Tulisan Jalan

Hidupku untuk mengharumkan nama-MU Jangan bersukcita ketika engkau berhasil dalam pelayanan, tetapi bersukcitalah karena namamu tercatat di Surga

Kau istimewa. Di seluruh dunia, tidak ada orang yang sepertimu. Sejak bumi diciptakan tidak ada orang lain yang sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki senyummu, tidak ada yang memiliki matamu, hidungmu, rambutmu, tanganmu, suaramu. Kau istimewa. Tidak ada orang lain yang memiliki tulisan yang sama denganmu. Tidak ada orang lain yang memiliki selera akan makanan, pakaian, musik, atau seni sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki cara pandang sepertimu. Sepanjang masa tidak ada orang lain yang tertawa sepertimu, tidak ada yang menangis sepertimu. Kaulah satu di antara seluruh ciptaan yang memiliki kemampuan seperti yang kau miliki. sampai selamanya, tidak akan ada orang yang akan pernah melihat, berbicara, berjalan, berpikir, atau bertindak seperti dirimu. Kau istimewa...kau langka. Tuhan telah menjadikanmu istimewa dengan satu tujuan yaitu MEMULIAKAN DIA

Cari Blog Ini

Selasa, 28 Januari 2014

JATUH PADA TEMPAT YANG SAMA

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Beberapa waktu lalu saya bersama rekan mengikuti seminar yang
diselengggarakan oleh salah satu penerbit dan toko buku Kristen di
kota Bandung. Kami berangkat agak pagi dari kampus karena takut
terjebak macet, namun macet yang kami hindari justru lebih dari yang
kami bayangkan. Perjalanan Palalangon-Bandung yang seharusnya ditempus
selama 1 jam, menjadi 4 jam. Penyebabnya ternyata ada kecelakaan
akibatnya terjadi macet yang berkepanjangan. Setelah mobil yang kami
tumpangi dekat dengan tempat kejadian barulah terlihat jelas apa yang
terjadi, ada kecelakaan tunggal, di mana mobil pengangkut sampah
terbalik di salah satu tikungan jalan. Syukurlah setelah melewati
tempat kejadian, perjalanan kami menjadi lancar kembali, walaupun
terlambat sampai di tempat seminar. Kurang lebih 2 jam kami mengikuti
seminar, kami memutuskan untuk melakukan perjalanan kembali ke
Palalangon. Setelah keluar gerbang Tol Padalarang, ternyata kejadian
yang tadi pagi kami alami, terjadi lagi yaitu macet yang
berkepanjangan. Dalam hati kami bertanya, apa lagi yang terjadi!
Setelah bertanya kepada orang yang lalu lalang berjualan diantara
deretan kendaraan yang terjebak macet, kami memperoleh jawaban, yaitu
kejadian yang sama terjadi lagi di tempat yang sama. Mobil pengangkut
sampah terbalik lagi di tempat yang sama.

Kejadian di atas menjadi gambaran dalam kehidupan kita sehari-hari.
Seringkali kita juga terjebak dan terjatuh di tempat yang sama. Tanpa
sadar kita melakukan kesalahan-kesalahan yang pernah membuat kita
jatuh. Kita tidak mau belajar dari kejadian-kejadian yang membawa
dampak buruk dalam perjalanan kehidupan kita, akibatnya yang kita
jumpai dalam kehidupan ini adalah kegagalan dan kegagalan. Supaya
tidak jatuh pada kesalahan-kesalahan yang sama, marilah kita belajar
dari Sang guru Agung kita Yesus Kristus. Dia mengatakan: "Pikullah kuk
yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan
rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan" (Matius 11:29). Yesus
mengatakan belajarlah padaKu! Pertanyaannya, bagaimana cara belajar?
Jangan kuatir, syaratnya sederhana "apakah kita mau belajar", Dia yang
lemah lembut dan rendah hati selalu siap untuk mengajar kita.
Bagaimana, apakah sudah siap untuk belajar! Jika sudah, siapkah
waktumu untuk berjumpa secara pribadi dengan Yesus melalui doa, kenal
Dia lebih jauh melalui FirmaNya yang tertulis di Alkitab (baca
Alkitab), berikan waktumu untuk berbincang-bincang dengan Dia
(renungkan firmanNya), apa yang Dia mau ajarakan di dalam setiap
pertemuan (lakukan apa yang diperintahkan). Hasil dari pembelajaran
adalah jiwa yang tenang, bukan jiwa yang gelisah karena dikejar-kejar
rasa bersalah. By: Adrianus Pasasa
Baca Terusannya »»  

