Tulisan Jalan

Hidupku untuk mengharumkan nama-MU Jangan bersukcita ketika engkau berhasil dalam pelayanan, tetapi bersukcitalah karena namamu tercatat di Surga

Kau istimewa. Di seluruh dunia, tidak ada orang yang sepertimu. Sejak bumi diciptakan tidak ada orang lain yang sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki senyummu, tidak ada yang memiliki matamu, hidungmu, rambutmu, tanganmu, suaramu. Kau istimewa. Tidak ada orang lain yang memiliki tulisan yang sama denganmu. Tidak ada orang lain yang memiliki selera akan makanan, pakaian, musik, atau seni sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki cara pandang sepertimu. Sepanjang masa tidak ada orang lain yang tertawa sepertimu, tidak ada yang menangis sepertimu. Kaulah satu di antara seluruh ciptaan yang memiliki kemampuan seperti yang kau miliki. sampai selamanya, tidak akan ada orang yang akan pernah melihat, berbicara, berjalan, berpikir, atau bertindak seperti dirimu. Kau istimewa...kau langka. Tuhan telah menjadikanmu istimewa dengan satu tujuan yaitu MEMULIAKAN DIA

Cari Blog Ini

Selasa, 21 Januari 2014

MENCARI PEMIMPIN YANG IDEAL

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku*** Keluaran 17:8-16
Oleh: Adrianus Pasasa, M.A

Banyak orang mengatakan bahwa tahun 2014 adalah tahun politik, tahun
di mana bangsa Indonesia mengadakan perhelatan besar yaitu pesta
demokrasi untuk memiliki pemimpin-pemimpin yang akan memimpin bangsa
ini lima tahun ke depan. Banyak calon yang bermunculan baik yang
dicalonkan maupun yang mencalonkan diri mereka sendiri. Iklan bakal
calon banyak bermunculan, baik lewat spanduk yang dipasang di
jalan-jalan, lewat berbagai media, baik media cetak, elektronik,
maupun internet. Semuanya memberikan janji-janji perubahan kearah yang
lebih baik.

Jika kita menyimak berita yang dimuat maupun yang ditayangkan berbagai
media akhir-akhir ini, banyak yang bernada negative melihat kondisi
bangsa ini. Seakan-akan bangsa ini kehilangan pengharapan lagi untuk
bangkit dari keterpurukannya. Bilveer Singh, professor politik dan
pengamat Indonesia dari departemen Ilmu Politik Universitas Nasional
Singapura (UNS) dalam wawancara dengan Kompas (Selasa, 14/1),
mengatakan bahwa komptesiti politik yang sangat besar dan hirup pikuk
politik itu bagus. Namun apakah semuanya itu akan berujung pada
perubahan positif di Indonesia? Singh juga ragu apakah Indinesia akan
menemukan sistim politik yang paling tepat dalam waktu dekat, karena
terlalu banyak pemangku kepentingan di Indonesia yang picik dan
berpikir jangka pendek. Selanjutnya Singh mengatakan meskipun ada 100
Jokowi muncul, perubahan akan tetap sulit dilakukan. Menurut Singh,
untuk menyembuhkan bangsa ini sudah tidak bisa lagi menggunakan jamu,
tetapi harus melakukan operasi bedah yang agresif untuk menyembuhkan
Indonesia (Kompas, Jumat 17 Januari, 2014:4).

