TUHANNYA MANUSIA INDONESIA KINI
(Refleksi dalam memperingati HUT NKRI 68)
Kala itu, suatu sore Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill, akan menyampaikan pidato yang akan dipancarluaskan ke seluruh Inggris, namun sopir kementerian belum muncul. Padahal tinggal satu jam lagi siaran itu dimulai. P.M. Winston Churchill segera berlari ke pinggir jalan mencegat taksi. Taksi pun berhenti. Ia lalu menyuruh sang sopir ngebut secepatnya ke stasion radio BBC London. Sambil menggelengkan kepalanya, sang sopir berkata, "Maaf tuan, sebaiknya tuan mencari taksi lain saja." "Kenapa Anda tidak mau mengantarkan Saya?", tanya P.M. Winston Churchill dengan nada tinggi, lantaran si sopir taxi tak mengizinkannya masuk ke dalam taksi. Sang sopir lalu menjawab, "Ketahuilah tuan, pada pukul 18.00, PM. Winston Churchill akan berpidato. Sebagai warga negara yang baik, Saya harus segera pulang ke rumah untuk mendengarkan pidatonya." Mendengar jawaban ini, hati sang Perdana Menteri tersentuh, ternyata rakyat kecil Inggris amat menghargai pemimpinnya. Tanpa sadar Churchill mengambil selembar uang di sakunya dan memberikannya kepada sang sopir. Dalam sekejap mata sang sopir langsung menyambar uang dari tangan Churchill sambil berkata dengan raut muka yang berbinar-binar, "Ayo, silakan masuk tuan, saya antar anda ke tujuan, persetan dengan Mr.Winston Churchill."
Saudaraku, Saya pikir di sekujur tubuh bola bumi ini hampir tidak ada daya tarik yang begitu dahsyat yang membikin pikiran, perasaan, dan perilaku insan yang bernama manusia dapat berputar seratus delapan puluh derajat, kalau bukan uang. Lihat saja sang sopir tadi bukan?
Sebagai anak yang lahir dari rahim ibu pertiwi tercinta, Indonesia, hari ini Saya pun merayakan hari ulang tahun kemerdekaan NKRI yang ke enam puluh delapan. Hati Saya berkobar-kobar dan juga berkibar-kibar bangga sebagai WNI. Saya bersyukur kepada-Nya ditetapkan sebagai manusia Indonesia dan memerdekakan Indonesia dari tangan besi bangsa-bangsa penjajah. Ini adalah anugerah terindah buat Saya. Dan Saya lebih bersyukur lagi sebab Tuhan begitu baik buat Indonesia. Dia memberikan kekayaan sumber daya alam yang amat melimpah ruah. Tak ada bangsa yang sekaya Indonesia dari aspek ini. Inilah yang membuat beberapa bangsa asing dulu terpikat untuk datang menjajah bangsa Saya. Namun ketika merayakan hari ulang tahun kemerdekaan hari ini, hati Saya menangis pilu. Betapa tidak, berita-berita di media cetak dan elektronika dalam beberapa tahun terakhir ini sampai hari ini adalah berita-berita buruk yang seabrek-abreknya. Berita tentang korupsi, kolusi, nepotisme, pungli, suap, penggelapan pajak, pembunuhan sadis, narkoba, terorisme, penyelundupan, perkelahian antar kampung, geng motor, perdagangan manusia, pengrusakan hutan dan lingkungan hidup lainnya, bentrokan ormas tertentu dengan masyarakat, penutupan rumah ibadah, penindasan kaum minoritas, masih saja terus terjadi. Para pelaku kejahatan korupsi uang negara atau uang rakyat adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi dan pemegang kekuasaan. Ada Menteri, ketua partai politik, jenderal, para wakil rakyat, jaksa, hakim, pengacara, dan profesi lainnya. Amat memalukan! Sangat memilukan juga! Sungguh menyesakkan dada kita!