Kamis, 23 Januari 2014

MANUSIA VS ALAM

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Beberapa hari ini cuaca di hapir seluruh Indonesia kurang bersahabat.
Hujan di mana-mana telah mendatangkan bercana yang tidak hanya
mennyebabkan kerugian materi, tetapi juga merenggut nyawa manusia.
Jika kita mendengar syair lagu dari Ebit yang mengatakan, mungkin alam
ini sudah mulai bosan bersahabat dengan manusia". Melihat apa yang
terjadi sekarang ini, bencana-di mana-mana (banjir, tanah longsor,
gunung meletus, banjir bandang, dan bencana alam lainnya), mungkin
kita akan berkata syair itu tergenapi. Mengapa alam begitu tidak
bersahabat lagi dengan manusia, apakah alam yang salah yang memberikan
bencana bertubi-tubi kepada manusia, atau sebaliknya manusia yang
telah merusak persahabatan dengan alam! Alam rusak karena keserakahan
manusia, mau menaklukkan alam! Sungguh ironis, hubungan yang dulunya
harmonis kini rusak akibat kesombongan dan keserakahan manusia.

Kesombongan dan keserakahan manusia bermula dari kejatuhannya dalam
dosa. Kejatuhan manusia dalam dosa tidak hanya merusak hubungan dengan
penciptanya (Allah), tetapi juga merusak hubungan dengan sesamanya dan
lingkungannya. Manusia yang telah jatuh dalam dosa memiliki
kecenderungan untuk berbuat yang jahat, diantaranya merusak alam ini.
Jadi bencana yang manusia alami selama ini, adalah akibat dari ulah
mereka sendiri. Mari kita belajar untuk menghargai alam ini, alam yang
indah ini seharusnya mendatangkan kesukaan bagi manusia, tetapi
kenyataan yang terjadi malah sebaliknya yaitu penderitaan. Langkah
pertama yang perlu kita lakukan adalah memperbaiki dan menjaga
hubungan harmonisasi dengan Allah Sang pencipta alam semesta ini.
Hubungan yang baik dengan Allah, dengan sendirinya akan memperbaiki
hubungan kita dengan sesama dan alam ciptaanNya. Hubungan yang tidak
harmonis dengan Allah, akan berdampak pada sifat manusia yang
cenderung serakah dan melakukan yang bertentangan dengan Allah. By:
Adrianus Pasasa (21/1/2014)
Baca Terusannya »»  

Selasa, 21 Januari 2014

MENCARI PEMIMPIN YANG IDEAL

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Keluaran 17:8-16
Oleh: Adrianus Pasasa, M.A

Banyak orang mengatakan bahwa tahun 2014 adalah tahun politik, tahun
di mana bangsa Indonesia mengadakan perhelatan besar yaitu pesta
demokrasi untuk memiliki pemimpin-pemimpin yang akan memimpin bangsa
ini lima tahun ke depan. Banyak calon yang bermunculan baik yang
dicalonkan maupun yang mencalonkan diri mereka sendiri. Iklan bakal
calon banyak bermunculan, baik lewat spanduk yang dipasang di
jalan-jalan, lewat berbagai media, baik media cetak, elektronik,
maupun internet. Semuanya memberikan janji-janji perubahan kearah yang
lebih baik.

Jika kita menyimak berita yang dimuat maupun yang ditayangkan berbagai
media akhir-akhir ini, banyak yang bernada negative melihat kondisi
bangsa ini. Seakan-akan bangsa ini kehilangan pengharapan lagi untuk
bangkit dari keterpurukannya. Bilveer Singh, professor politik dan
pengamat Indonesia dari departemen Ilmu Politik Universitas Nasional
Singapura (UNS) dalam wawancara dengan Kompas (Selasa, 14/1),
mengatakan bahwa komptesiti politik yang sangat besar dan hirup pikuk
politik itu bagus. Namun apakah semuanya itu akan berujung pada
perubahan positif di Indonesia? Singh juga ragu apakah Indinesia akan
menemukan sistim politik yang paling tepat dalam waktu dekat, karena
terlalu banyak pemangku kepentingan di Indonesia yang picik dan
berpikir jangka pendek. Selanjutnya Singh mengatakan meskipun ada 100
Jokowi muncul, perubahan akan tetap sulit dilakukan. Menurut Singh,
untuk menyembuhkan bangsa ini sudah tidak bisa lagi menggunakan jamu,
tetapi harus melakukan operasi bedah yang agresif untuk menyembuhkan
Indonesia (Kompas, Jumat 17 Januari, 2014:4).

