Tulisan Jalan

Hidupku untuk mengharumkan nama-MU Jangan bersukcita ketika engkau berhasil dalam pelayanan, tetapi bersukcitalah karena namamu tercatat di Surga

Kau istimewa. Di seluruh dunia, tidak ada orang yang sepertimu. Sejak bumi diciptakan tidak ada orang lain yang sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki senyummu, tidak ada yang memiliki matamu, hidungmu, rambutmu, tanganmu, suaramu. Kau istimewa. Tidak ada orang lain yang memiliki tulisan yang sama denganmu. Tidak ada orang lain yang memiliki selera akan makanan, pakaian, musik, atau seni sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki cara pandang sepertimu. Sepanjang masa tidak ada orang lain yang tertawa sepertimu, tidak ada yang menangis sepertimu. Kaulah satu di antara seluruh ciptaan yang memiliki kemampuan seperti yang kau miliki. sampai selamanya, tidak akan ada orang yang akan pernah melihat, berbicara, berjalan, berpikir, atau bertindak seperti dirimu. Kau istimewa...kau langka. Tuhan telah menjadikanmu istimewa dengan satu tujuan yaitu MEMULIAKAN DIA

Cari Blog Ini

Jumat, 15 November 2013

Pendeta Atau ….?

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***

Pendeta Atau ….?

 

            Mungkin hampir semua orang Kristen Indonesia pernah menyanyikan lagu "Tetap Setia" yang liriknya ditulis oleh Sari Simorangkir dan musiknya sebagai hasil kreasi seorang  Steve Tabalujan. Bahkan lagu ini mungkin juga sering dinyanyikan oleh para pengamen jalanan. Pengamen jalanan saat ini saya amati banyak menguasai lagu-lagu rohani. Mungkin mereka berpikir kalau nyanyi lagu rohani Kristen, maka akan diberikan uang guede heheheeeeeee….. Syair lagu "Tetap Setia" demikian, "Selidiki aku, lihat hatiku, apakah ku sungguh mengasihi-Mu Yesus. Kau yang mahatahu dan menilai hidupku, tak ada yang tersembunyi bagi-Mu. Tlah ku lihat kebaikan-Mu, yang tak pernah habis di hidupku. Ku berjuang sampai akhirnya, Kau dapati aku tetap setia." Saya menduga penulis lagu ini terinspirasi dari Mazmur 26:2 yang berkata, "Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku." Juga dari Mazmur 139:23, "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku."

           

Sebagai pendeta, apakah kita berani "menantang" Tuhan seperti permohonan pemazmur di atas? Saya pikir kita tidak harus seperti pemazmur, tetapi sepanjang waktu kita perlu mengevaluasi hidup dan motivasi pelayanan kita. Apakah sebagai hamba Tuhan Yesus, jika Dia menilai hidup dan motivasi pelayanan kita, akankah Dia mendapatkan hati kita sungguh-sungguh mengasihi Dia? Apakah kita dapat membuktikan sejatinya kita ini tulus melayani dan mengasihi-Nya? Ataukah ada motivasi lain di balik pelayanan yang kita jalani? Rasul Paulus mengingatkan jemaat Korintus demikian, "Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan-Nya" (2Korintus 2:17).  Demikian pula rasul Petrus berkata dalam 1Petrus 5:2, "Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri." Kiranya dijauhkan kita dari seperti yang dikatakan Yudas 1:16, "Mereka itu orang-orang yang menggerutu dan mengeluh tentang nasibnya, hidup menuruti hawa nafsunya, tetapi mulut mereka mengeluarkan perkataan-perkataan yang bukan-bukan dan mereka menjilat orang untuk mendapat keuntungan."

