia, tidak ada orang yang sepertimu. Sejak bumi diciptakan tidak ada orang lain yang sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki senyummu, tidak ada yang memiliki matamu, hidungmu, rambutmu, tanganmu, suaramu. Kau istimewa. Tidak ada orang lain yang memiliki tulisan yang sama denganmu. Tidak ada orang lain yang memiliki selera akan makanan, pakaian, musik, atau seni sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki cara pandang sepertimu. Sepanjang masa tidak ada orang lain yang tertawa sepertimu, tidak ada yang menangis sepertimu. Kaulah satu di antara seluruh ciptaan yang memiliki kemampuan seperti yang kau miliki. sampai selamanya, tidak akan ada orang yang akan pernah melihat, berbicara, berjalan, berpikir, atau bertindak seperti dirimu. Kau istimewa...kau langka. Tuhan telah menjadikanmu istimewa dengan satu tujuan yaitu MEMULIAKAN DIA

Cari Blog Ini

Minggu, 31 Maret 2013

Kemerosotan Gereja

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***

Media Swedia :Di Tahun 2012 Lebih dari 50 Ribu Jemaat Tinggalkan Gereja

Posted by admin on 12:19 PM in internasional, News | 0 komentar
Gereja Swedia kehilangan lebih dari 50.000 jemaatnya pada tahun 2012 dan berkurangnya jumlah jemaat gereja itu terus terjadi sejak Swedia menjadi sekuler sejak tahun 2000. Penurunan jumlah jemaat gereja terlihat parah terutama di kota-kota.

Gereja yang menyebut dirinya beraliran Lutheran Evangelis itu masih memiliki 7 juta anggota.

Namun, tahun lalu sebanyak 54.000 jemaatnya memutuskan untuk keluar. Pada periode yang sama, 7.500 orang mendaftar jadi anggota gereja itu.

Terdapat perbedaan antara angka penurunan jemaat gereja di kota dengan di pedesan.

Tahun lalu ribuan anggota gereja di Stockholm dan Gothenburg memutuskan untuk tidak memperbaharui keanggotaan mereka. Sementara di kota kecil Bjurholm di Angermandland hanya ada satu jemaat yang mengundurkan diri dari keanggotaannya di gereja.

“Banyak warga yang menghadiri peribadatan di gereja,” kata pastor Michael Brodin kepada kantor berita TT yang dikutip The Local (5/3/2013). Namun dia mengakui kongregasinya kecil, jadi jemaatnya tidak banyak.

Jonas Bromander kepada analisis di kantor nasional Gereja Swedia mengatakan, “Sebagian penduduk Stockholm adalah orang pindahan, yang artinya mereka tidak memiliki keterikatan dengan gereja lokal sejak masa kecilnya.

“Itu artinya hubungannya [dengan gereja] melemah,” kata Bromander.

Saat ini, separuh penduduk Stockholm dan Gorhenburg adalah anggota gereja, sedangkan warga Malmo yang menjadi anggota gereja kurang dari 50 persen.[thelocal/hidayatullah]
Baca Terusannya »»  

Kamis, 21 Maret 2013

SEBERAPA PENTING SAAT TEDUH BAGIMU?

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Banyak orang percaya yang sering memilih untuk mengenal pribadi dan
karya Tuhan Yesus melalui pengalaman orang lain. Mereka lebih suka
mendengar pengalaman orang lain dari pada mengalaminya sendiri.
Seandainya kita diperhadapkan pada kisah-kisah seperti ini, bagaimana
tanggapan kita? Misalnya: Dalam hal liburan, maukah kita berlibur
dengan cara meminta orang lain menikmati liburan, lalu ia
menceritakannya kepada kita? Dalam berpacaran, maukah kita berpacaran
dengan cara meminta seorang sahabat berkencan dengan pacar kita, lalu
ia menceritakan kepada kita? Dalam menikmati makanan, maukah kita
makan dengan cara meminta orang lain mewakili kita makan, lalu ia
menceritakannya kepada kita? Tentu untuk semuanya itu, kita mau
mengalaminya langsung, bukan hanya diceritakan orang lain atau melalui
perantara. Bagaimana dengan hubungan kita bersama Tuhan?

Waktu teduh adalah waktu pertemuan pribadi. Kita menanggapi kerinduan
Tuhan dengan menyediakan waktu khusus untuk bertemu dengan-Nya. Kita
mencurahkan isi hati dan memperhatikan perkataan-Nya. Kita datang
menghadap Dia, mendengarkan Dia, dan menanggapi Dia. Waktu teduh
adalah suatu undangan pribadi, yang tak dapat diwakilkan. Seberapa
banyak waktu yang akan kita berikan untuk membangun hubungan seperti
ini?
Tuhan Yesus selalu memakai perumpamaan pohon dan ranting untuk
menjelaskan betapa pentingnya hubungan pribadi dengan Tuhan. Sebuah
ranting daunnya bisa rontok dan tak berbuah, entah karena belum
waktunya, karena musim berganti atau karena diserang hama. Namun,
selama masih menempel pada batang utama, ranting itu masih tetap punya
harapan untuk bertunas kembali. Tetapi jika dipatahkan atau terpisah
dari batang utama, maka betapapun rimbunnya, ranting itu lambat laun
akan kering dan mati.

Waktu teduh akan terasa hambar dan kering jika hanya menjadi kewajiban
agamawi belaka. Namun, jika kita melihatnya sebagai sarana yang
dibutuhkan untuk membangun hubungan yang erat dengan Tuhan, tidakkah
kita akan mengusahakannya dengan segenap jiwa? Sama seperti ketika
kita lapar dan butuh makanan, haus dan butuh segelas air. Kehujanan
dan mencari tempat berteduh. Mencintai dan rindu bertemu dengan yang
dicintai. Tentu kita akan menjalani prosesnya dengan hasrat yang kuat
dari dalam diri sendiri, bukan hanya karena dorongan orang lain.