Begitu parahnyakah keadaan Indonesia, sehingga Negara ini terus
dipandang sebagai Negara dunia ketiga karena kelemahannya? Dimana
letak penyakitnya sehingga bangsa ini dalam keadaan kronis? Pemimpin
ideal semacam apa yang dapat membawa bangsa ini mengalami kesembuhan?
Kalau kita kembali menyimak model kepemimpinan yang ada di dalam
Alkitab, khususnya dalam Keluaran 17:8-16, di situ kita dapat menyimak
pola yang digunakan Musa sebagai seorang pemimpin di dalam menghadapi
peperangan dengan orang Amalek. Ada tiga hal yang dapat dijadikan
pedoman di dalam mencari pemimpin yang ideal, yaitu:
1. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang mampu memimpin bawahanya.
Musa adalah pemimpin yang mampu memimpin bawahannya, hal ini terlihat
ketika Musa memerintahkan Yosua untuk memilih orang-orang yang akan
pergi berperang melawan Amalek. Yosua sebagai bawahan melakukan
seperti apa yang dikatakan oleh Musa pemimpinnya (ayat 10). Hal ini
dapat menjadi cerminan bagi para pemimpin bangsa Indonesia. Kalau kita
melihat kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemimpin bangsa ini,
tidak semuanya dilakukan oleh bawahannya, bahkan banyak
kebijakan-kebijakan yang tidak terlaksana karena apa yang
diperintahkan pemimpin tidak dilaksanakan pada tingkat bawah.
2. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang terjun langsung menangani
persoalan bersama bawahannya. Musa sebagai seorang pemimpin tidak
hanya main perintah, tetapi Musa terjun langsung dan terlibat di dalam
peperangan yang sedang dihadapi bawahannya. Dikatakan Musa berdiri di
puncak bukit dengan memegang tongkat Allah di tangannya, apabila Musa
mengangkat tangannya maka kuatlah Israel, apabila, Ia menurunkan
tangannya maka lebih kuatlah Amalek. Hal ini sudah dicontohkan oleh
pimpinan DKI Jakarta, Jokowi yang melakukan "blusukan" untuk melihat
langsung kondisi masyarakat yang dipimpinnya. Jika hal ini dilakukan
oleh semua pemimpin bangsa ini, mulai dari tingkat Presiden sampai ke
tingkat paling bawah RT, maka niscaya bangsa ini akan sembuh dari
penyakitnya.
3. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang mau bekerjasama dan
berbagi dengan bawahannya. Dalam ayat 12 dikatakan: "maka penatlah
tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu, diletakkan
dibawahnya, supaya ia duduk di atasnya; Harun dan Hur menopang kedua
belah tangannya, seseorang di sisi yang stu dan seseorang di sisi yang
lainnya, sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam".
Seorang pemimpin bukanlah "supermen" yang mampu melakukan segalanya,
seorang pemimpin juga punya kelemahan dan keterbatasan, oleh karena
itu ia membutuhkan topangan dari orang lain. Sebagai seorang pemimpin,
Musa juga punya batas kekuatan, ketika ia mengalami kelemahan ia
membutuhkan topang dari Harun dan Hur. Pemimpin yang merasa mampu
melakukan segala sesuatu tanpa topangan orang lain, bukanlah tipe
pemimpin yang ideal. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang
menyadari bahwa dirinya punya keterbatasan, dan ia membutuhkan
topangan orang lain. Apa yang terjadi di Indonesia saat ini adalah
banyak pemimpin yang merasa mampu melakukan segala sesuatu, mereka
mengerjakan yang tidak berdasarkan kemampuannya, hasilnya? banyak juga
yang mampu bekerja sama, menopang satu dengan yang lain, tetapi dengan
tujuan yang negative, misalnya bekerjasama merusak bangsa ini melalui
tindakan korupsi berjemaah.

Jika ketiga hal di atas ada dalam diri pemimpin bangsa ini, maka
bangsa ini akan perlahan-lahan mengalami kesembuhan dan mengalahkan
penyakitnya. Pola kepemimpinan yang diterapkan Musa dalam menghadapai
orang Amalek membuahkan hasil yaitu mereka mampu mengalahkan orang
Amalek (ayat 10). Bangsa Indonesia butuh pemimpin yang memiliki ketiga
hal ini. Doakan supaya pemimpin-pemimpin yang terpilih nanti adalah
pemimpin yang memiliki hati yang takut akan Tuhan, karena ketiga hal
ini akan tercermin di dalam diri pemimpin yang takut akan Tuhan,
pemimpin seperti inilah yang mampu membawa perubahan. Semoga tulisan
singkat ini dapat menjadi inspirasi bagi kita di dalam menentukan
pilihan di dalam pesta demokrasi tahun ini. Amin

Tidak ada komentar:

Berita Terkini

« »
« »
« »
Get this widget

Daftar Blog Saya

Komentar