Begitu parahnyakah keadaan Indonesia, sehingga Negara ini terus
dipandang sebagai Negara dunia ketiga karena kelemahannya? Dimana
letak penyakitnya sehingga bangsa ini dalam keadaan kronis? Pemimpin
ideal semacam apa yang dapat membawa bangsa ini mengalami kesembuhan?
Kalau kita kembali menyimak model kepemimpinan yang ada di dalam
Alkitab, khususnya dalam Keluaran 17:8-16, di situ kita dapat menyimak
pola yang digunakan Musa sebagai seorang pemimpin di dalam menghadapi
peperangan dengan orang Amalek. Ada tiga hal yang dapat dijadikan
pedoman di dalam mencari pemimpin yang ideal, yaitu:
1. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang mampu memimpin bawahanya.
Musa adalah pemimpin yang mampu memimpin bawahannya, hal ini terlihat
ketika Musa memerintahkan Yosua untuk memilih orang-orang yang akan
pergi berperang melawan Amalek. Yosua sebagai bawahan melakukan
seperti apa yang dikatakan oleh Musa pemimpinnya (ayat 10). Hal ini
dapat menjadi cerminan bagi para pemimpin bangsa Indonesia. Kalau kita
melihat kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemimpin bangsa ini,
tidak semuanya dilakukan oleh bawahannya, bahkan banyak
kebijakan-kebijakan yang tidak terlaksana karena apa yang
diperintahkan pemimpin tidak dilaksanakan pada tingkat bawah.
2. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang terjun langsung menangani
persoalan bersama bawahannya. Musa sebagai seorang pemimpin tidak
hanya main perintah, tetapi Musa terjun langsung dan terlibat di dalam
peperangan yang sedang dihadapi bawahannya. Dikatakan Musa berdiri di
puncak bukit dengan memegang tongkat Allah di tangannya, apabila Musa
mengangkat tangannya maka kuatlah Israel, apabila, Ia menurunkan
tangannya maka lebih kuatlah Amalek. Hal ini sudah dicontohkan oleh
pimpinan DKI Jakarta, Jokowi yang melakukan "blusukan" untuk melihat
langsung kondisi masyarakat yang dipimpinnya. Jika hal ini dilakukan
oleh semua pemimpin bangsa ini, mulai dari tingkat Presiden sampai ke
tingkat paling bawah RT, maka niscaya bangsa ini akan sembuh dari
penyakitnya.
3. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang mau bekerjasama dan
berbagi dengan bawahannya. Dalam ayat 12 dikatakan: "maka penatlah
tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu, diletakkan
dibawahnya, supaya ia duduk di atasnya; Harun dan Hur menopang kedua
belah tangannya, seseorang di sisi yang stu dan seseorang di sisi yang
lainnya, sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam".
Seorang pemimpin bukanlah "supermen" yang mampu melakukan segalanya,
seorang pemimpin juga punya kelemahan dan keterbatasan, oleh karena
itu ia membutuhkan topangan dari orang lain. Sebagai seorang pemimpin,
Musa juga punya batas kekuatan, ketika ia mengalami kelemahan ia
membutuhkan topang dari Harun dan Hur. Pemimpin yang merasa mampu
melakukan segala sesuatu tanpa topangan orang lain, bukanlah tipe
pemimpin yang ideal. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang
menyadari bahwa dirinya punya keterbatasan, dan ia membutuhkan
topangan orang lain. Apa yang terjadi di Indonesia saat ini adalah
banyak pemimpin yang merasa mampu melakukan segala sesuatu, mereka
mengerjakan yang tidak berdasarkan kemampuannya, hasilnya? banyak juga
yang mampu bekerja sama, menopang satu dengan yang lain, tetapi dengan
tujuan yang negative, misalnya bekerjasama merusak bangsa ini melalui
tindakan korupsi berjemaah.

Jika ketiga hal di atas ada dalam diri pemimpin bangsa ini, maka
bangsa ini akan perlahan-lahan mengalami kesembuhan dan mengalahkan
penyakitnya. Pola kepemimpinan yang diterapkan Musa dalam menghadapai
orang Amalek membuahkan hasil yaitu mereka mampu mengalahkan orang
Amalek (ayat 10). Bangsa Indonesia butuh pemimpin yang memiliki ketiga
hal ini. Doakan supaya pemimpin-pemimpin yang terpilih nanti adalah
pemimpin yang memiliki hati yang takut akan Tuhan, karena ketiga hal
ini akan tercermin di dalam diri pemimpin yang takut akan Tuhan,
pemimpin seperti inilah yang mampu membawa perubahan. Semoga tulisan
singkat ini dapat menjadi inspirasi bagi kita di dalam menentukan
pilihan di dalam pesta demokrasi tahun ini. Amin
Baca Terusannya »»  

Berita Terkini

« »
« »
« »
Get this widget

Daftar Blog Saya

Komentar