Judul : Karena Kasih-Nya Dia Datang
Nats : Lukas 2:11
PENDAHULUAN
Awal bulan Desember gereja kami membentuk satu panitia untuk mempersiapkan perayaan natal tahun ini dengan haparan semua kegiatan dapat terkoordinir dengan baik. Ada satu hal yang terjadi di gereja kami, ketika sedang rapat panitia salah satu anggota panitia berdiri dan menyampaikan pendapatnya, bahwa dia dari awal tidak setuju dengan acara natal, karena menurut dia kegiatan natal begitu-begitu saja dari tahun ke tahun, tidak ada sesuatu yang baru. Saudaraku, meskipun Natal kita lalui tiap tahun, bukan berarti Natal tahun ini akan kita lewati tanpa makna, bukan?
Saudaraku yang terkasih di dalam Tuhan Yesus, biasanya memasuki bulan Desember orang-orang Kristen sudah mulai sibuk, entah di rumah, di gereja, di tempat pelayanan, dan lain sebagainya. Mereka sibuk terlibat dengan kegiatan untuk mempersiapkan Natal, dan masih banyak kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan untuk memeriahkan Natal tahun ini, tetapi ada juga yang masah bodoh. Namun terlepas dari semua itu ada satu pertanyaan yang sangat penting untuk kita renungkan yaitu apa makna Natal bagi saya pribadi? Atau kita berkata Natal sudah menjadi rutinitas orang Kristen setiap bulan Desember, atau kita berkata natal begitu-begitu saja dari tahun ke tahun, tidak ada sesuatu yang baru. Mendengar kata Natal! Kata itu sendiri telah mencerminkan perasaan sukacita yang luar biasa. Di setiap tempat ada banyak hal yang mengingatkan tentang hari yang menggembirakan ini. Kalau kita melihat daerah-daerah yang mayoritas Kristen, biasanya memasuki bulan Desember lagu-lagu Natal sudah diputar dimana-mana, rumah-rumah dan pertokoan sudah dihiasi dengan pohon natal dan berbagai pernak-perniknya. Dan yang lebih ektrim lagi ada yang menyambut Natal dengan mabuk-mabukan, mengapa demikian? Karena banyak orang yang tidak memahami apa makna natal itu!
Ilustrasi:
Saya jadi teringat dengan Natal dua puluh tahun lalu di kampung. Bersyukurlah kalau kita hidup di daerah yang mayoritas Kristen, karena akan sangat terasa nuansa natalnya. Biasanya memasuki minggu pertama bulan desember sudah ada gereja yang merayakan Natal. Apa yang pernah saya alami kadang membawa kerinduan untuk merasakan suasana natal yang sama. Sepintas saya gambarkan suasana Natal dikampung, didesa yang jauh dari keramaian kota sangat terasa kebersamaan dan toleransi yang tinggi, jika ada gereja yang merayakan Natal maka gereja-gereja yang lain akan ikut sama-sama meskipun berbeda latar belakang doktrin, bahkan banyak dari golongan orang yang belum percaya turut serta memeriakan natal, jadi ketika gereja mengadakan acara natal maka gereja akan penuh bahkan sampai keluar gereja. Tetapi ada satu hal yang selalu menjadi pertanyaan, apakah mereka yang datang itu benar-benar memahami makna natal itu? Atau jangan-jangan mereka mau datang hanya karena gereja tersebut menyediakan nasi bungkus yang dibagikan diakhir acara? Jujur saya katakan bahwa sekian tahun saya mengikuti natal di kampung, sebagian orang tidak mengerti makna Natal itu, termasuk saya dan banyak teman-teman seangkatan saya. Kebanyakan yang datang hanya karena ada pembagian makanan.
