Judul : Hiduplah Dalam Ketaatan dan Nikmati segala berkat-Nya
Nats : Ulangan 27:1-26
Tujuan :
Pendahuluan
Ada sekolah berasrama yang salah satu aturannya melarang siswanya untuk berpacaran selama studynya belum selesai, jika aturan ini dilanggar maka konsekuensinya sipelanggar akan dikeluarkan.
Penguraian:
Kitab Ulangan mengulang dan menekankan kembali perjanjian yang dibuat antara bangsa Israel dengan Allah di Sinai. Musa dan para tua-tua Israel mendorong umat Israel supaya melaksanakan peraturan-peraturan dan terus mendorong supaya bangsa Israel menyerahkan diri kepada kehendak Allah. Kitab ini menggambarkan kehidupan yang berbahagia dalam persekutuan dengan Allah sambil menikmati segala berkat-Nya. Dan juga menggambarkan akibat yang akan terjadi jika mereka melalaikan perjanjian. Musa dan para tua-tua Israel kembali memerintahkan kepada bangsa Israel sebelum memasuki tanah perjanjian untuk tetap mengingat dan berpegang pada perintah Tuhan. Musa mengingatkan kepada bangsa Israel apa artinya menjadi umat Allah.
Perintah sebelum memasuki tanah perjanjian: Berpegang pada segenap perintah Allah. Menegakkan batu-batu besar dan mengapurnya lalu menuliskan segala perkataan hukum Taurat pada batu itu. Kedua, sesudah memasuki tanah perjanjian batu-batu itu ditegakkan di gunung Ebal, dan disana juga didirikan mezbah untuk Tuhan dan diatasnya harus dipersembahkan persembahan keselamatan dan persembahan untuk Tuhan. Perintah yang sama sebelum memasuki tanah perjanjian kembali di tegaskan yaitu menuliskan segala pertakaan hukum taurat dengan jelas dan terang pada batu-batu itu. Selanjutnya pada ayat 10 kembali ditegaskan kepada bangsa Israel bahwa mereka adalah umat kepunyaan TUHAN, jadi mereka mendengar suara Tuhan, melakukan perintah dan ketetapanNya.
Kita sebagai Israel rohani yang juga adalah umat kepunyaannya menerima perintah yang sama untuk selalu menuliskan segenap firmanNya di dalam hati kita, mendirikan mesbah pribadi maupun keluarga yang diatasnya dipersembahkan persembahan untuk menyenangkan Tuhan.
Saudaraku, firman Tuhan dengan sangat jelas melukiskan bagaimana hukum taurat mendatangkan hukuman dan kematian.
Memiliki Ketaatan
Allah menghendaki bangsa Israel selalu hidup di dalam ketaatan. Pada ayat 9 dan 10 Musa dan imam-imam orang Lewi berbicara kepada seluruh orang Israel: Pada hari ini engkau telah menjadi umat Tuhan, Allahmu. Sebab itu engkau harus mendengarkan suara Tuhan Allahmu, dan melakukan perintah dan ketetapanNya yang kusampaikan padamu pada hari ini.
Kesalahan umat Israel sejak dahulu adalah sikap pemberontakannya/ketidaktaatan kepada Allah dan sering jatuh dalam penyembahan berhala. Salah satu yang diberhalakan adalah sifat kesatuan kelompok yang cenderung menjadi arogansi kelompok. Ketika dibebaskan dari perbudakan di Mesir kemudian secara kelompok mengikut Musa keluar dari Mesir, mereka menolak Musa dan membuat berhala anak lembu dari emas sebagai pengganti Yahweh/Elohim (Kel.32:1-6), itulah sebabnya generasi Israel itu dihukum berputar-putar selama 40 tahun di gurun Sinai sampai habis.
Ketika berada di Kanaan arogansi kelompok itu dinyatakan dengan meminta seorang raja sebagai ganti Yahweh sebagai raja mereka (1Samuel 8:6-7). Pemberontakan yang terus terjadi menyebabkan mereka dihukum dalam pembuangan ke Siria dan kemudian Babel. Sekalipun pada masa Ezra dan Nehemia mereka diperkenankan pulang dan membangun Bait Allah, sikap mereka terhadap Yahweh tetap keras, bahkan ketika Messias Yesus turun ke bumi mereka menyalibkan Dia dan dengan mengatas-namakan kelompok berani menanggung akibatnya agar tertanggung atas mereka (Matius 27:23-25).