Bila kita cermati itu semua berkaitan dengan tujuh hal, yaitu: uang, uang, uang, uang, uang, uang, dan uang. Semua masalah yang terjadi pasti berkaitan dengan uang. Saya pikir Anda semua pasti tahu. Demi uang, kebenaran, hukum, keadilan, dan peraturan apapun di negeri ini bisa dijungkirbalikkan. Semua bisa diatur. Demi uang, hutan, udara, laut, sungai, rawa-rawa diluluhlantakkan dan menyisakan ancaman maut kini dan akan datang. Demi uang, warisan berharga bagi generasi negeri ini seperti tambang emas, gas, minyak, batubara, nikel, besi, dan lain-lain telah dan akan dijual ramai-ramai ke bangsa asing. Semuanya di lego demi uang. Demi uang para hakim, jaksa, pengacara, polisi membela yang bayar. Bukan membela yang benar. Demi uang, nyawa Saudara kandung, teman sejawat, tetangga, atasan, bawahan, suami, istri, orang tua, anak melayang seketika. Demi uang, sesama anak bangsa saling memangsa. Demi uang sesama pemimpin saling menghancurkan. Demi uang, gelar sarjana muda sampai sarjana tua bisa dibeli dengan enteng. Mau naik pangkat atau mendapatkan jabatan tertentu dalam pemerintahan maupun non pemerintahan semua harus pakai uang. Kecuali terjadi mujizat, orang cerdas yang lurus dan bersih tapi miskin tidak bakalan naik pangkat. Dan mustahil dapat jabatan. Pangkat dan jabatan sudah menjadi komoditi yang harganya semahal emas dan intan permata. Sistim rekrutmen penuh dengan kerakusan akan uang.
Dengan demikian tidak keliru bila kita mengatakan bahwa Tuhannya manusia Indonesia kini adalah uang. Manusia Indonesia sudah menyingkirkan Tuhan yang sejati dan menggantikannya dengan tuhan yang baru yaitu uang. Kalau Anda tidak percaya silakan periksa, masalah apa yang dihadapi negeri kita dari dulu sampai sekarang ini yang tidak ada kaitannya dengan uang? Uang adalah tuhan manusia Indonesia kekinian. Inilah dosa terbesar dan telah menyebar ke seluruh penjuru negeri ini. Dan inilah satu-satunya alasan mengapa negeri tercinta kita yang namanya Indonesia, masih terus dirundung duka lara penuh nestapa. Jika tidak ada pemimpin sekelas Jokowi-Ahok yang punya karakter bersahaja, melayani, jujur, dan berani menegakkan keadilan dan kebenaran, maka negeri ini niscaya kolaps.
Tempurung otak dan perilaku sebagian besar orang saat ini telah terbungkus dengan paradigma uang. Demi mendapatkan uang mereka rela menghalalkan segala cara. Sebagian besar dari kita dalam prakteknya secara sadar atau tidak, sedang menyembah uang. Penyebab utama Indonesia masih terkapar dalam debu kemiskinannya, tidak lain dan tidak bukan adalah hampir semua manusia Indonesia telah menyingkirkan Tuhan yang sejati dan menggantikannya dengan uang. Sila pertama kita yang begitu agung, "Ketuhanan Yang Mahaesa" telah digantikan dengan "Keuangan Yang Mahakuasa." Ukuran kesejahteraan adalah pendapatan ekonomi. Itu sebabnya semuanya berpacu dalam mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Halal atau haram bukan soal. Program-program sengaja dibuat demi mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya baik untuk kepentingan pribadi maupun partai. Tidak ada diskusi dan pembicaraan yang paling menarik di negeri ini dari menit ke menit, jam ke jam, dan hari ke hari, selain uang, uang, uang, dan uang lagi. Kesejahteraan selalu dan selalu diukur dengan sejumlah uang yang diperoleh. Ini jelas sangat menyesatkan. Maka dari itu, hampir semua orang mengejar uang tidak peduli bagaimana cara mendapatkannya. Etika, moral, dan spiritual ditabrak-tabrak dan diinjak-injak demi uang. Mereka terbius dengan paradigma uang identik dengan kebahagiaan dan kesejahteraan.
