Nats: Yehezkiel 2:1-8; 3:4-10; 3:17-20
Tujuan : Jemaat memahami bahwa setiap orang percaya diutus untuk tugas
yang mulia dari Tuhan Yesus, yaitu mengingatkan umat-Nya untuk
bertobat.
Ibadah Misi GPdI Pasir Nangka, Minggu 19 Februari 2012
Oleh : Adrianus Pasasa, S.T, MA
Hari sabtu kemarin waktu saya mengajar ke Ciranjang, saya tinggalakan
anak yang pertama untuk jaga rumah. Sebelum berangkat saya memberi
pesan yaitu dia tidak boleh keluar rumah untuk main sepeda. Setelah
selesai mengajar saya pulang dan menanyakan apakah dia melakukan apa
yang saya perintahkan, ternyata dia melakukan seperti apa yang saya
perintahkan. Dengan demikian dia dapat mempertanggung jawabkan amanat
yang saya perintahkan.
Dalam bacaan kita pada sore ini, kita melihat seseorang yang dipanggil
oleh Tuhan untuk diutus ke tengah-tengah umat-Nya. Yehezkiel dipanggil
Allah dan akan diutus Tuhan ke tengah-tengah umat-Nya Israel. Dalam
konteks ini dijelaskan bahwa Israel sebagai umat Tuhan telah
memberontak, sehingga Tuhan menyebut mereka sebagai bangsa
pemberontak. Mereka telah melanggar apa yang menjadi ketetapan Tuhan
bagi mereka. Mereka melakukan penyembahan berhala, menyembelih
anak-anak mereka untuk dijadikan korban persembahan. Hal ini menjadi
kekejian bagi Tuhan dan menyakiti hati Tuhan. Di tengah-tengah kondisi
Umat-Nya yang memberontak, Allah memanggil Yehezkiel untuk
mengingatkan umat-Nya supaya bertobat dari kelakuannya yang jahat.
Menjadi pertanyaan bagi kita, mengapa Yehezkiel diutus bukan kepada
bangsa-bangsa yang lain? Kenapa Yehezkiel harus di utus kepada bangsa
Israel, kepada bangsa yang tegar tengkuk, bangsa pemberontak.
Jawabannya dapat kita lihat pada ayat 5-6, disitu dijelaskan bahwa
Yehezkiel tidak diutus kepada bangsa asing yang dia tidak mengerti
bahasanya, karena sekiranya Yehezkiel di utus kepada bangsa lain
mereka pasti mendengar dia, tetapi Yehezkiel diutus kepada bangsanya
sendiri yang sudah dia kenal, baik itu karakter maupun bahasa dan
budayanya. dengan memahami karakter dan budaya bangsanya, hal ini akan
mempermudah untuk mengkomunikasikan apa yang Tuhan kehendaki dari
umat-Nya Israel. Yehezkiel diutus kembali kepada bangsanya supaya dia
mengingatkan mereka kembali berpaling kepada Allah (bertobat), dan
meninggalkan kejahatan mereka.
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, kita sebagai orang-orang yang
sudah hidup dalam kasih Yesus, kita dipanggil untuk membawa kabar
keselamatan di dalam Yesus kepada orang-orang terdekat kita, kepada
orang-orang yang kita pahami karakter, bahasa dan budayanya. Kita
diutus kepada orang-orang yang dekat dengan kita, kita diutus untuk
mengingatkan orang-orang terdekat dengan kita supaya mereka berpaling
kembali ke jalan Tuhan. Kita diutus kepada kaum keluarga kita, mungkin
ada di antara mereka ada yang sudah bertahun-tahun tidak beribadah,
karena sibuk dengan urusan duniawi, kita diutus untuk mengingatkan
mereka. Tentu hal ini bukanlah hal yang mudah, pasti akan banyak
banyak tantangan yang dapat kita alami sebagai konsekuensi dari tugas
sebagai seorang utusan.
Walaupun Yehezkiel sudah diutus kepada bangsanya, bukan berarti tidak
ada hambatan yang dia alami. Dikatakan bahwa Israel tetap menolak
untuk mendengarkan suara Tuhan. Mereka tetap mengeraskan hati mereka.