           

            Masih segar dalam ingatan saya ketika dalam pembekalan untuk diteguhkan sebagai pendeta dan gembala jemaat di salah satu gereja. Ketua sinode dari gereja tersebut bertanya begini kepada saya dengan nada yang tegas, "Coba jelaskan, saya ingin tahu apa motivasi pak Hans masuk ke gereja ini?" Saya tidak menyangka ada pertanyaan seperti ini. Hati saya berdebar-debar karena kaget dan tidak menyangka seorang ketua sinode tanpa etiket dan etika, lugu, polos, mentang-mentangan  dalam mengemukakan pertanyaan. Mungkin ia merasa sebagai bos dan saya dianggapnya sebagai bawahannya. Suasana dalam pembekalan tersebut menjadi galau seketika. Pada waktu itu saya menjelaskan datar-datar saja bahwa saya tidak pernah melamar atau menyodorkan surat permohonan untuk melayani kepada para majelis. Setelah saya menjawab seperti ini, mendadak sontak seorang majelis berkata kepada ketua sinode yang miskin tata krama ini, "Maaf pak, kalau bapak berada di posisi pendeta Hans, maka pasti bapak tersinggung dengan pertanyaan itu. Perlu bapak ketahui bahwa pendeta Hans kami yang undang untuk menggembalakan jemaat kami." Raut wajah sang ketua sinode menjadi muram, mungkin dia malu karena salah kaprah bin salah duga, dan akhirnya ia tidak melanjutkan pertanyaannya lagi.

 

Saya merenung. Mungkin sang ketua sinode ini pernah menemukan ada hamba Tuhan yang melamar pelayanan ke gereja sana sini dengan motivasi nilai ekonomi atau keuntungan materi tertentu. Mereka kadang memakai jurus mencari tahu berapa besar gaji, tunjangan, dan fasilitas yang bakal diperolehnya ketika kelak menjadi gembala jemaat di sebuah gereja. Atau mungkin juga, siapa tahu, di hati ketua sinode ini memang punya motivasi tertentu dalam menggembalakan jemaat maupun ketika ia menduduki jabatan pelayanan di sinode. Wallahualam  bissawab! Saya pernah mendengar majelis gereja yang bercerita kepada saya. Katanya sekali waktu ada pendeta yang diundang untuk menjadi gembala jemaat di gerejanya. Tapi akhirnya majelis tidak melanjutkan pembicaraan dengan pendeta tersebut, karena ia banyak menuntut gaji yang besar, tunjangan, dan fasilitas yang wah.

 

Maafkan saya mengutip kritikan pedas dari seorang hamba Tuhan dari gereja aliran karismatik, Pendeta Daniel Alexander. Ada sebagian kutipan yang saya baca dari Majalah Standard, Edisi 6 tahun I (2005) pada halaman 30-31 demikian, "Orang yang sekalipun ngeroh Karismatik tetapi begitu tidak seimbang, ia mulai memikirkan harta duniawi lebih dari pada orang kafir. Saya meneliti terus mengapa orang-orang bisa jatuh. Mereka tidak jatuh dalam perzinahan. Orang dalam roh takut akan hal itu, tetapi orang-orang rohani tidak takut akan duit... tetapi karena duit, mata kita bisa berubah walaupun dalam roh. Maka hati-hati dengan uang. Lihat perpecahan gereja Karismatik, kita dulu mengejek Protestan, Katolik, Pentakosta yang tidak punya roh, ternyata dia lebih dari kita. Tidak ada persoalan dan perpecahan. Tetapi kita ini pecah terus. Sekarang gereja memutar haluan Lukas 15, 180 derajat. Gereja sekarang berkata: "Kami lebih rela membiarkan yang satu orang tetapi memelihara yang 99 karena ke-99 orang itu kaya semua... domba kaya itu sekarang yang lebih banyak mengatur pendeta, begitu banyak pendeta yang dibeli oleh pengusaha." Setelah melayani  selama lebih dari 31 tahun dan mengunjungi berbagai gereja, saya melihat adanya kecenderungan beberapa hamba Tuhan yang menganggap bahwa jemaat adalah income kita. Jemaatlah yang dapat menunjang kehidupan keluarga kita. Ingatlah bahwa gereja adalah milik Tuhan dan bukan sumber pendapatan dan tunjangan untuk hari tua kita. Seorang gembala, dengarkan baik-baik, saya tidak percaya kalau seorang pendeta punya jemaat ribuan, itu bukan gembala. Itu bos. Perhatikan baik-baik, saat ini banyak gereja diselewengkan dan disalahgunakan. Gereja tidak segan-segan lagi bertengkar dan meributkan masalah keuangan. Muncul pula kecenderungan orang memperebutkan kedudukan sebagai pendeta karena ' bandha abab sugih' yang artinya, modal cuap-cuap saja sudah bisa kaya. Oleh karena itu, saya mengatakan bahwa setan sudah pindah ke gereja... iblis membuka pandangan baru bagi gereja bahwa bisnis gereja di akhir zaman ini hasilnya sungguh menggiurkan. Apalagi kalau pendetanya pintar ngomong, jemaatnya akan terus bertambah banyak. Dan persembahan yang diberikan pasti banyak juga. Anda tahu bukan bahwa burung merpati melambangkan Roh Kudus? Anda jangan marah kalau saya berkata, "Orang Karismatik, orang Pentakosta adalah orang yang (maaf) paling kurang ajar. Mereka menggunakan Roh Kudus untuk mencari keuntungan bagi diri sendiri. Akhir zaman orang Karismatik banyak yang jual-beli Roh Kudus. Lihat minyak urapan pun menjadi duit, doakan orang dapat duit... itulah jual beli Roh Kudus"