Gerakan Zionisme bukanlah berkat perjanjian Tuhan melainkan gerakan politik (sebagian besar orang Israel tidak lagi percaya Yahweh), itulah sebabnya dalam mencapai kemerdekaan Israel dan keamanannya, mereka tidak segan membumi hanguskan lawan-lawannya. Israel sebagai keturunan waris perjanjian Abraham yang seharusnya menjadi berkat bagi bangsa-bangsa di sekelilingnya sekali lagi telah gagal melaksanakan misi Tuhan untuk menjadi berkat. Jadi ketaatan menuntut kerendahan hati.
Implikasi dari Ketaatan
Hidup dalam firman-Nya; berarti hidup dalam roh bukan dalam kedagingan.
Melalui ketaatan kita akan selalu hidup dalam Firman-Nya. Jika sudah hidup dalam firmanNya maka pasti menjadi berkat bagi orang lain. Ketaatan menuntut kerendahan hati. Berkat Allah kepada Abraham diteruskan melalui Tuhan Yesus agar para pengikut Yesus juga menjadi berkat.
Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.” (Galatia 3:14)
Pertanyaannya, bagaimana dengan Umat Kristen? Umat Kristen juga sebagai ‘Israel Rohani’ menerima perjanjian berkat keselamatan dari Tuhan Yesus, Allah yang menjadi daging.
Bagaimana dengan kita sebagai umat Kristen yang telah diberkati dengan keselamatan, apakah kita telah menjadi berkat bagi orang lain? Pernah ada poster dari Korea yang menunjukkan karikatur gereja besar (mega church). Yang menarik adalah, lukisan gereja itu diberi mata yang meneteskan air mata, dan mata itu digambarkan melihat kawasan disekelilingnya yang berisi rumah-rumah gubuk.
Umat Kristen telah diberkati, namun berkat itu bukan untuk dinikmati diri sendiri, melainkan mereka dipanggil agar menjadi berkat bagi sesama manusia dan bangsa-bangsa lain. Karena itu umat Kristen jangan mengulang arogansi kelompok umat Israel melainkan hendaknya ia taat kepada Tuhan Yesus yang telah mengasihi kita agar kitapun menjadi berkat dan mengasihi sesama kita. Diberkati agar menjadi berkat. Abraham akan diberkati agar menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain.
Implikasi dari Ketidaktaatan
Pelanggaran yang dibahas adalah tentang dosa-dosa tersembunyi yang sangat mungkin lolos dari pengawasan manusia sehingga tidak bisa dihukum. (bd Ayub 31:24-28). 12 kali ucapan kutuk di atas gunung Ebal (27:15-26). Orang-orang yang terkutuk adalah mereka yang secara diam-diam :
- Melanggar tuntutan Allah untuk menghormati diriNya (ay 15). Penyembah berhala, menurut Marthin Luter, berhala adalah segala sesuatu yang bukan Allah tetapi darinya kita mencari segala yang baik bagi kita, yang kepadanya kita memberi hati, kepercayaan, kasih, pengharapan, pikiran, tenaga, dan seluruh orientasi hidup.
- Tidak menghormati pihak berwewenang dengan sah (ay 16)
- Tidak menghormati kebenaran (ay 17-19)
- Tidak menghomati keluarga (ay 20-23)
- Tidak menghormati kehidupan manusia (ay 24,25)
- Tidak menghormati perjanjian Allah (ay 26)
Tidak sepata kata pun berkat yang diucapkan dari gunung Gerizim mengapa demikian, ini menggambarkan bahwa sistim taurat tidak sanggup memberikan berkat. Di dalam kutuk taurat tidak terdapat sukacita tetapi ada sukacita pada mezbah yang telah melepaskan kita dari kutuk. Mezbah melambangkan golgota. Kristus telah melepaskan kita dari kutuk hukum taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita. (Gal 3:13).
Penutup
Di dalam Amsal 13:13 Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan. Orang yang hidup dalam firmanNya dalam hidupnya akan nampak: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, sehingga orang-orang yang berada disekitarnya akan merasakan pengaruhnya. Orang yang hidup dalam firmanNya mengerti apa yang menjadi kehendak Allah. Seperti ikan yang hidup di dalam laut tetapi tidak ikut asin
Saudaraku, yakinlah bahwa kita ini adalah umat kepunyaan Allah yang telah dilepaskan dari kutuk hukum Taurat dengan jalan digantung di atas kayu salib oleh sebab itu dengarkanlah suaraNya, lakukan perintah dan ketetapanNya. Jika itu terjadi dalam hidupmu, maka engkau akan berkenan dihadapanNya dan akan memperoleh janji-janjiNya.