Waktu teduh dengan Tuhan akan membawa dampak pada pola kehidupan kita,
seperti persekutuan dengan rekan seiman dipengaruhi oleh persekutuan
pribadi kita dengan Tuhan. Bersaksi juga menjadi lebih mudah jika kita
mengalami Tuhan setiap hari. Perkataan maupun perbuatan kita akan
makin selaras dengan kehendak Tuhan jika kita bergaul karib
dengan-Nya. Pendek kata, waktu teduh dapat membuat hidup seseorang
menjadi berbeda.
Memilih untuk mengutamakan Tuhan melalui waktu teduh, tanpaknya
sederhana tetapi pilihan untuk membina hubungan pribadi dengan Tuhan
akan membawa kita kepada pilihan-pilihan berikutnya. Misalnya, ketika
kita memilih untuk menyediakan waktu secara khusus untuk bertemu
dengan Tuhan setiap pukul enam pagi, kita akan diperhadapkan pada
berbagai pilihan yang mengikuti. Seperti pukul berapa saya harus tidur
jika saya ingin bersaat teduh pukul enam esok pagi? Jam berapa saya
harus berhenti menonton televisi agar bisa bangun tepat waktu? Apakah
saya akan mandi sebelum atau sesusah waktu teduh? Di mana saya akan
bersaat teduh? Dan lain sebagainya. Kita perlu menetapkan
batasan-batasan dengan sengaja untuk dapat memiliki waktu yang
berkualitas bersama Tuhan.

Pilihan-pilihan semacam ini hanya dapat dihasilkan oleh hati yang
benar-benar mengasihi Tuhan, yang memandang hubungan pribadi dengan
Tuhan sebagai hal yang utama dan paling berharga. Waktu teduh adalah
bagian terbaik di mata Tuhan, sekaligus merupakan waktu yang menuntut
ketetapan hati. Apakah kita berketetapan untuk memilih yang terbaik
ini setiap hari?

Kalau kita mau jujur pada saat apa kita paling mengharapkan kehadiran
Tuhan? Saat ditimpah kesusahan? Saat sakit keras? Butuh pertolongan
segera? Namun, bagaimana ketika kita dalam keadaan baik-baik saja?
Adakah kerinduan yang sama meliputi kita setiap kali kita memulai
waktu teduh? Salah satu hambatan dalam menikmati waktu teduh bisa saja
bersumber dari tidak adanya hasrat yang kuat untuk datang menghadap
Tuhan. Pertemuan biasa saja berjalan, tetapi sekedarnya, karena hati
tidak siap diarahkan ke Tuhan. Jika kita benar-benar menghargai dan
mengharapkan kehadiran seseorang, kita tentu mempersiapkan diri dan
segala sesuatunya dengan baik. Apalagi terhadap Tuhan!
Persiapan apa yang biasanya kita lakukan untuk datang menghadap Tuhan?
Jangan datang dengan pikiran kosong. Datanglah dengan mempersiapkan
tubuh, jiwa dan roh untuk menghadap Tuhan. Ingat bahwa kita hendak
datang menghadap pribadi yang sangat penting! Demikian juga dengan
peranan Roh Kudus, mohonlah Roh Kudus memberi hikmat agar kita dapat
mengenal Tuhan dan kebenaran-Nya. Kita membutuhkan pertolongan Roh
Kudus supaya kita tidak menjadi seperti "robot" dalam berwaktu teduh.
Robot bisa diprogram agar setiap pukul 6 pagi berdoa dan membaca
Alkitab, menyanyikan pujian bagi Tuhan. Namun, apakah doa dan pujian
robot yang serba teratur ini didengarkan oleh Tuhan? Jelas tidak,
karena yang dilakukan robot ini hanyalah sesuatu yang mekanis saja,
tidak ada jiwanya, tidak ada roh yang berhubungan dengan Roh Tuhan.

Kadangkala kita juga bisa masuk ke dalam suatu mekanisme rohani.
Kelihatannya saja kita membaca Alkitab dan berdoa, namun sebenarnya
jiwa kita tidak ada didalamnya. Pertanyaannya, seberapa banyak peran
Roh Kudus dalam waktu teduh kita selama ini?
Waktu teduh adalah juga waktu untuk mendengarkan Tuhan. Bagaimana
caranya? Dengan memberikan perhatian yang sungguh-sungguh kepada
firman-Nya. Alkitab dapat memberikan hikmat, menuntun pada keselamatan
oleh iman, bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan,
memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Ketika
membaca Alkitab, ingatlah bahwa kita sedang mendengarkan Tuhan, bukan
sedang membaca makalah atau menganalisis tulisan seseorang. Mintalah
kepada Tuhan untuk menunjukkan kepada kita apa yang ia ingin sampaikan
kepada kita secara pribadi pada saat itu. Sayangnya, kita seringkali
tidak merespon sebagaimana mestinya terhadap apa yang Tuhan nyatakan.
Hidup kita tak ada bedanya sebelum dan sesudah mendengarkan Dia.
Yakobus menyebut orang yang demikian sebagai pendengar firman saja,
bukannya pelaku firman.

Tanpa kita sadari, kerap kali kita menempatkan Tuhan seperti penyiar
televisi yang menyampaikan berita satu arah. Pendengar merasa tidak
perlu menyampaikan tanggapan langsung, karena sang penyiar berada di
tempat yang jauh. Kita lupa bahwa sesunggunya Tuhan hadir dan
menantikan kita menanggapi Dia. Kita dapat menanggapi Tuhan melalui
tindakan yang spesifik. Tuhan mungkin menggerakkan hati kita untuk
mengerjakan sesuatu ketika kita membaca firman-Nya. Misalnya berdamai
dengan seseorang, menolong seseorang. Bersegeralah melakukannya!
Mintalah Tuhan menunjukkan tindakan spesifik yang dapat kita lakukan
untuk menaati-Nya.
Sampai disini apakah kita masih menganggap waktu teduh tidak penting?????

Diringkas dari buku BERAKAR DALAM KRISTUS, Yayasan Gloria
Baca Terusannya »»  

Minggu, 17 Maret 2013

BODOH

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Dalam perjalanan pulang dari Bogor ketika menghadiri ibadah in
memorial salah satu hamba Tuhan yang sekian tahun melayani sebagai
misionaris di Indonesia, salah satu rekan kami bercerita bahwa dia
berjumpa dengan beberapa teman kuliah jaman dulu dalam acara tersebut.
Singkat cerita kawan ini mengatakan dulu temannya itu bodoh sekali di
kelas, tetapi sekarang dia sudah menjadi penulis buku. Kasus yang sama
juga pernah diceritakan kakak saya, salah satu teman kulianya di ITB
menjadi dosen di tempat kuliah saya. Kata kakak saya, dia dulu duduk
paling belakang dan paling bodoh di kelas, tetapi sekarang nyatanya
dia sudah menjadi dosen.