Walaupun demikian Allah tetap mengasihi Israel (umat-Nya), dengan
jalan tetap meneguhkan hati orang yang diutus-Nya. Allah tidak mau
umat-Nya mengalami kebinasaan. Demikian juga ketika kita diutus ke
tengah-tengah lingkungan yang sudah kita kenal, bukan berarti tidak
ada hambatan, mungkin kita akan ditolak, dihina, dibenci, dianggap
enteng, dikatakan sok suci, dan lain sebagainya. Namun harus tetap
kita ingat bahwa Allah tetap mengasihi mereka, kita harus tetap maju
dan tidak boleh putus asa.
Israel tetap menolak untuk bertobat, Allah tetap meneguhkan hati
utusannya (Yehezkiel) untuk terus mengingatkan mereka. Allah tetap
menbajakan semangat Yehezkiel untuk tetap mengingatkan mereka untuk
bertobat. Kedua hal ini adalah modal yang Tuhan berikan kepada setiap
utusannya. Hal inilah yang akan selalu menguatkan kita untuk terus
maju dalam menjangkau orang-orang yang kita kasihi. Diayat 6 Tuhan
memberi janji kepada setiap utusan-Nya yaitu, Tuhan akan menyertai
setiap orang yang diutus-Nya, walaupun di tengah-tengah onak dan duri,
tinggal dekat kalajengking. Janji inilah yang akan membuat kita tidak
gentar dalam melakukan tugas yang Tuhan Percayakan. Melalui janji ini,
Tuhan menegaskan bahwa jangan pernah gentar kepada kaum pemberontak,
tetapi kita harus mengasihi jiwa mereka supaya tidak mengalami
kebinasaan.
Bagi Yehezkiel, walaupun tugas ini berat, tetapi baginya perintah yang
diberikan rasanya manis seperti madu. Karena dibalik tugas yang berat
ini campur tangan dan penyertaan Tuhan selalu ada. Bagaiman dengan
kita, apakah kita juga dapat berkata seperti Yehezkiel, walaupun tugas
ini berat saya dapat menjalani dengan penuh sukacita, karena
dibaliknya ada janji penyertaan Tuhan. Ingat Tuhan tidak mau
orang-orang yang kita kasihi mengalami kebinasaan.
Sebagai seorang utusan satu hal perlu kita ingat bahwa kita tidak
hanya sekedar diutus tetapi pada akhirnya Tuhan juga akan meminta
pertanggung jawaban dari kita, apakah kita sudah melaksanakan tugas
dengan baik atau sebaliknya tidak melakukan tugas sebagai utusan. Pada
ayat 17-18 salah satu hal yang akan Tuhan tanyakan apa yang telah kita
lakukan ketika kita melihat orang jahat dan kita tidak memperingatkan
dan orang itu binasa atau mati dalam kebinasaannya, maka Tuhan akan
menuntut pertanggung jawaban atas nyawanya. Dan sebaliknya jika kita
melakukan tugas dengan mengingatkan orang jahat tersebut, tetapi dia
sendiri mengeraskan hatinya, tidak mau berbalik/bertobat berarti dia
mati dalam kesalahannya. Dengan demikian sebagai utusan kita tidak
akan diminta pertanggungjawaban (tidak di hukum).
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, sebagai seorang utusan jangan
pernah ragu dan takut untuk menegur umat Tuhan jika mereka melakukan
hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, melakukan hal-hal
yang menyakitkan hati Tuhan. Tugas kita untuk mengingatkan mereka
supaya mereka tidak binasa melainkan bertobat dan berbalik pada jalan
Tuhan. Percayalah bahwa walaupun kita mengahadapi orang-orang yang
sudah membeku hatinya, mengeraskan hatinya, yang rasanya sudah tidak
mungkin lagi untuk bertobat. Ingat bahwa Tuhan tidak menghendaki
mereka binasa. Jika kita membiarkan dan tidak peduli pada mereka,
Tuhan akan minta perhitungan atas kebinasaan orang tersebut. Seberat
apapun tugas itu, yakinlah bahwa Tuhan yang memilih kita, Tuhan yang
mengutus kita dengan satu janji yaitu Dia akan selalu menyertai sampai
apda kesudahannya. Apa yang kita takutkan jika Tuhan bersama kita.