Nats : Ulangan 27:1-26
Tujuan :
Pendahuluan
Ada sekolah berasrama yang salah satu aturannya melarang siswanya untuk berpacaran selama studynya belum selesai, jika aturan ini dilanggar maka konsekuensinya sipelanggar akan dikeluarkan.
Penguraian:
Kitab Ulangan mengulang dan menekankan kembali perjanjian yang dibuat antara bangsa Israel dengan Allah di Sinai. Musa dan para tua-tua Israel mendorong umat Israel supaya melaksanakan peraturan-peraturan dan terus mendorong supaya bangsa Israel menyerahkan diri kepada kehendak Allah. Kitab ini menggambarkan kehidupan yang berbahagia dalam persekutuan dengan Allah sambil menikmati segala berkat-Nya. Dan juga menggambarkan akibat yang akan terjadi jika mereka melalaikan perjanjian. Musa dan para tua-tua Israel kembali memerintahkan kepada bangsa Israel sebelum memasuki tanah perjanjian untuk tetap mengingat dan berpegang pada perintah Tuhan. Musa mengingatkan kepada bangsa Israel apa artinya menjadi umat Allah.
Perintah sebelum memasuki tanah perjanjian: Berpegang pada segenap perintah Allah. Menegakkan batu-batu besar dan mengapurnya lalu menuliskan segala perkataan hukum Taurat pada batu itu. Kedua, sesudah memasuki tanah perjanjian batu-batu itu ditegakkan di gunung Ebal, dan disana juga didirikan mezbah untuk Tuhan dan diatasnya harus dipersembahkan persembahan keselamatan dan persembahan untuk Tuhan. Perintah yang sama sebelum memasuki tanah perjanjian kembali di tegaskan yaitu menuliskan segala pertakaan hukum taurat dengan jelas dan terang pada batu-batu itu. Selanjutnya pada ayat 10 kembali ditegaskan kepada bangsa Israel bahwa mereka adalah umat kepunyaan TUHAN, jadi mereka mendengar suara Tuhan, melakukan perintah dan ketetapanNya.
Kita sebagai Israel rohani yang juga adalah umat kepunyaannya menerima perintah yang sama untuk selalu menuliskan segenap firmanNya di dalam hati kita, mendirikan mesbah pribadi maupun keluarga yang diatasnya dipersembahkan persembahan untuk menyenangkan Tuhan.
Saudaraku, firman Tuhan dengan sangat jelas melukiskan bagaimana hukum taurat mendatangkan hukuman dan kematian.
Memiliki Ketaatan
Allah menghendaki bangsa Israel selalu hidup di dalam ketaatan. Pada ayat 9 dan 10 Musa dan imam-imam orang Lewi berbicara kepada seluruh orang Israel: Pada hari ini engkau telah menjadi umat Tuhan, Allahmu. Sebab itu engkau harus mendengarkan suara Tuhan Allahmu, dan melakukan perintah dan ketetapanNya yang kusampaikan padamu pada hari ini.
Kesalahan umat Israel sejak dahulu adalah sikap pemberontakannya/ketidaktaatan kepada Allah dan sering jatuh dalam penyembahan berhala. Salah satu yang diberhalakan adalah sifat kesatuan kelompok yang cenderung menjadi arogansi kelompok. Ketika dibebaskan dari perbudakan di Mesir kemudian secara kelompok mengikut Musa keluar dari Mesir, mereka menolak Musa dan membuat berhala anak lembu dari emas sebagai pengganti Yahweh/Elohim (Kel.32:1-6), itulah sebabnya generasi Israel itu dihukum berputar-putar selama 40 tahun di gurun Sinai sampai habis.
Ketika berada di Kanaan arogansi kelompok itu dinyatakan dengan meminta seorang raja sebagai ganti Yahweh sebagai raja mereka (1Samuel 8:6-7). Pemberontakan yang terus terjadi menyebabkan mereka dihukum dalam pembuangan ke Siria dan kemudian Babel. Sekalipun pada masa Ezra dan Nehemia mereka diperkenankan pulang dan membangun Bait Allah, sikap mereka terhadap Yahweh tetap keras, bahkan ketika Messias Yesus turun ke bumi mereka menyalibkan Dia dan dengan mengatas-namakan kelompok berani menanggung akibatnya agar tertanggung atas mereka (Matius 27:23-25).