Dari cerita di atas makna yang dapat kita ambil adalah bahwa kebodohan
itu dapat diubah. Firman Tuhan katakan: bagi Allah tidak ada yang
mustahil (Lukas 1:37), di dalam Tuhan segala sesuatu dapat diubahkan,
kuncinya adalah percaya (Tidak ada yang mustahil bagi orang yang
percaya!" Markus 9:23). Apa yang dianggap manusia bodoh belum tentu
Tuhan anggap bodoh, di mata Tuhan kita semua berharga. Tuhan tidak
pernah memandang muka. By: Adrianus Pasasa
Baca Terusannya »»  

Senin, 11 Maret 2013

Menjadi Profesor di Usia 26, Irwin Yousept Siap Membangun Indonesia

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Senin, 11/03/2013 07:38 WIB
Menjadi Profesor di Usia 26, Irwin Yousept Siap Membangun Indonesia
Mega Putra Ratya - detikNews

http://images.detik.com/customthumb/2013/03/11/608/074030_irwinyousept.jpg?w=460
Irwin Yousept (dok pribadi)
Jakarta - Irwin Yousept (31) meraih gelar profesornya di usia yang masih muda yakni 26 tahun. Kini dia bekerja di Technischen Universitat Darmstadt, Universitat in Hessen, Jerman sebagai pengajar.

Irwin tidak lupa dengan tanah kelahirannya, Indonesia. Dia mengaku siap jika suatu saat dibutuhkan untuk membangun tanah air Indonesia.

"Saya sangat bangga sekali, saya akan siap balik ke Indonesia apabila Indonesia membutuhkan," saat berbincang dengan sejumlah wartawan termasuk detikcom di Hotel Adlon Kempinski, Berlin, Jerman, Selasa (6/3/2013). Irwin adalah salah satu Diaspora Indonesia yang hadir dalam pertemuan dengan Presiden SBY yang sedang melakukan kunjungan kerja di negara tersebut.

Pria yang akrab disapa Yousept ini mengambil jurusan Matematika di Technische Universit
t Berlin. Yousept hanya membutuhkan waktu 2,5 tahun untuk merampungkan sarjana strata I dan II, serta 2,5 tahun untuk mendapatkan gelar Doctor of Philosophy (Phd).

Usai lulus dari SMA Tarakanita, Pluit, Jakarta Utara, pria kelahiran Jakarta 14 April 1982 ini mengaku mantap memilih melanjutkan studinya di Jerman. Alasannya karena negara ini memiliki teknologi yang jauh lebih baik dari Indonesia.

"Menurut saya, Indonesia harus gigih, bekerja keras, dan harus siap mengejar ketinggalan. Teknologi Indonesia memang beda, tapi saya pikir step by step kita bisa mempelajari, teknologi itu harus diturunkan," ungkap Yousept yang logat Indonesianya mulai berkurang ini.

Ada alasan tersendiri mengapa Yousept belum mau kembali ke Indonesia saat ini. Salah satunya dia masih ingin terus menimba ilmu di Jerman meski sudah meraih gelar tertinggi.

"Networking saya tidak begitu kuat di Indonesia, saya mau menambah ilmu lagi di jerman. Teknologi yang saya pelajari masih banyak yang perlu dipelajari, saya masih cukup muda dan masih bisa menambah ilmu lagi, kalau saya bisa berkontribusi untuk Indonesia itu saya senang sekali," papar Yousept.

Yousept memberi pesan kepada seluruh pelajar dan mahasiswa di Indonesia agar dapat seperti dirinya saat ini. Sarannya, yang terpenting adalah mau bekerja keras dan tidak mudah putus asa.

"Tidak mudah putus asa, kalau mengalami kegagalan kita harus gigih, dan berjuang keras. Menurut saya kita semua sama, yang penting satu, kita mau kerja keras atau tidak, kalau kita mau bekerja keras kita pasti bisa mencapai apapun. Semua pasti ada halangannya, kita harus berani menghadapi halangan tersebut, berani gagal," saran Yousept.

Sekilas Curiculum Vitae Irwin Yousept:

Di Bidang Profesional:

July 2012 – Now: Professor for "Optimization". Graduate School of Excellence Computational Engineering (CE) TU-Darmstadt, Germany

October 2009 – June 2012: Postdoc in DFG Research Center MATHEON, TU Berlin. Project C9: Simulation and Optimization of Semiconductor. Crystal Growth from the Melt Controlled by Travelin Magnetic Fields.

October 2008 – September 2009: Guest Professor for "Numerics and Scientific Computing", Universitat Augsburg, Germany

June 2006 – September 2008: Researcher in DFG Research Center MATHEON, TU-Berlin

February 2006 – Mei 2006: Assistant Researcher, TU Berlin, SFB 557: Control of complex turbulent shear flows

October 2005 – January 2006: Assistant Researcher, TU Berlin

Pendidikan

August 2008: Doctorate Degree: Dr. rer. nat. (TU Berlin)
Final Grade: summa cum laude
Supervisor: Prof. Dr. Fredi Troltzsch

October 2005: Diplom Degree in Mathematics: Dipl.-Math. (TU Berlin)
Final Grade: 1.0 (summa cum laude)

April 2002 – August 2005: Study in Mathematics, TU Berlin


(mpr/mpr)



--
In Christ's Love
Hans
"Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! (Kisah Para Rasul 18:9b).
Baca Terusannya »»  

Selasa, 05 Maret 2013

BUKALAH TOPENGMU

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Saya sungguh bersyukur dapat mengikuti pelatihan "Langham Preaching"
untuk menggali kebenaran Firman Tuhan. Dalam pelatihan itu disisipkan
suatu materi yaitu Integritas, melalui materi ini ada beberapa slide
yang menampilkan wajah-wajah yang dipenuhi dengan topeng-topeng.
Sebagai pengikut Yesus Kristus, kita cukup memiliki wajah yang asli
tidak perlu wajah yang asli dipasangkan topeng lagi, sehingga
penampilan kita yang dilihat orang semuanya "aspal", asli tapi palsu.
Saya banyak belajar dari kejadian-kejadian yang terjadi beberapa hari
ini, menyadarkan saya kembali, ternyata apa yang kelihatan dari luar
belum tentu itu asli. Banyak hal yang kelihatan baik di luar, tetapi
belum tentu itu yang asli, bisa saja itu hanya polesan belaka. Jika
mau melihat aslinya bukalah topengnya! Tuhan Yesus menegur ahli Taurat
dan orang Farisi karena mukanya penuh dengan topeng, Tuhan Yesus
mengatakan: Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan
yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya,
tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis
kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar
di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan
kedurjanaan (Matius 23:27-28).