Semua orang memerlukan uang, tetapi bukan harus bin wajib mencintai uang. Ketika uang dicintai, maka uang menjadi idola. Ketika uang diidolakan, maka ia telah menjadi tuhan. Seketika itu juga manusia menjadi jongosnya uang. Dan ketika manusia menjadi budak uang, di situlah kehancuran berawal. Sayang sekali banyak sekali di antara kita tidak mau mendengar peringatan firman-Nya, yang berkata, "Akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka (1Timotius 6:10). Itu sebabnya manusia di segala tempat dan zaman perlu memegang nasihat Isa Almasih atau Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat manusia satu-satunya ini, "Manusia bukan hidup dari roti (uang atau materi) saja, tetapi dari setiap firman yang ke luar dari mulut Allah" (Matius 4:4). Jika manusia memerhatikan dan memegang nasihat bijak dan bajik ini, maka hidupnya niscaya dipenuhi damai sejahtera. Tuhan berfirman, "Sekiranya engkau memerhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti" (Yesaya 48:18). tahun usia bangsa kita, tetapi yang terlihat dari hari ke hari hanyalah pemandangan kejahatan. Siapapun pemegang kuasa di negeri ini, bila ingin melihat rakyat sejahtera, maka segera melakukan transformasi radikal. Pembangunan ekonomi harus bukan lagi nomor wahid. Pembangunan mental, karakter, etika, moral, dan spiritual manusia Indonesia harus menjadi yang ultimat. Ingat dasar negara kita Pancasila khususnya sila pertama dengan jelas menempatkan Tuhan sebagai yang prioritas. Kita semua penganut agama harus malu amat sangat, karena sudah enam puluh delapan
Kita perlu belajar dari sejarah masa lampau untuk menjadi manusia Indonesia yang bijak dan bajik. Pada tahun 1923 dilakukan konferensi di Hotel Edgewater Beach di Chicago. Surat kabar dan majalah menceritakan bagaimana kesuksesan para konglomerat Amerika. Para pemuda dihimbau meneladani mereka. Apa yang terjadi di akhir hidup mereka? Di era 1950-an; Charles Schwab, pimpinan tertinggi dari perusahaan baja terbesar, hidup dengan meminjam uang sepanjang lima tahun terakhir sebelum ia meninggal dengan tanpa memiliki apa-apa. Pedagang gandum terbesar, Arthur Cutten, meninggal dunia dalam kondisi bangkrut. Albert Fall, anggota kabinet dari presiden, meminta pengampunan untuk ke luar dari penjara agar bisa meninggal di rumah. Jesse Livermore, "beruang" terbesar dari Wallstreet, Leon Fraser, pimpinan Bank of International Settlement, dan Ivan Krueger, pimpinan dari monopoli terbesar di dunia; ketiganya meninggal dunia karena bunuh diri. Apakah pemerintah NKRI mau mengikuti jejak mereka ini? Apakah manusia Indonesia masih mau mengutamakan uang?
Saudaraku, ternyata dan terbukti, uang dan kekayaan hanya menawarkan kehampaan. Uang sampai kapan pun bukanlah Tuhan yang sejati. Itu sebabnya dalam merayakan hari ulang tahun NKRI yang ke 68 di tahun 2013 ini, Saya mengajak seluruh Saudara sebangsa dan setanah air yang membujur dari Sabang sampai Merauke dan yang membentang dari Timor sampai Talaud, mari kita segera tinggalkan dan tanggalkan sikap mencintai tuhan palsu yaitu uang. Dan marilah kita semua kembali menyembah Tuhan dan Juruselamat satu-satunya itu. Kita perlu berbalik kembali secara radikal kepada sila pertama dasar negara kita, Pancasila. Hanya dengan ini, maka damai sejahtera Indonesia akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaan ibu pertiwi kita akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti. Dirgahayu Republik Indonesia. Aku cinta Merah Putihku!
In Christ's LoveRev. Hans
"Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! (Kisah Para Rasul 18:9b).