Saudaraku, jika kita melihat kembali ke belakang bagaimana Natal yang pertama kali, dimana penuh dengan kesederhanaan. Ketika Yesus lahir ke dunia ini, tidak ada suatu upacara khusus yang diadakan untuk menyambut-Nya. Ia masuk tanpa diketahui orang banyak, dan tidak ada pelopor-pelopor yang menyatakan-Nya sebagai Raja. Ia telah ada di dalam dunia tetapi dunia tidak mengenalNya. Allah datang ke bumi bukan dalam pusaran angin yang menderu atau api yang menyala-nyala. Tidak terbayangkan bagaimana pencipta segala-sesuatu menyusut, mengecil, sangat kecil, sampai menjadi sebuah sel telur, dan dilahirkan seorang perawan. Kelahiran-Nya pun mengambil tempat di kandang hewan, tanpa pegawai, Raja yang baru dilahirkan itu diletakkan di tempat makanan hewan. Kelahirannya disaksikan oleh para gembala sewaan yang buta huruf, yang sedang menjaga domba orang lain, bukan siapa-siapa yang namanya pun tidak tercatat. Di mata orang Yahudi para gembala ini memiliki reputasi yang jelek, mereka di cap sebagai yang tidak bertuhan dan di dalam rumah ibadah mereka ditempatkan luar halaman. Tetapi justru merekalah yang dipilih Allah untuk membantu merayakan kelahiranNya. Dia dilahirkan ditengah pergolakan dan teror, dan menghabiskan masa bayiNya dengan bersembunyi di Mesir sebagai pengungsi.
Maka dari itu, kelirulah orang-orang yang terus mengharapkan seorang Juruselamat yang datang dengan segala kemegahan dan juga suatu kekeliruan jika masih ada orang Kristen beranggapan bahwa perayaan natal itu harus mewah, semuanya harus serba baru, dan lain sebagainya. Ingat Yesus lahir penuh dengan kesederhanaan, lahir di dalam kandang domba, disaksikan oleh orang-orang sederhana yaitu gembala. Saudaraku, memaknai Natal bukan dengan memasang pohon Natal di rumah kita, berkirim bingkisan untuk kerabat dan rekan, atau memakai baju baru. Jangan sampai kita mengaburkan esensi Natal dengan kemeriahan perayaan dan pernak-perniknya. Saudaraku, yang terpenting bagi kita adalah apa makna kedatangan-Nya ke dalam dunia ini, khususnya bagi pribadi kita masing-masing. Jika kita menemukan maknanya, maka Natal tahun ini akan sangat berarti dan akan memberikan sukacita yang besar di dalam menjalani hidup ini, marilah kita menikmatinya sebagai refleksi pribadi.
Saudaraku, kedatanganNya ke dalam dunia ini telah dinubuatkan, misalnya di dalam Kejadian 3:15 bahwa Yesus adalah keturunan dari perempuan, Yesaya 7:14 Yesus dilahirkan oleh seorang anak dara/perawan. Bahkan Orang-orang Israel tahu bahwa suatu hari nanti Juru Selamat akan dilahirkan di Betlehem, sebuah desa kecil di dekat Yerusalem. Nabi Mikha telah menubuatkan hal ini lebih dari tujuh ratus tahun sebelum Yesus dilahirkan. "Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala" (Mikha 5:1). Jika demikian apa tujuan kedatangan-Nya?
Karena semua manusia telah berdosa (Roma 3:10)
Sejak kejatuan manusia ke dalam dosa, maka sejak itu juga manusia terpisah dari Allah yang kudus. Perlu kita pahami bahwa Allah itu kudus dan sesuatu yang kudus tidak bisa bersama dengan yang tidak kudus atau yang berdosa. Di dalam 1 korintus 15:21a dikatakan ”Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia”, karena dosa hawa memakan buah terlarang, maka semua manusia mewarisi dosa itu. Beberapa gambaran sikap orang berdosa:
Memiliki kecenderungan untuk melawan, Kej. 2:17
Hidupnya penuh dengan kepura-puraan, Mat. 23:28
Hidupnya dikuasai hawa nafsu, Mark. 7:21-23
Lebih menyukai hidup didalam kegelapan walaupun tahu kalau terang itu sudah datang, Roma 1:23 .... ada Debat Partai tanggal 10 desember di TVOne antara PDS dan PDKI, dimana mereka saling membuka keboroka masing-masing
Dan lain sebagainya
Dalam kondisi yang tidak berdaya karena dosa, manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Harus ada korban penghapus dosa, dan hanya Yesus yang bisa melakukan itu, supaya manusia bisa berdamai kembali dengan Allah yang kudus. Jadi Tujuan kedatangannya adalah untuk menebus dosa semua manusia. Allah memberikan tawaran, karena manusia memiliki kehendak bebas, tinggal pilih mau menerima tawaran Allah atau memilih untuk binasa.