Buanglah topeng-topeng yang masih menghiasi wajah kita, tampilkanlah
yang aslinya karena itulah yang Tuhan Yesus kehendaki. Dia mau melihat
wajahmu yang asli, Dia mau supaya sesamamu, orang-orang disekitarmu
melihat wajahmu yang asli. Bukan wajah yang disamarkan. Topeng itu
akan menghalangi persekutuanmu dengan Tuhan Yesus. Bukalah topengmu
supaya engkau dapat menikmati sukacita dalam Tuhan Yesus. By: Adrianus
Pasasa
Baca Terusannya »»  

Senin, 04 Maret 2013

Hamba Puang

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***


HAMBA UANG ATAU HAMBA PUANG?

Ke mana saja, ku telah sedia, pimpinan-Mu tak akan pernah salah
Tolongku taat memikul salib-Mu, Tuhan pimpinan-Mu sempurna
Reff:
Dalam kota besar atau dalam rimba, jiwa sama berharga di mata-Mu
Ke mana saja, ku telah sedia, ku mau cinta yang dicinta-Mu

Sebuah lagu manis karya Pdt. Dr. Stephen Tong. Syair dan iramanya sangat menyentuh dan membakar hati untuk persembahkan hidup melayani-Nya. Sebagai orang berdosa - - yang selayaknya binasa dalam nyala api neraka abadi, namun mendapat anugerah keselamatan hidup kekal di surga melalui pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib, bahkan diangkat menjadi hamba-Nya bekerja sebagai partner-Nya menjalankan misi mulia-Nya - - lagu ini menjadi penting untuk direnungkan dan dijalankan sungguh-sungguh. Lagu ini mustinya menjadi komitmen perjuangan hidup pelayanan setiap hamba Tuhan. Ke mana saja, ke kota besar, kota sedang, kota kecil bahkan pedalaman terpencil, ke gereja elite maupun pailit, bila Tuhan mengutusnya, maka seorang hamba Tuhan harus taat, pergi, dan setia saja. Jangan banyak tanya. Jangan juga banyak berkalkulasi nanti Saya dapat gaji berapa, tunjangan dan fasilitas apa.  Atau mulai bergerilya mencari info lalu membanding-bandingkan mana gereja yang memberikan gaji dan fasilitas yang wah. Jangan. Abraham ketika dipanggil ke luar dari Ur Kasdim menuju tanah Kanaan juga kagak banyak cingcong sama Tuhan. Dia kagak belagu nanya: "Tuhan, Saya nanti pake kendaraan apa ya ke tanah Kanaan? Nanti kalau haus dan lapar, Saya dan keluargaku mampir di mana ya? Kalau udeh  nyampe di tanah Kanaan apa rumah dan kebun udeh siap blom? Anak-anakku nanti sekolahnya di mane Tuhan. Ada diskon berapa persen bayaran uang sekolahnya, kan Saya pendeta?" Kalo udeh nyampe di Kanaan berapa hektar tanah bakalan jadi milik gue. Gue kan dah berkorban ninggalin segalanya? Kagak nanya gitu-gituan si babe Abraham. Ia taat saja pada panggilan Tuhan. Ia tahu pimpinan Tuhan - yang memanggil dan menyuruhnya pergi – tak akan pernah salah alias sempurna. Titik.

Lagu di atas sangat terkenal di kalangan gereja-gereja berlatar belakang injili. Khususnya gereja-gereja mandarin. Saya percaya setiap jemaat di gereja-gereja ini pasti pernah menyanyikannya. Paling tidak pernah mendengarnya. Namun, permisi tanya, pernahkah kita berpikir sejenak saja, ada berapa banyak jemaat dan hamba Tuhan yang sering menyanyikan lagu ini dengan begitu syahdunya, lalu melakoni isinya? Bila kita memiliki talenta berkhotbah dalam kebaktian-kebaktian kebangunan rohani, adakah kita sangat terbeban, mau, dan rela berkhotbah ke desa-desa dan pedalaman terpencil seperti lagu tadi "Ke mana saja ku telah sedia…"? Ataukah kita hanya mau berkhotbah di kota-kota atau hanya di kota-kota besar? Ataukah kita hanya tertarik berkhotbah di gereja-gereja besar?  Gereja kecil, gereja desa, apalagi pedalaman terpencil seperti di Papua, Kalimantan, Sumatera, maukah? Kalau di gereja kecil yang hanya sepuluh jiwa, maukah kita berkhotbah dan ber-KKR ria?  Hayu neng, pilih mana, diutus Tuhan ke Kalimantan atau California? Ke pulau Rote atau ke Rotterdam? Hayu mang, mo makan papeda (sagu) dan singkong atau hamburger-ger-ger??? Tentu ke Rotterdam, California bukanlah tempat yang haram untuk diinjak oleh seorang hamba Tuhan. Tempat-tempat ini bukanlah surga. Di situ juga banyak jiwa yang harus dilayani.  Masalahnya apakah benar Saya diutus-Nya ke sono? Atau Saya mengutus diri sendiri ke situ, bukan Tuhan, karena ada pertimbangan-pertimbangan ekonomis, psikologis, romantis, hedonis, dan nis-nis lainnya? Yang jelas bukan alasan teologis. Ini yang harus diwaspadai dan dihati-hatii.

Sekali peristiwa di sebuah gereja besar yang jemaatnya rata-rata kaum berduit terjadi permutasian pelayanan. Pendeta  lama dipindahkan ke jemaat lain.  Permutasian merupakan sistim yang berlaku dalam tata gerejawi sinode gereja tersebut. Mau tidak mau, suka tidak suka, bila rapat elite sinode telah memutuskan seorang pendeta harus pindah ke gereja lain, maka seharusnya tidak ada seorang pendeta pun yang dapat menolak. Harap maklum saja. Namun berbeda dengan kisah di gereja besar yang Saya sebutkan tadi. Pendeta yang sudah cukup lama melayani di gereja tersebut - yang sudah menikmati manisnya persekutuan bersama jemaat dan yang juga telah menikmati manisnya berkat-berkat Tuhan - dengan sangat berat hati meninggalkan jemaat untuk melayani di gereja rintisan baru yang jemaatnya rata-rata sederhana hidupnya alias tidak berduit hanya berduet. Ya berduet, rata-rata jemaat di situ hanya makan nasi dan garam. Seolah-olah langit mau runtuh bila ia tidak lagi menjadi gembala di gereja lamanya. Maka dengan strategi jitu, otaknya mulai berputar. Ia mulai mendekati orang-orang  "kuat" yang  memiliki pengaruh di dalam jemaat, dengan cara menyebarkan isu bahwa pengganti dirinya itu adalah hamba Tuhan yang banyak kekurangan. Tidak mampu menggembalakan. Hanya Sayalah yang mampu. Beberapa dari orang-orang "kuat" itu terprovokasi juga dan akhirnya mereka berjihad menghadap pimpinan sinode supaya membatalkan surat keputusan mutasi tersebut. 