Gerakan Zionisme bukanlah berkat perjanjian Tuhan melainkan gerakan politik (sebagian besar orang Israel tidak lagi percaya Yahweh), itulah sebabnya dalam mencapai kemerdekaan Israel dan keamanannya, mereka tidak segan membumi hanguskan lawan-lawannya. Israel sebagai keturunan waris perjanjian Abraham yang seharusnya menjadi berkat bagi bangsa-bangsa di sekelilingnya sekali lagi telah gagal melaksanakan misi Tuhan untuk menjadi berkat. Jadi ketaatan menuntut kerendahan hati.
Implikasi dari Ketaatan
Hidup dalam firman-Nya; berarti hidup dalam roh bukan dalam kedagingan.
Melalui ketaatan kita akan selalu hidup dalam Firman-Nya. Jika sudah hidup dalam firmanNya maka pasti menjadi berkat bagi orang lain. Ketaatan menuntut kerendahan hati. Berkat Allah kepada Abraham diteruskan melalui Tuhan Yesus agar para pengikut Yesus juga menjadi berkat.
Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.” (Galatia 3:14)
Pertanyaannya, bagaimana dengan Umat Kristen? Umat Kristen juga sebagai ‘Israel Rohani’ menerima perjanjian berkat keselamatan dari Tuhan Yesus, Allah yang menjadi daging.
Bagaimana dengan kita sebagai umat Kristen yang telah diberkati dengan keselamatan, apakah kita telah menjadi berkat bagi orang lain? Pernah ada poster dari Korea yang menunjukkan karikatur gereja besar (mega church). Yang menarik adalah, lukisan gereja itu diberi mata yang meneteskan air mata, dan mata itu digambarkan melihat kawasan disekelilingnya yang berisi rumah-rumah gubuk.
Umat Kristen telah diberkati, namun berkat itu bukan untuk dinikmati diri sendiri, melainkan mereka dipanggil agar menjadi berkat bagi sesama manusia dan bangsa-bangsa lain. Karena itu umat Kristen jangan mengulang arogansi kelompok umat Israel melainkan hendaknya ia taat kepada Tuhan Yesus yang telah mengasihi kita agar kitapun menjadi berkat dan mengasihi sesama kita. Diberkati agar menjadi berkat. Abraham akan diberkati agar menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain.
Implikasi dari Ketidaktaatan
Pelanggaran yang dibahas adalah tentang dosa-dosa tersembunyi yang sangat mungkin lolos dari pengawasan manusia sehingga tidak bisa dihukum. (bd Ayub 31:24-28). 12 kali ucapan kutuk di atas gunung Ebal (27:15-26). Orang-orang yang terkutuk adalah mereka yang secara diam-diam :
- Melanggar tuntutan Allah untuk menghormati diriNya (ay 15). Penyembah berhala, menurut Marthin Luter, berhala adalah segala sesuatu yang bukan Allah tetapi darinya kita mencari segala yang baik bagi kita, yang kepadanya kita memberi hati, kepercayaan, kasih, pengharapan, pikiran, tenaga, dan seluruh orientasi hidup.
- Tidak menghormati pihak berwewenang dengan sah (ay 16)
- Tidak menghormati kebenaran (ay 17-19)
- Tidak menghomati keluarga (ay 20-23)
- Tidak menghormati kehidupan manusia (ay 24,25)
- Tidak menghormati perjanjian Allah (ay 26)
Tidak sepata kata pun berkat yang diucapkan dari gunung Gerizim mengapa demikian, ini menggambarkan bahwa sistim taurat tidak sanggup memberikan berkat. Di dalam kutuk taurat tidak terdapat sukacita tetapi ada sukacita pada mezbah yang telah melepaskan kita dari kutuk. Mezbah melambangkan golgota. Kristus telah melepaskan kita dari kutuk hukum taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita. (Gal 3:13).
Penutup
Di dalam Amsal 13:13 Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan. Orang yang hidup dalam firmanNya dalam hidupnya akan nampak: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, sehingga orang-orang yang berada disekitarnya akan merasakan pengaruhnya. Orang yang hidup dalam firmanNya mengerti apa yang menjadi kehendak Allah. Seperti ikan yang hidup di dalam laut tetapi tidak ikut asin
Saudaraku, yakinlah bahwa kita ini adalah umat kepunyaan Allah yang telah dilepaskan dari kutuk hukum Taurat dengan jalan digantung di atas kayu salib oleh sebab itu dengarkanlah suaraNya, lakukan perintah dan ketetapanNya. Jika itu terjadi dalam hidupmu, maka engkau akan berkenan dihadapanNya dan akan memperoleh janji-janjiNya.