Melayani orang yang hancur, terbuang dan terhilang (Yes. 61:1-2; Mat. 12:20; Mat. 18:11). Di dalam Matius 12:20. Ketika kita sudah menjadi orang percaya, kita akan mengalami suatu tantangan namun kita jangan kuatir karena kuasa dan anugerahNya akan selalu menopang orang yang lemah. Dia datang untuk menetapkan jalan keselamatan dan mendorong orang untuk menjadi tulus dan terus mempunyai pengharapan di dalam Dia, meskipun banyak kelemahan. Di dalam Matius 12:20 orang yang mengikut Dia digambarkan seperti buluh yang patah terkulai dan sumbu yang pudar nyalanya. Orang yang baru percaya itu lemah seperti buluh yang patah terkulai, dan kelemahan mereka itu seperti sumbu yang pudar nyalanya. Mereka memang mempunyai sedikit kehidupan, tetapi kehidupan itu seperti buluh yang patah terkulai. Mereka memiliki sedikit panas, tetapi panas itu bagaikan panas sumbu yang pudar nyalanya. Mungkin masih ada diantara kita yang hadir hari ini masih memiliki kehidupan seperti itu, meskipun sudah bertahun-tahun menjadi orang Kristen, bahkan sejak lahir sudah menjadi orang Kristen. Mengiring Tuhan dengan setengah hati, hidupnya panas-panas tai ayam, kadang ke gereja kalau ada kepentingan, memiliki kerinduan ke gereja kalau hari Natal. Dan yang seringkali kita jumpai di dalam kehidupan berjemaat, adalah banyak orang yang tadinya setia mengiring Yesus, hidup saleh, aktif dalam berbagai kegiatan gereja, tetapi setelah kecewa dengan seseorang, dia menjadi mundur, dan tanpa sadar kian hari kian tenggelam, terbawa oleh kehendak dagingnya. Ada pula karena merasa telah cukup lama berdoa memohonkan kesembuhan, tapi tak kunjung sembuh, mereka lalu undur pergi mencari pertolongan dukun. Akibatnya, hidupnya makin jauh dari Tuhan. Ada pula yang tak kuat menanggung beban kesulitan; saat cobaan datang, mereka lalu jatuh dan undur dari Tuhan. Mikha menyamakan mereka dengan orang-orang pincang, yang tidak tegar berdiri, yang langkahnya tidak rata alias tidak jujur di mata Tuhan.
Meskipun kita mengalami hal-hal demikian dalam menjalani hidup ini, tetapi Yesus masih memiliki belas kasihan. Ia tidak mau mematahkan semangat kita apalagi menolak atau membuang kita. Buluh yang patah terkulai tidak akan pernah diputuskan dan diinjak-injak melainkan akan ditopang dan dibuat sekuat pohon cemara atau pohon kelapa yang kuat dan subur. Dia akan menopang kita dari yang lemah, bertumbuh sampai menghasilkan buah. Alkitab berkata, ada lengan yang kekar, yang mengumpulkan dan menghimpunkan mereka yang pincang dan yang terpencar-pencar itu. Ada tangan yang berkuasa membawa minyak dan membalut luka hati, dan ada tangan yang menopang dan menguatkan yang lemah, sehingga kembali tegak berdiri.
Menyelamatkan semua bangsa (Luk. 2:10,11; 2 Kor. 5:15)
Luk.2:10, malaikat membritahukan kepada gembala tentang kesukaan besar bagi segala bangsa yaitu Juruselamat yang telah lahir di kota Daud. Yesus datang untuk menyelamatkan semua bangsa.