Selamat menunaikan tugas sebagai seorang utusan. Amin
Tujuan : Jemaat memahami bahwa setiap orang percaya diutus untuk tugas
yang mulia dari Tuhan Yesus, yaitu mengingatkan umat-Nya untuk
bertobat.
Ibadah Misi GPdI Pasir Nangka, Minggu 19 Februari 2012
Oleh : Adrianus Pasasa, S.T, MA
Hari sabtu kemarin waktu saya mengajar ke Ciranjang, saya tinggalakan
anak yang pertama untuk jaga rumah. Sebelum berangkat saya memberi
pesan yaitu dia tidak boleh keluar rumah untuk main sepeda. Setelah
selesai mengajar saya pulang dan menanyakan apakah dia melakukan apa
yang saya perintahkan, ternyata dia melakukan seperti apa yang saya
perintahkan. Dengan demikian dia dapat mempertanggung jawabkan amanat
yang saya perintahkan.
Dalam bacaan kita pada sore ini, kita melihat seseorang yang dipanggil
oleh Tuhan untuk diutus ke tengah-tengah umat-Nya. Yehezkiel dipanggil
Allah dan akan diutus Tuhan ke tengah-tengah umat-Nya Israel. Dalam
konteks ini dijelaskan bahwa Israel sebagai umat Tuhan telah
memberontak, sehingga Tuhan menyebut mereka sebagai bangsa
pemberontak. Mereka telah melanggar apa yang menjadi ketetapan Tuhan
bagi mereka. Mereka melakukan penyembahan berhala, menyembelih
anak-anak mereka untuk dijadikan korban persembahan. Hal ini menjadi
kekejian bagi Tuhan dan menyakiti hati Tuhan. Di tengah-tengah kondisi
Umat-Nya yang memberontak, Allah memanggil Yehezkiel untuk
mengingatkan umat-Nya supaya bertobat dari kelakuannya yang jahat.
Menjadi pertanyaan bagi kita, mengapa Yehezkiel diutus bukan kepada
bangsa-bangsa yang lain? Kenapa Yehezkiel harus di utus kepada bangsa
Israel, kepada bangsa yang tegar tengkuk, bangsa pemberontak.
Jawabannya dapat kita lihat pada ayat 5-6, disitu dijelaskan bahwa
Yehezkiel tidak diutus kepada bangsa asing yang dia tidak mengerti
bahasanya, karena sekiranya Yehezkiel di utus kepada bangsa lain
mereka pasti mendengar dia, tetapi Yehezkiel diutus kepada bangsanya
sendiri yang sudah dia kenal, baik itu karakter maupun bahasa dan
budayanya. dengan memahami karakter dan budaya bangsanya, hal ini akan
mempermudah untuk mengkomunikasikan apa yang Tuhan kehendaki dari
umat-Nya Israel. Yehezkiel diutus kembali kepada bangsanya supaya dia
mengingatkan mereka kembali berpaling kepada Allah (bertobat), dan
meninggalkan kejahatan mereka.
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, kita sebagai orang-orang yang
sudah hidup dalam kasih Yesus, kita dipanggil untuk membawa kabar
keselamatan di dalam Yesus kepada orang-orang terdekat kita, kepada
orang-orang yang kita pahami karakter, bahasa dan budayanya. Kita
diutus kepada orang-orang yang dekat dengan kita, kita diutus untuk
mengingatkan orang-orang terdekat dengan kita supaya mereka berpaling
kembali ke jalan Tuhan. Kita diutus kepada kaum keluarga kita, mungkin
ada di antara mereka ada yang sudah bertahun-tahun tidak beribadah,
karena sibuk dengan urusan duniawi, kita diutus untuk mengingatkan
mereka. Tentu hal ini bukanlah hal yang mudah, pasti akan banyak
banyak tantangan yang dapat kita alami sebagai konsekuensi dari tugas
sebagai seorang utusan.
Walaupun Yehezkiel sudah diutus kepada bangsanya, bukan berarti tidak
ada hambatan yang dia alami. Dikatakan bahwa Israel tetap menolak
untuk mendengarkan suara Tuhan. Mereka tetap mengeraskan hati mereka.