 

Pdt. Daniel Alexander tajam mengemukakan hal ini. Namun ada koreksi sedikit untuknya. Siapa bilang gereja Protestan atau Injili tidak ada perpecahan? Hampir semua orang Kristen Indonesia tahu bahwa tidak sedikit gereja Protestan atau Injili yang berantakan karena berbagai macam alasan. Ada gereja hancur karena bapak pendeta. Ada yang hancur karena petingginya suka menjual inventaris "Belanda", pendetanya korupsi, sewenang-wenang sok penguasa, menabrak semua aturan gereja, memakai uang gereja demi kepentingan pribadi, mencari bantuan uang dengan alasan membangun gereja di desa-desa padahal uang bantuan itu sebagian "disunat" untuk mengisi kantong pribadi, dan banyak sekali alasan lainnya yang menghancurkan gereja dan mempermalukan Sang Kepala Gereja sejati, Yesus Kristus. Saya pernah diceritakan seorang majelis gereja. Katanya ada seorang ketua sinode mau berlibur dengan keluarganya di suatu kota. Jauh hari sebelum berlibur bersama keluarganya, dia menelpon seorang majelis gereja dengan tujuan minta pelayanan pada waktu mereka berlibur. Dia pikir sebagai ketua sinode maka keinginannya pasti dituruti. Ternyata tidak. Kenapa tidak? Ya enak saja orang ini, mau berlibur tapi minta pelayanan supaya gratis nginap dan konsumsinya selama berlibur ditanggung majelis. Rupanya sang ketua sinode ini senang membaca pepatah klasik "sekali mendayung dua tiga pulau terlewati" atau pepatah modern yang berkata, "sambil menyelam minum coca cola" heheheeeeee………….

 

Seorang hamba Tuhan harus benar-benar siap menerima panggilan menjadi hamba Tuhan. Dalam Markus 8:34 Tuhan Yesus ketika memanggil orang-orang untuk menjadi murid-Nya, maka dengan jujur dan sangat terbuka Ia berkata, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." Kita perlu belajar dari rasul Paulus seperti yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul 20:22-35, "Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ  selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku.  Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.  Dan sekarang aku tahu, bahwa kamu tidak akan melihat mukaku lagi, kamu sekalian yang telah kukunjungi untuk memberitakan Kerajaan Allah.  Sebab itu pada hari ini aku bersaksi kepadamu, bahwa aku bersih, tidak bersalah terhadap siapapun yang akan binasa.  Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu.  Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri.  Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu.  Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka.  Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata.  Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya.  Perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapapun juga.  Kamu sendiri tahu, bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku.  Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."