PENUTUP
Saudaraku, kembali saya tegaskan bahwa memaknai Natal bukan dengan memasang pohon Natal di rumah kita, berkirim bingkisan untuk kerabat dan rekan, atau memakai baju baru. Jangan sampai kita mengaburkan esensi Natal dengan kemeriahan perayaan dan pernak-perniknya, namun marilah kita menikmatinya sebagai refleksi pribadi. Perayaan Natal jangan pula hanya terfokus pada diri kita sendiri, namun justru harus kita lakukan untuk menunjukkan solidaritas kita kepada sesama.
Saudaraku, satu hal yang perlu direnungkan bahwa setiap orang percaya sudah seharusnya mengerti dan mengetahui apa arti sebenarnya dari sukacita Natal tersebut. Kita harus menyadari bahwa Natal merupakan suatu perayaan penghormatan kepada Allah karena Dia sudah menyatakan kasih-Nya melalui kelahiran Yesus? Natal adalah hari di mana kita merayakan kelahiran Kristus, Tuhan kita. Ingatlah untuk merenung sejenak dan mengucap syukur karena Allah telah mengirimkan hadiah yang terbesar bagi kita semua, yaitu Yesus, Putra-Nya. Di dalam Yohanes 3:16 Allah berfirman: ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” jadi semua karena kasih-Nya.
Saudaraku hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Sambutlah Dia sebagai Juruselamat pribadimu, maka Dia akan memberikan hidup kekal bagimu. Sekali lagi, bahwa kedatangan-Nya untuk membawa keselamatan bagi semua orang yang mau mendengar dan menyambut Berita Natal! Sebab inti dari berita Natal itu ialah ”kasih Allah akan manusia”. Saudaraku percayalah kepada dia, seperti para gembala yang karena percaya mereka pergi cepat-cepat ke kota Daud untuk melihat apa yang telah disampai oleh malaikat kepada mereka. Maukah saudara untuk percaya dan mengakui dia sebagai juruselamat pribadimu? Jika tidak, firman Allah di dalam 2 Kor 4:3,4: ” Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.
Pertanyaannya sekarang adalah adakah tempat di hati kita bagi kelahiran-Nya?
Nats : Lukas 2:11
PENDAHULUAN
Awal bulan Desember gereja kami membentuk satu panitia untuk mempersiapkan perayaan natal tahun ini dengan haparan semua kegiatan dapat terkoordinir dengan baik. Ada satu hal yang terjadi di gereja kami, ketika sedang rapat panitia salah satu anggota panitia berdiri dan menyampaikan pendapatnya, bahwa dia dari awal tidak setuju dengan acara natal, karena menurut dia kegiatan natal begitu-begitu saja dari tahun ke tahun, tidak ada sesuatu yang baru. Saudaraku, meskipun Natal kita lalui tiap tahun, bukan berarti Natal tahun ini akan kita lewati tanpa makna, bukan?
Saudaraku yang terkasih di dalam Tuhan Yesus, biasanya memasuki bulan Desember orang-orang Kristen sudah mulai sibuk, entah di rumah, di gereja, di tempat pelayanan, dan lain sebagainya. Mereka sibuk terlibat dengan kegiatan untuk mempersiapkan Natal, dan masih banyak kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan untuk memeriahkan Natal tahun ini, tetapi ada juga yang masah bodoh. Namun terlepas dari semua itu ada satu pertanyaan yang sangat penting untuk kita renungkan yaitu apa makna Natal bagi saya pribadi? Atau kita berkata Natal sudah menjadi rutinitas orang Kristen setiap bulan Desember, atau kita berkata natal begitu-begitu saja dari tahun ke tahun, tidak ada sesuatu yang baru. Mendengar kata Natal! Kata itu sendiri telah mencerminkan perasaan sukacita yang luar biasa. Di setiap tempat ada banyak hal yang mengingatkan tentang hari yang menggembirakan ini. Kalau kita melihat daerah-daerah yang mayoritas Kristen, biasanya memasuki bulan Desember lagu-lagu Natal sudah diputar dimana-mana, rumah-rumah dan pertokoan sudah dihiasi dengan pohon natal dan berbagai pernak-perniknya. Dan yang lebih ektrim lagi ada yang menyambut Natal dengan mabuk-mabukan, mengapa demikian? Karena banyak orang yang tidak memahami apa makna natal itu!