Saya bertanya, andaikata  ia dipindahkan ke gereja yang lebih besar dan  jemaatnya rata-rata konglomerat, maukah atau akankah ia memengaruhi jemaatnya untuk membatalkan perintah mutasi itu? Barangkali ia akan berkata pada jemaatnya: "Saya berat hati loh meninggalkan kalian, tapi apa boleh buat ini kan kehendak Tuhan. Mau apalagi?" Dan maukah ia menjelek-jelekkan rekan sepelayanannya yang akan menggantikan dirinya? Mungkin saja ia akan berkata pada teman yang menggantikannya: "Puji Tuhan, kamu pas sekali menggantikan  Saya. Kamu sangat diperlukan di sini. Talentamu sangat pas melayani di sini. Maju bro!" Saya pernah mendengar kalimat indah ini. Tuhan tidak memilih orang yang mampu, tetapi Dia akan memampukan orang yang dipilih-Nya untuk melayani Tuhan dan sesama manusia. Tatkala Tuhan menahbiskan seseorang menjadi pelayan-Nya, maka Ia pulalah yang akan menopangnya untuk menggembalakan jemaat-Nya. Benar sekali, Tuhan tidak memilih orang yang mampu, tetapi memampukan orang yang dipilih-Nya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dipercayakan Tuhan kepadanya. Ini prinsip penting! Jadi, orang yang menganggap dirinya hebat daripada yang lain, sejatinya ia telah meremehkan Tuhan. Dengan kata lain ia sedang mengandalkan dirinya sendiri dalam pelayanannya. Kalau begitu apa kata firman Tuhan terhadap orang yang demikian? Baca Yeremia 17:5-6. Apa isinya? Ya bacalah bro!

Lalu bagaimana dengan lagu Ke mana saja? Kalau Pdt. Stephen Tong mendengar kisah ini tentu hatinya akan menangis dan barangkali saja, barangkali loh, sebagai tanda protesnya kepada hamba Tuhan itu, maka ia akan mengubah lagunya begini:

Ke mana saja, ku telah sedia, asal saja jangan di ladang kering
Tolong ku taat, di sini saja Tuhan, biar kunikmati berkat-Mu
Reff:
Dalam greja besar atau greja kecil, jiwa sama berharga di mata-Mu
Namun kuyakin, kutelah diutus, selamanya di greja ini

Saya juga diceritakan seorang pendeta yang bernama Anton (bukan nama sebenarnya). Begini. Suatu kali gerejanya memerlukan seorang pelayan Tuhan. Lalu ia menghubungi kawan sealmamaternya bernama Ev. Ferry (juga bukan nama sebenarnya). Kemudian mereka bertemu dengan para majelis gereja dan membicarakan banyak hal tentang rencana bergabungnya Ev. Ferry. Akhirnya diputuskan bahwa majelis akan segera membuat surat resmi untuk mengundangnya. Mereka berpesan  agar surat itu setelah diterima dipelajari dulu selama satu minggu oleh Ev. Ferry. Setelah itu silakan memberikan jawaban kepada majelis gereja, jadi bergabung atau tidak. Setelah pertemuan usai malam itu dan para majelis pulang ke rumah masing-masing, maka Ev. Ferry bertanya kepada pendeta Anton. Ia bertanya secara detail  mengenai gaji, tunjangan, dan fasilitas apa saja yang bakal diterimanya, pokoknya segala tetek bengek ditanyanya. Maklum karena merasa sangat dibutuhkan - bukan membutuhkan - gereja. Dan semua pertanyaannya dijawab pendeta Anton. Lalu majelis gereja mengirimkan surat undangan resmi kepada Ev. Ferry. Tetapi waktu sudah lewat kurang lebih satu bulan tak kunjung datang jawaban dari Ev. Ferry. Saking penasaran, pendeta Anton menelepon Ev. Ferry, intinya menanyakan bagaimana keputusannya. Betapa kagetnya ia mendengar jawaban Ev. Ferry yang mengatakan bahwa dirinya sudah bergabung dengan salah satu gereja di kota itu. Ternyata selidik punya selidik Ev. Ferry menerima tawaran di gereja  lain karena gaji, tunjangan, dan fasilitas yang diberikan jauh lebih besar daripada yang dijanjikan gereja pendeta Anton.  Ternyata semua pertanyaan Ev. Ferry yang lalu itu kepada pendeta Anton adalah taktik untuk membanding-bandingkan informasi ekonomis, hedonis yang juga sedang ia cari dari gereja lain. Ternyata di gereja lain lebih prospektif dan menggiurkan. Di gereja pendeta Anton gaji hanya sekian juta perbulan, sedangkan di gereja lain  jauh lebih gede gajinya. Jangan tanya tunjangan dan fasilitasnya, jauh lebih empuk dan nikmat. Karena itu kagak perlu dijawab surat resmi yang dikirimkan majelis gereja pendeta Anton tersebut. Biarin deh! Tata krama dan etika sekaligus dilanggar bukan persoalan. Emangnya gue pikirin? Begitulah prinsip Ev. Ferry.