Walaupun demikian Allah tetap mengasihi Israel (umat-Nya), dengan
jalan tetap meneguhkan hati orang yang diutus-Nya. Allah tidak mau
umat-Nya mengalami kebinasaan. Demikian juga ketika kita diutus ke
tengah-tengah lingkungan yang sudah kita kenal, bukan berarti tidak
ada hambatan, mungkin kita akan ditolak, dihina, dibenci, dianggap
enteng, dikatakan sok suci, dan lain sebagainya. Namun harus tetap
kita ingat bahwa Allah tetap mengasihi mereka, kita harus tetap maju
dan tidak boleh putus asa.
Israel tetap menolak untuk bertobat, Allah tetap meneguhkan hati
utusannya (Yehezkiel) untuk terus mengingatkan mereka. Allah tetap
menbajakan semangat Yehezkiel untuk tetap mengingatkan mereka untuk
bertobat. Kedua hal ini adalah modal yang Tuhan berikan kepada setiap
utusannya. Hal inilah yang akan selalu menguatkan kita untuk terus
maju dalam menjangkau orang-orang yang kita kasihi. Diayat 6 Tuhan
memberi janji kepada setiap utusan-Nya yaitu, Tuhan akan menyertai
setiap orang yang diutus-Nya, walaupun di tengah-tengah onak dan duri,
tinggal dekat kalajengking. Janji inilah yang akan membuat kita tidak
gentar dalam melakukan tugas yang Tuhan Percayakan. Melalui janji ini,
Tuhan menegaskan bahwa jangan pernah gentar kepada kaum pemberontak,
tetapi kita harus mengasihi jiwa mereka supaya tidak mengalami
kebinasaan.
Bagi Yehezkiel, walaupun tugas ini berat, tetapi baginya perintah yang
diberikan rasanya manis seperti madu. Karena dibalik tugas yang berat
ini campur tangan dan penyertaan Tuhan selalu ada. Bagaiman dengan
kita, apakah kita juga dapat berkata seperti Yehezkiel, walaupun tugas
ini berat saya dapat menjalani dengan penuh sukacita, karena
dibaliknya ada janji penyertaan Tuhan. Ingat Tuhan tidak mau
orang-orang yang kita kasihi mengalami kebinasaan.
Sebagai seorang utusan satu hal perlu kita ingat bahwa kita tidak
hanya sekedar diutus tetapi pada akhirnya Tuhan juga akan meminta
pertanggung jawaban dari kita, apakah kita sudah melaksanakan tugas
dengan baik atau sebaliknya tidak melakukan tugas sebagai utusan. Pada
ayat 17-18 salah satu hal yang akan Tuhan tanyakan apa yang telah kita
lakukan ketika kita melihat orang jahat dan kita tidak memperingatkan
dan orang itu binasa atau mati dalam kebinasaannya, maka Tuhan akan
menuntut pertanggung jawaban atas nyawanya. Dan sebaliknya jika kita
melakukan tugas dengan mengingatkan orang jahat tersebut, tetapi dia
sendiri mengeraskan hatinya, tidak mau berbalik/bertobat berarti dia
mati dalam kesalahannya. Dengan demikian sebagai utusan kita tidak
akan diminta pertanggungjawaban (tidak di hukum).
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, sebagai seorang utusan jangan
pernah ragu dan takut untuk menegur umat Tuhan jika mereka melakukan
hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, melakukan hal-hal
yang menyakitkan hati Tuhan. Tugas kita untuk mengingatkan mereka
supaya mereka tidak binasa melainkan bertobat dan berbalik pada jalan
Tuhan. Percayalah bahwa walaupun kita mengahadapi orang-orang yang
sudah membeku hatinya, mengeraskan hatinya, yang rasanya sudah tidak
mungkin lagi untuk bertobat. Ingat bahwa Tuhan tidak menghendaki
mereka binasa. Jika kita membiarkan dan tidak peduli pada mereka,
Tuhan akan minta perhitungan atas kebinasaan orang tersebut. Seberat
apapun tugas itu, yakinlah bahwa Tuhan yang memilih kita, Tuhan yang
mengutus kita dengan satu janji yaitu Dia akan selalu menyertai sampai
apda kesudahannya. Apa yang kita takutkan jika Tuhan bersama kita.
Selamat menunaikan tugas sebagai seorang utusan. Amin