Ilustrasi:
Saya jadi teringat dengan Natal dua puluh tahun lalu di kampung. Bersyukurlah kalau kita hidup di daerah yang mayoritas Kristen, karena akan sangat terasa nuansa natalnya. Biasanya memasuki minggu pertama bulan desember sudah ada gereja yang merayakan Natal. Apa yang pernah saya alami kadang membawa kerinduan untuk merasakan suasana natal yang sama. Sepintas saya gambarkan suasana Natal dikampung, didesa yang jauh dari keramaian kota sangat terasa kebersamaan dan toleransi yang tinggi, jika ada gereja yang merayakan Natal maka gereja-gereja yang lain akan ikut sama-sama meskipun berbeda latar belakang doktrin, bahkan banyak dari golongan orang yang belum percaya turut serta memeriakan natal, jadi ketika gereja mengadakan acara natal maka gereja akan penuh bahkan sampai keluar gereja. Tetapi ada satu hal yang selalu menjadi pertanyaan, apakah mereka yang datang itu benar-benar memahami makna natal itu? Atau jangan-jangan mereka mau datang hanya karena gereja tersebut menyediakan nasi bungkus yang dibagikan diakhir acara? Jujur saya katakan bahwa sekian tahun saya mengikuti natal di kampung, sebagian orang tidak mengerti makna Natal itu, termasuk saya dan banyak teman-teman seangkatan saya. Kebanyakan yang datang hanya karena ada pembagian makanan.
Saudaraku, jika kita melihat kembali ke belakang bagaimana Natal yang pertama kali, dimana penuh dengan kesederhanaan. Ketika Yesus lahir ke dunia ini, tidak ada suatu upacara khusus yang diadakan untuk menyambut-Nya. Ia masuk tanpa diketahui orang banyak, dan tidak ada pelopor-pelopor yang menyatakan-Nya sebagai Raja. Ia telah ada di dalam dunia tetapi dunia tidak mengenalNya. Allah datang ke bumi bukan dalam pusaran angin yang menderu atau api yang menyala-nyala. Tidak terbayangkan bagaimana pencipta segala-sesuatu menyusut, mengecil, sangat kecil, sampai menjadi sebuah sel telur, dan dilahirkan seorang perawan. Kelahiran-Nya pun mengambil tempat di kandang hewan, tanpa pegawai, Raja yang baru dilahirkan itu diletakkan di tempat makanan hewan. Kelahirannya disaksikan oleh para gembala sewaan yang buta huruf, yang sedang menjaga domba orang lain, bukan siapa-siapa yang namanya pun tidak tercatat. Di mata orang Yahudi para gembala ini memiliki reputasi yang jelek, mereka di cap sebagai yang tidak bertuhan dan di dalam rumah ibadah mereka ditempatkan luar halaman. Tetapi justru merekalah yang dipilih Allah untuk membantu merayakan kelahiranNya. Dia dilahirkan ditengah pergolakan dan teror, dan menghabiskan masa bayiNya dengan bersembunyi di Mesir sebagai pengungsi.
Maka dari itu, kelirulah orang-orang yang terus mengharapkan seorang Juruselamat yang datang dengan segala kemegahan dan juga suatu kekeliruan jika masih ada orang Kristen beranggapan bahwa perayaan natal itu harus mewah, semuanya harus serba baru, dan lain sebagainya. Ingat Yesus lahir penuh dengan kesederhanaan, lahir di dalam kandang domba, disaksikan oleh orang-orang sederhana yaitu gembala. Saudaraku, memaknai Natal bukan dengan memasang pohon Natal di rumah kita, berkirim bingkisan untuk kerabat dan rekan, atau memakai baju baru. Jangan sampai kita mengaburkan esensi Natal dengan kemeriahan perayaan dan pernak-perniknya. Saudaraku, yang terpenting bagi kita adalah apa makna kedatangan-Nya ke dalam dunia ini, khususnya bagi pribadi kita masing-masing. Jika kita menemukan maknanya, maka Natal tahun ini akan sangat berarti dan akan memberikan sukacita yang besar di dalam menjalani hidup ini, marilah kita menikmatinya sebagai refleksi pribadi.