 

Beberapa tahun yang lalu di Amerika, seorang pengajar teologia  mendapatkan kesempatan istimewa untuk mengajar di sebuah sekolah pelayanan. Para mahasiswanya sangat lapar akan Tuhan. Dosen ini selalu mencari cara untuk menantang para mahasiswanya agar sungguh-sungguh mengasihi Tuhan Yesus. Ia menemukan suatu pernyataan yang berasal dari seorang pendeta yang bernama Sam Pascoe. Pernyataan itu merupakan sejarah singkat tentang kekristenan. Pernyataan itu mengatakan, "Kekristenan bermula di Palestina sebagai persekutuan, berpindah ke Yunani sebagai sebuah filsafat, berpindah ke Italia dan menjadi sebuah lembaga gereja, berpindah ke Eropa menjadi sebuah kebudayaan Kristen, dan berpindah ke Amerika Serikat dan menjadi sebuah badan usaha."  Dosen teologia ini ingin mereka mengerti dan menghargai bagian kalimat terakhir itu, sehingga dia menjelaskan lagi bahwa yang dimaksud "badan usaha" itulah bisnis. Setelah beberapa saat seorang mahasiswi paling muda di kelas itu, yang bernama Martha, mengangkat tangannya. Dan dosen ini berkata,  "Ya, Martha silakan bertanya." Martha kemudian bertanya dengan sebuah pertanyaan yang sederhana, "Bisnis? Bukankah kekristenan seharusnya menjadi sebuah tubuh?"  Dosen ini tidak dapat membayangkan ke mana arah pertanyaan Martha. Kemudian dia melanjutkan: "Tetapi ketika sebuah tubuh menjadi bisnis, bukankah hal itu merupakan pelacuran?" Akhirnya seluruh mahasiswa di kelas tersebut sunyi senyap karena Tuhan hadir melalui pernyataan Martha itu. Pertanyaan Martha telah mengubah kehidupan dosen ini. Selama enam bulan, dosen tersebut memikirkan pernyataan Martha itu, paling tidak sekali setiap hari. "Ketika sebuah tubuh menjadi bisnis, bukankah itu pelacuran?"

 