Sayang sekali, sikap yang amat tidak elok. Menyedihkan gereja menjadi sumber income, bukan wadah untuk mengabdi pada-Nya sebagai rasa ungkapan syukur kepada-Nya yang sudah menyelamatkan nyawa kita dari kebinasaan kekal. Rasul Paulus berkata: "Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil" (1Korintus 9:18). Kalau kita bisa melayani-Nya itu sungguh hanyalah anugerah. Siapakah kita ini sehingga dilayakkan menjadi pelayan-Nya. Mengapa kita menuntut gaji, tunjangan, dan fasilitas pelayanan? Kita sungguh tidak tahu diri bahkan berlagak sebagai orang terhormat di hadapan Bapa. Seolah kita yang diperlukan-Nya. Kita lupa kalau Tuhan bisa menjadikan batu-batu untuk memuliakan Dia (Lukas 19:40). Tanpa kita Dia tetap Allah. Tanpa kita Kerajaan-Nya tetap dimashyurkan di seantero bumi ini. Tanpa Dia kita bangkrut total. Tanpa Saya dan Saudara, Tuhan bisa memakai binatang keledai untuk menjalankan kehendak Tuhan (Bilangan 22:21-34). Mengapa kita begitu sombong, kalau tak mau disebut kurang ajar di hadapan Tuhan, seolah-olah kita begitu penting sehingga Tuhan harus mengupah kita melayani-Nya?

Saya banyak menemukan orang-orang seperti ini. Saya pernah menjadi salah satu pimpinan dan pengajar di sebuah sekolah teologi yang spesial memersiapkan naradidiknya menjadi hamba Tuhan yang melayani di pedesaan. Tidak sedikit alumninya yang ketika ditawarkan pelayanan bukannya bersyukur dan bersukacita, malahan yang mereka tanyakan paling pertama adalah berapa gaji saya? Apakah ada listriknya di desa itu? Apakah disediakan motor untuk pelayanan? Saya kan udah bergelar S1? Kalau ditanya memangnya kamu mau melayani di tempat yang bagaimana, mereka jawab, "Kita kan perlu cari ladang pelayanan yang lebih baik!" Mantap-tap jawabannya! Wow… dia lupa selama kurang lebih lima tahun Tuhan Yesus membiayai cuma-cuma bin gratis kuliahnya, dijagai kesehatannya, diberikan uang saku untuknya, lalu setelah tamat, Tuhan mau utus ke ladang-Nya, tiba-tiba dia minta Tuhan harus bayar  pada dia dengan gaji yang besar, fasilitas yang lengkap. Apa ini, maaf, tidak kurang ajar namanya kepada Tuhan? Ini juga pelajaran amat berharga bagi pengurus yayasan sekolah teologia dan juga para pengajarnya. Harus introspeksi diri dengan serius. Jangan main-main mengelola sebuah sekolah teologia. Jangan berpikir yang penting belajar mengajarnya jalan. Gaji, tunjangan, dan fasilitas Saya sebagai pengajar it's ok. Oh tidak, sekali lagi, jangan main-main dengan uangnya Tuhan. Sekali waktu Dia meminta pertanggungjawaban kita. Pemantauan dan evaluasi serius yang berkesinambungan terhadap kegiatan belajar mengajar harus konsisten dilakukan agar sekolah-sekolah teologia menetaskan para hamba Tuhan yang rela pikul salib, pikul kuk, mampu menyangkal diri, dan menjadi agen transformasi bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Bukan menjadi bosnya Tuhan. Sekarang ini tidak sedikit hamba Tuhan bergaya bos. Tuhan jadi hambanya. Main perintah Tuhan. Tuhan jadi pesuruh untuk menyiapkan ini dan itu. Doa mereka menjadi tongkat komando supaya Tuhan menuruti kemauan mereka.

Lalu kalau benar kita anak-Nya dan hamba-Nya sejati, kenapa pertimbangan pelayanan kita harus melulu uang dan fasilitas? Di mana iman kita? Ya di mana iman kita? Apakah kita sudah sedemikian ateis yang buta sama sekali dengan janji Tuhan Yesus? "Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya" (Matius 6:8). Apakah kita begitu tidak memercayai janji Tuhan Yesus ini,  "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,  Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?  Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius 6:25, 28, 31, 34)? Bukankah kita sedang menghina Tuhan ketika janji-Nya tak satupun kita percayai? Apa bedanya kita dengan si ateis? Memang kita bukan ateis teori, tapi kita acapkali ateis praktis. Kita harus bertobat!

Kalau begini faktanya, sejatinya hamba siapakah kita ini? Hamba UANG atau hamba PUANG? Oh ya, maaf saya lupa menjelaskan judul tulisan ini. Kata "PUANG" berasal dari bahasa Saudara kita dari suku Toraja yang berarti TUHAN. Mereka memanggil TUHAN YESUS adalah PUANG YESU'. TUHAN ALLAH dipanggil  PUANG MATUA. Ya, kita ini hamba UANG atau hamba PUANG? Kalau benar kita hamba PUANG tentu senanglah hati kita ketika menerima keputusan mutasi dari pimpinan yang adalah wakilnya PUANG untuk pindah ke mana saja? Dan apa faedahnya menjelek-jelekkan rekan sepelayanan yang ditugaskan menggantikan kita? Kalau benar jiwa sama berharga di mata PUANG, kenapa kita lebih cinta orang  yang banyak uangnya daripada "si janda miskin"? Kalau memang benar pimpinan PUANG itu sempurna dan tak pernah salah, kenapa kita tetap keukeuh bertahan mati-matian tidak mau beranjak dari gereja lama? Mengapa tidak mau pergi  ke ladang PUANG yang lain? Kalau kita hamba PUANG, mengapa harus membanding-bandingkan soal gaji, tunjangan, fasilitas yang akan diberikan oleh gereja X dan gereja Y? Masya Allah!!!  Astagfirullah!!!

Ada juga kisah lain. Seorang pendeta yang sudah memasuki masa emeritus bahkan sudah diupacarakan tapi masih saja mau menjadi gembala jemaat dengan berbagai macam alasan yang dibuat-buat supaya kelihatan logis dan nampak rohani nian. Hamba Tuhan tersebut lupa bin tak sadar bahwa dirinya telah menjadi sumbatan permanen terhadap karir para hamba Tuhan yang masih muda dan energik. Mereka yang sedang berkobar-kobar dan memiliki visi jauh ke depan untuk mengembangkan pelayanan gereja jadi tidak bisa maju-maju karena ia tak mau turun takhta. Ia bergeming. Tak mau mengakui emeritusnya. Karena apa? Benarkah karena PUANG atau karena UANG? Apakah keputusan majelis gereja memberikan hak emeritus kepadanya bukan kehendak PUANG? Jadi kehendak siapakah? Semoga benar memang karena PUANG bukan karena UANG! Hanya dia dan PUANG yang paling tahu bukan? Tapi paling tidak ini jelas merupakan suatu pelanggaran konstitusi gereja. Di mana-mana orang yang sudah emeritus ya emerituslah. Kasihlah kesempatan kepada yang muda untuk berkarya!!!