Saudaraku, kedatanganNya ke dalam dunia ini telah dinubuatkan, misalnya di dalam Kejadian 3:15 bahwa Yesus adalah keturunan dari perempuan, Yesaya 7:14 Yesus dilahirkan oleh seorang anak dara/perawan. Bahkan Orang-orang Israel tahu bahwa suatu hari nanti Juru Selamat akan dilahirkan di Betlehem, sebuah desa kecil di dekat Yerusalem. Nabi Mikha telah menubuatkan hal ini lebih dari tujuh ratus tahun sebelum Yesus dilahirkan. "Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala" (Mikha 5:1). Jika demikian apa tujuan kedatangan-Nya?
Karena semua manusia telah berdosa (Roma 3:10)
Sejak kejatuan manusia ke dalam dosa, maka sejak itu juga manusia terpisah dari Allah yang kudus. Perlu kita pahami bahwa Allah itu kudus dan sesuatu yang kudus tidak bisa bersama dengan yang tidak kudus atau yang berdosa. Di dalam 1 korintus 15:21a dikatakan ”Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia”, karena dosa hawa memakan buah terlarang, maka semua manusia mewarisi dosa itu. Beberapa gambaran sikap orang berdosa:
Memiliki kecenderungan untuk melawan, Kej. 2:17
Hidupnya penuh dengan kepura-puraan, Mat. 23:28
Hidupnya dikuasai hawa nafsu, Mark. 7:21-23
Lebih menyukai hidup didalam kegelapan walaupun tahu kalau terang itu sudah datang, Roma 1:23 .... ada Debat Partai tanggal 10 desember di TVOne antara PDS dan PDKI, dimana mereka saling membuka keboroka masing-masing
Dan lain sebagainya
Dalam kondisi yang tidak berdaya karena dosa, manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Harus ada korban penghapus dosa, dan hanya Yesus yang bisa melakukan itu, supaya manusia bisa berdamai kembali dengan Allah yang kudus. Jadi Tujuan kedatangannya adalah untuk menebus dosa semua manusia. Allah memberikan tawaran, karena manusia memiliki kehendak bebas, tinggal pilih mau menerima tawaran Allah atau memilih untuk binasa.
Melayani orang yang hancur, terbuang dan terhilang (Yes. 61:1-2; Mat. 12:20; Mat. 18:11). Di dalam Matius 12:20. Ketika kita sudah menjadi orang percaya, kita akan mengalami suatu tantangan namun kita jangan kuatir karena kuasa dan anugerahNya akan selalu menopang orang yang lemah. Dia datang untuk menetapkan jalan keselamatan dan mendorong orang untuk menjadi tulus dan terus mempunyai pengharapan di dalam Dia, meskipun banyak kelemahan. Di dalam Matius 12:20 orang yang mengikut Dia digambarkan seperti buluh yang patah terkulai dan sumbu yang pudar nyalanya. Orang yang baru percaya itu lemah seperti buluh yang patah terkulai, dan kelemahan mereka itu seperti sumbu yang pudar nyalanya. Mereka memang mempunyai sedikit kehidupan, tetapi kehidupan itu seperti buluh yang patah terkulai. Mereka memiliki sedikit panas, tetapi panas itu bagaikan panas sumbu yang pudar nyalanya. Mungkin masih ada diantara kita yang hadir hari ini masih memiliki kehidupan seperti itu, meskipun sudah bertahun-tahun menjadi orang Kristen, bahkan sejak lahir sudah menjadi orang Kristen. Mengiring Tuhan dengan setengah hati, hidupnya panas-panas tai ayam, kadang ke gereja kalau ada kepentingan, memiliki kerinduan ke gereja kalau hari Natal. Dan yang seringkali kita jumpai di dalam kehidupan berjemaat, adalah banyak orang yang tadinya setia mengiring Yesus, hidup saleh, aktif dalam berbagai kegiatan gereja, tetapi setelah kecewa dengan seseorang, dia menjadi mundur, dan tanpa sadar kian hari kian tenggelam, terbawa oleh kehendak dagingnya. Ada pula karena merasa telah cukup lama berdoa memohonkan kesembuhan, tapi tak kunjung sembuh, mereka lalu undur pergi mencari pertolongan dukun. Akibatnya, hidupnya makin jauh dari Tuhan. Ada pula yang tak kuat menanggung beban kesulitan; saat cobaan datang, mereka lalu jatuh dan undur dari Tuhan. Mikha menyamakan mereka dengan orang-orang pincang, yang tidak tegar berdiri, yang langkahnya tidak rata alias tidak jujur di mata Tuhan.