Saudara-Saudari yang dikasihi Tuhan Yesus, bagaimana dengan Saudara dan saya saat ini ketika membaca kisah dosen teologia dan Martha di atas? Saya gentar. "Oh Tuhan Yesus, kasihanilah saya, apakah saya adalah seorang pendeta yang sungguh-sungguh mengasihi-Mu ataukah saya ternyata di depan mata-Mu hanyalah sebagai seorang pelacur kristiani yang melacurkan diri di lading pelayanan-Nya?" Dan bagaimana dengan Saudara yang sedang membaca artikel ini? Mari kita selidiki motivasi kita dalam mengikut Yesus, khususnya kita yang menyandang predikat pendeta atau penginjil. Selama ini ketika memegang jabatan pelayanan baik di gereja maupun di sekolah-sekolah teologia dan di lembaga-lembaga kristiani lainnya, apakah kita ini pendeta atau penginjil sejati yang selalu membawa-bawa nama Tuhan atau justru sebagai pelacur  rohani yang menjadikan jabatan pelayanan kita sebagai sumber income kita? Saudaraku, tahukah kita apa perbedaan antara kekasih dan pelacur? Memang keduanya memiliki banyak persamaan. Tetapi sejatinya ada perbedaan yang sangat mendasar dari keduanya. Seorang kekasih melakukan apa yang dia lakukan karena dia sangat mengasihi pasangannya. Tetapi seorang pelacur berpura-pura mengasihi selama pelanggannya mau membayarnya dengan sejumlah uang. Teman saya menceritakan bagaimana para pelacur  di Taiwan meludeskan uang dari banyak pengusaha yang datang ke Taiwan. Para pelacur ini dilatih sedemikian rupa bagaimana merayu dan melayani para langganannya sampai mereka habis-habisan dan pulang dengan tangan hampa. Ya, tidak sedikit pendeta atau penginjil yang mirip pelacur ini. Mereka menjadikan jabatan pelayanan supaya asap dapurnya dapat terus mengepul bahkan untuk menikmati hidup yang bergelimang harta duniawi. Hedonisme bin Serakahisme. Mereka menjadikan lembaga atau jemaat sebagai sapi perahan. Tidak sedikit pendeta yang memanfaatkan uang gereja atau jemaat untuk membangun bisnis keluarganya. Bahkan ada yang fantastis nilainya mencapai triliunan rupiah. Itu sebabnya ada pengusaha juga yang tiba-tiba jadi pendeta karena tergiur dengan income pendeta. Mereka berani membuka gereja di hotel-hotel berbintang dan mall-mall, mengangkat pendeta sebagai gembala gerejanya (bukan gereja-NYA) dan memberikan gaji seperti seorang karyawan. Namun ia sendiri mengambil uang-uang persembahan dan perpuluhan dari para cukong kaya yang melihat gereja sebagai dunia entertainment. Enak menjadikan gereja sebagai ladang bisnis karena nonpajak bukan? Makanya tidak heran sekarang ini banyak sekali jumlah pedneta di negeri ini. Ada yang namanya pendeta pembantu, pendeta muda, dan pendeta-pendeta lainnya heheheeeeeeee. Dulu siapa yang mau menjadi pendeta? Sekarang pendeta bak jamur tumbuh subur di musim penghujan. Karena persepsi tentang pendeta hari ini adalah borju. Pendeta itu boss. Pendeta itu suatu profesi yang menggiurkan nikmatnya. Jangan salah sangka loh? Sekarang  tidak sedikit pendeta meskipun melayani di pedalaman atau pedesaan yang tidak mau kalah dengan pendeta di kota. Mereka juga punya iPad, iPhone, iPod, tapi jemaat yang dilayaninya bilang, "Pak pendetaku sekarang pakai ipad, iPhone, dan iPot tapi iPay (saya yang bayar)." Itu sebabnya orang sekarang suka sekali jadi pendeta. Mereka lupa pesan Tuhan Yesus dalam Markus 8:34, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku."

 

Mari kita terus menyelidiki apa motif-motif  dalam dada ketika kita melayani Tuhan Yesus Kristus. Apakah kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan Yesus karena Dia telah habis-habisan berkorban di kayu salib untuk menyelamatkan kita dari sengsara dahsyat di neraka kekal kelak? Ataukah kita melayani Dia karena ada keuntungan nilai-nilai ekonomi atau nilai-nilai kepuasan batin tertentu seperti prestasi, prestise atau popularitas diri belaka di mata jemaat? Hendaklah kita bercermin diri pada firman Tuhan saat ini sehingga kita tidak kedapatan bercela di hadapan Bapa Surgawi, baik sekarang maupun nanti ketika kita meninggalkan dunia ini. Biarlah kita kedapatan sebagai pendeta, penginjil, dan kekasih-kekasih Allah yang sejati bukan sebagai pelacur-pelacur rohani yang menjadikan jabatan pelayanan sebagai kesempatan untuk memuaskan diri sendiri dan menghancurkan pelayanan gereja Tuhan. Kiranya Tuhan Yesus berbelaskasihan kepada kita semua yang rentan menjadi pelacur  rohani tinimbang  sebagai pelayan Tuhan yang sejati. Amin!

 

 

 

In Christ's Love
Rev. Hans

"Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! (Kisah Para Rasul 18:9b).

Tidak ada komentar:

Berita Terkini

« »
« »
« »
Get this widget

Daftar Blog Saya

Komentar