Kita perlu belajar dari nabi besar Musa yang sudah tahu waktunya emeritus dan memberikannya kepada Yosua yang masih muda untuk melanjutkan misi menuju tanah perjanjian. Musa tidak pernah beralasan bahwa Yosua masih muda, tak punya pengalaman, tak punya gelar, dan lain lain. Tetapi ia serahkan tongkat estafet kepada Yosua dengan hati yang tulus tanpa tedeng aling-aling. Musa taat pada PUANG MATUA saja. Pengkhotbah 5:9 berkata, "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia." Sekali para hamba PUANG mulai mencintai uang bin kekayaan, maka pelayanan yang dikerjakannya tidak akan pernah memberikan kepuasan sejati. Pelayanan akan berubah menjadi alat, dan uang adalah tujuan akhirnya. Terbalikkan? Seharusnya uang bukan tujuan, melainkan hanyalah alat dalam pelayanan sedangkan pelayanan terbaik adalah tujuan akhir dari seorang hamba PUANG yang didedikasikan kepada PUANG MATUA-nya. Itu sebabnya acapkali seorang hamba UANG nampak begitu giat dan rajin melayani karena banyaknya uang yang diterimanya atau yang akan diterimanya dengan bonus-bonusnya. Sebaliknya ia nampak lemas, loyo, lunglai, letih, lelah, lesu, dan lembek karena tidak ada uang yang dihasilkan dalam pelayanan itu. Maka dari itu langka nian dijumpai orang-orang yang mau melayani di tempat-tempat pailit yang uangnya sulit. Karena di sana bukan saja tidak ada uangnya malah justru harus mengeluarkan uang. Kalau di wilayah elite yang uangnya tak pernah berkelit dan pelit, wow… siapa tak mau melayani di situ? Di sinilah letaknya bahaya di dalam melayani Tuhan. Jadi melayani Tuhan itu berbahaya Saudaraku.

Saya mengenal baik seorang pendeta senior. Tatkala memasuki masa pensiun dari sebuah gereja, ia mendapat visi dari PUANG untuk membuka gereja baru. Setelah gereja baru mulai berkembang, malah ia mengundurkan diri dan mengangkat hamba PUANG muda. Menariknya, ia memutuskan untuk tidak menerima gaji lagi. Gajinya ia minta kepada majelis gereja untuk ditambahkan kepada gaji pendeta baru itu. Jadi, ia mendapatkan gaji dua kali lipat dibandingkan  gaji pendeta senior sewaktu masih menjadi gembala. Sementara dirinya pensiun tanpa gaji apapun. Ada pula seorang hamba Tuhan senior yang sudah emeritus. Di masa lalu ia sangat berhasil memimpin sebuah Sekolah teologia. Dia adalah seorang yang sangat rendah hati, sebenarnya ia masih mampu memimpin sekolah teologia itu, namun ia memberikan kesempatan kepada yang muda berkarya. Ia tidak gila kuasa dan jabatan. Visi yang ia tangkap dari PUANG-nya jelas sehingga orang muda yang diberikan kesempatan pun benar-benar menunjukkan keberhasilannya memimpin sekolah teologia tersebut. Itulah hasil dari sebuah dada yang lebar. Bukan itu saja, ketika hamba PUANG ini jatuh sakit, maka banyak uang mengalir untuk membantu biaya pengobatannya. Tapi lagi-lagi kita melihat kebesaran jiwanya. Ia mengembalikan uang itu, bukan karena ia kaya, tetapi ia mempersembahkan untuk pekerjaan Tuhan yang lebih luas. Juga ada kisah lain lagi. Sekali waktu Saya dan istri serta anak-anak diundang berliburan di rumah orang tua rohani kami di Kudus Jawa Tengah. Beberapa hari kami di sana. Sekali waktu sesudah sarapan pagi, ayah rohani kami bercerita tentang pengalaman pelayanannya kepada seorang nonkristen. Singkat cerita, orang tersebut mengalami sukacita besar melalui pelayanan beliau sehingga orang itu menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Bukan hanya itu. Ternyata orang yang dilayani  itu mempersembahkan sebuah rumah kepada ayah rohani kami sebagai ungkapan terima kasih dan rasa syukurnya. Apakah ayah rohani kami senang dengan pemberian ini? Tentu senang. Menghargainya pula.  Pemberian itu diterimanya. Tetapi menarik sekali bagi Saya, ternyata rumah pemberian itu justru diserahkannya kepada gereja. Beliau tidak menerimanya karena gereja lebih membutuhkannya.  Bagaimana kalau itu terjadi dalam pelayanan kita? Saya sulit menjawabnya. Apalagi kalau hamba Tuhan yang belum memiliki rumah sama sekali?

 Oh ketiga orang ini jelas bukan hamba UANG. Mereka hamba PUANG.  Jelas. Bagi saya sangat luar biasa mereka ini! Ini teladan yang sangat indah bagi kita yang menyebut diri sebagai hamba PUANG di mana dan kapan saja kita melayani, ke kota besar atau kota sedang atau kota kecil bahkan ke pedalaman terpencil! Berbeda dengan kisah seorang hamba Tuhan dan anaknya  yang sedang heboh sekarang ini di salah satu gereja di Surabaya. Uang gereja triliunan rupiah dipakai untuk kenikmatan diri dan keluarganya sendiri. Puluhan mobil mewah, rumah mewah, dan barang-barang antik, lahan-lahan besar, dan harta dunia lainnya telah dikumpulkannya selama puluhan tahun dan telah menjadi bagian dari pelayanannya.  Memilukan sekaligus amat memalukan perilaku seorang yang menyebut dirinya hamba PUANG tetapi sejatinya hamba UANG!

Mari kita semua yang menyebut diri sebagai hamba PUANG, janganlah lupa pada pesan firman Tuhan ini, "Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.  Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan" (1Timotius 6:10-11)?  Kita WAJIB bertanya, kita ini hamba siapakah? Hamba PUANG atau hamba UANG?  Bapa Surgawi mendengar jawaban kita yang jujur di hadapan-Nya. Kiranya Tuhan berbelaskasihan kepada kita sehingga Dia memampukan kita yang lemah ini menjadi hamba Puang sejati bukan hamba Uang.  Amin! (Rev. Hans).