Meskipun kita mengalami hal-hal demikian dalam menjalani hidup ini, tetapi Yesus masih memiliki belas kasihan. Ia tidak mau mematahkan semangat kita apalagi menolak atau membuang kita. Buluh yang patah terkulai tidak akan pernah diputuskan dan diinjak-injak melainkan akan ditopang dan dibuat sekuat pohon cemara atau pohon kelapa yang kuat dan subur. Dia akan menopang kita dari yang lemah, bertumbuh sampai menghasilkan buah. Alkitab berkata, ada lengan yang kekar, yang mengumpulkan dan menghimpunkan mereka yang pincang dan yang terpencar-pencar itu. Ada tangan yang berkuasa membawa minyak dan membalut luka hati, dan ada tangan yang menopang dan menguatkan yang lemah, sehingga kembali tegak berdiri.
Menyelamatkan semua bangsa (Luk. 2:10,11; 2 Kor. 5:15)
Luk.2:10, malaikat membritahukan kepada gembala tentang kesukaan besar bagi segala bangsa yaitu Juruselamat yang telah lahir di kota Daud. Yesus datang untuk menyelamatkan semua bangsa.
PENUTUP
Saudaraku, kembali saya tegaskan bahwa memaknai Natal bukan dengan memasang pohon Natal di rumah kita, berkirim bingkisan untuk kerabat dan rekan, atau memakai baju baru. Jangan sampai kita mengaburkan esensi Natal dengan kemeriahan perayaan dan pernak-perniknya, namun marilah kita menikmatinya sebagai refleksi pribadi. Perayaan Natal jangan pula hanya terfokus pada diri kita sendiri, namun justru harus kita lakukan untuk menunjukkan solidaritas kita kepada sesama.
Saudaraku, satu hal yang perlu direnungkan bahwa setiap orang percaya sudah seharusnya mengerti dan mengetahui apa arti sebenarnya dari sukacita Natal tersebut. Kita harus menyadari bahwa Natal merupakan suatu perayaan penghormatan kepada Allah karena Dia sudah menyatakan kasih-Nya melalui kelahiran Yesus? Natal adalah hari di mana kita merayakan kelahiran Kristus, Tuhan kita. Ingatlah untuk merenung sejenak dan mengucap syukur karena Allah telah mengirimkan hadiah yang terbesar bagi kita semua, yaitu Yesus, Putra-Nya. Di dalam Yohanes 3:16 Allah berfirman: ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” jadi semua karena kasih-Nya.
Saudaraku hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Sambutlah Dia sebagai Juruselamat pribadimu, maka Dia akan memberikan hidup kekal bagimu. Sekali lagi, bahwa kedatangan-Nya untuk membawa keselamatan bagi semua orang yang mau mendengar dan menyambut Berita Natal! Sebab inti dari berita Natal itu ialah ”kasih Allah akan manusia”. Saudaraku percayalah kepada dia, seperti para gembala yang karena percaya mereka pergi cepat-cepat ke kota Daud untuk melihat apa yang telah disampai oleh malaikat kepada mereka. Maukah saudara untuk percaya dan mengakui dia sebagai juruselamat pribadimu? Jika tidak, firman Allah di dalam 2 Kor 4:3,4: ” Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.
Pertanyaannya sekarang adalah adakah tempat di hati kita bagi kelahiran-Nya?