Baca Terusannya »»  

“NYENYAK” TIDUR DI GEREJA

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Masing-masing orang tentu memiliki motivasi yang berbeda ketika mereka
hendak beribadah di gereja. Tetapi saya percaya bahwa di antara sekian
banyak motivasi, motivasi utama adalah untuk memuliakan Tuhan. Ketika
seseorang sungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan
Tuhan lewat ibadah, maka orang tersebut akan dapat menikmati
persekutuan dengan Tuhan, baik itu lewat doa, pujian dan Firman Tuhan
yang disampaikan hamba Tuhan. Ketika orang memiliki persiapan yang
sungguh-sungguh maka dia akan pulang dengan membawa sukacita dan
berkat-berkat dari Tuhan karena dia dapat mengalami perjumpaan dengan
Tuhan lewat ibadah. Orang seperti ini akan seperti ranting yang
menghasilkan buah-buah yang dikehendaki dan menyenangkan hati Tuhan.

Namun sangat menyedihkan ketika kita mengikuti ibadah tanpa persiapan
hati untuk berjumpa dengan Tuhan. Beberapa minggu ini saya mengamati
beberapa kejadian ketika jemaat mengikuti ibadah di gereja. Banyak
jemaat yang memiliki kebiasaan memindahkan tempat tidur di gereja, dan
sungguh aneh ketika di rumah tidak bisa tidur, tetapi ketika di gereja
begitu mudah untuk tertidur. Tidak menutup kemungkinan kejadian ini
terjadi di banyak gereja. Dan yang lebih menyedihkan lagi, seperti
yang saya lihat di satu gereja, orang-orang yang menyebut diri calon
hamba Tuhan dengan mudahnya tertidur di gereja sampai jemaat
geleng-geleng kepala melihatnya. Seharusnya mereka menjadi contoh bagi
jemaat, tetapi mereka malah menjadi batu sandungan.

Sebagai ranting, bagaimana mau menghasilkan buah kalau tiap ibadah
tertidur nyenyak di gereja. Firman Tuhan mengatakan: Akulah pokok
anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam
Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu
tidak dapat berbuat apa-apa. (Yohanes 15:5). Pertanyaannya: bagaimana
mau berbuah banyak, kalau ibadah saja dianggap remeh, bagaimana mau
berbuah banyak kalau ibadah hanya rutinitas tanpa mengalami perjumpaan
atau menyatu dengan pokok anggur itu. Pada akhirnya yang terjadi
adalah ranting itu mati karena tidak mendapat makanan dari pokok
anggur. Kalau ranting tidak mendapat suplai makanan pada akhirnya ia
akan mati, kalau sudah mati yang terjadi adalah seperti yang dikatakan
firman Tuhan: ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering,
kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar
(Yohanes 15:6). Marilah kita mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh
ketika kita mau beribadah, sehingga kita sungguh menghasilkan
buah-buah yang menyenagkan hati Tuhan. By: Adrianus Pasasa
Baca Terusannya »»  

Fwd: [GELORA45] Fw: KULIAH GRATIS... LANGSUNG KERJA!!

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***

Teman2 ykks, silakan dorong anak2 jemaat kita agar mau mendaftar ke sekolah gratis di bawah ini, untuk berkiprah dalam pemerintahan biar Indonesia ini menjadi bersih dan maju serta sejahtera!

Hans


---------- Pesan terusan ----------
Dari: K. Prawira <k.prawira@ymail.com>
Tanggal: 4 Maret 2013 18.31
Perihal: [GELORA45] Fw: KULIAH GRATIS... LANGSUNG KERJA!!
Kepada: GELORA In <GELORA45@yahoogroups.com>


 
Diunduh dari Wall FB Md Kartaprawira
Silahkan memanfaatkan.

Eva Kusuma Sundari (PDI Perjuangan)
KULIAH GRATIS...
LANGSUNG KERJA!!

Info yang mungkin berguna untuk anak sendiri, ponakan atau anak tetangga yg ingin kuliah tapi ga pengen membebani ortu. Juga, begitu tamat langsung ditempatkan di Kementrian/ Lembaga RI yg terkait.
8 Perguruan Tinggi Kedinasan membuka kesempatan sekolah:

1. STIS - di bawag Badan Pusat Statistik (dpt uang saku per bulaln Rp 850.000). Pendaftaran online 4 April - 20 Mei 2013 di www.stis.ac.id. Lokasi kuliah: Jakarta

2. AKAMIGAS - STEM Akademi Minyak dan Gas Bumi (Sekolah Tinggi Enerji & Mineral) di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI. Lokasi kuliah Cepu, Jawa Tengah (Kawasan Rig & pengeboran minyak). Info: www.akamigas-stem.esdm.go.id

3. MMTC - Sekolah Tinggi Multi Media Training Center di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kominfo). Pendaftara online: www.mmtc.ac.id. Lokasi kuliah:Yogyakarta

4. STSN - Sekolah Tinggi Sandi Negara di bawah Lembaga Sandi Negara. Pendaftaran online: www.stsn.nci.ac.id. Lokasi kuliah: Bogor

5. STKS - Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial di bawak Kementerian Sosial RI. Pendaftaran off line di Kemenkes RI Bandung, Yogyakarya, Padang, Banjarmasin, Makassar, Jayapura, Palu. Info: www.stks.ac.id

6. STPN - Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional di bawah Badan Pertanahan Nasional RI. Pendaftaran online: www.stpn.ac.id. Lokasi kuliah Yogyakarta

7. IPDN - Institut Pemerintahan Dalam Negeri di bawah Kementerian Dalam Negeri RI. Pendaftaran offline di bagian Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota seluruh Indonesia. Lokasi kuliah; Jakarta, Manado, Pekanbaru, Bukittinggi, Makassar.

8. AKIP - Akademi Ilmu Permasyarakatan di bawah Kementerian Hukum dan HAM. Pendaftaran online: www.depkumham.go.id atauwww.ecpns-kemenkumham.go.id. Lokasi kuliah: Depok
__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
Berita dan Tulisan yang disiarkan GELORA45-Group, sekadar untuk diketahui dan sebagai bahan pertimbangan kawan-kawan, tidak berarti pasti mewakili pendapat dan pendirian GELORA45.
.

__,_._,___





Baca Terusannya »»  

Berita Terkini

« »
« »
« »
Get this widget

Daftar Blog Saya

Komentar