Judul : Langkah yang menentukan
Teks Alkitab : Bilangan 33: 1-49
Langkah akhir adalah langkah yang menentukan
Tuhan menghendaki umatnya untuk tidak puas karena sudah menjadi orang Kristen bukan itu yang menentukan tetapi bagaimana langkah akhir kita yaitu hidup bersama Kristus di dalam kerajaan-Nya yang abadi.
Pendahuluan
Pasal ini mengisahkan petualangan bangsa Israel sejak mereka meninggalkan Mesir hingga mereka sampai di tepi sungai Yordan. Di ayat 2 dikemukakan bahwa, Musa menulis perjalanan bangsa Israel dari satu tempat ke tempat yang lain bukan sekedar keinginan Musa, tetapi Alkitab mengatakan bahwa sesuai dengan titah Tuhan. Jadi Tuhan-lah yang memberikan perintah kepada Musa untuk menuliskan fakta-fakta. Dalam perjalanan ini Musa dan Harun di percayakan Tuhan untuk membawa bangsa Israel yang jumlahnya kira-kira 2 juta orang untuk dibawah keluar dari tanah Mesir dengan tujuan tanah perjanjian yaitu tanah Kanaan. Alkitab menceritakan kepada kita bahwa sejak bangsa Israel dibebaskan Allah, keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa, Tuhan selalu menuntun umat-Nya, Tuhan menyertai umat-Nya. Keluaran 13:20-21 berkata:
TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam.
Saudaraku, penyertaan Tuhan selalu ada di tengah-tengah bangsa Israel, baik siang maupun malam. Tuhan selalu hadir di tengah-tengah mereka dalam bentuk tiang api dan tiang awan. Tuhan menuntun umat-Nya langkah demi langkah menuju tujuan akhir yang Ia telah tentukan yaitu tanah perjanjian. Kita akan melihat bagaimana Tuhan menuntun umat-Nya menuju tujuan yang Ia telah tentukan.
1. Allah membebaskan umat-Nya dari perbudakan di Mesir
Setelah Yusuf dan saudara-saudaranya mati, Alkitab mengatakan di dalam Keluaran 1:6-8, bahwa orang-orang Israel beranak-cucu dan tak terbilang jumlahnya; mereka bertambah banyak dengan dasyat berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi dengan mereka. Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf. Orang Israel mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriakan mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah. Tuhan telah mendengar rintihan bangsa Israel di tanah perbudakan di Mesir, lalu Allah mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka. Untuk membebaskan bangsa pilihan-Nya, Tuhan telah mempersiapkan seorang pemimpin yaitu Musa. Untuk membawa bangsa ini keluar dari tanah Mesir, bukanlah hal yang mudah, banyak tantangan-tantangan yang dialami baik yang datangnya dari penguasa di Mesir maupun yang datangnya dari bangsa Israel itu sendiri.
Ilusttrasi
Saudaraku, saya kira untuk memperoleh suatu kebebasan atau kemerdekaan bukanlah hal yang mudah? Kita bisa melihat bagaimana para pejuang bangsa kita memperoleh kemerdekaan, lewat pengorbanan yang mahal, banyak halangan dan tantangan yang harus mereka hadapi baik dari pihak musuh maupun dari bangsa sendiri, bahkan mereka rela kehilangan nyawa demi kemerdekaan itu.
Aplikasi
Saudara yang terkasih, sama seperti bangsa Israel yang telah dimerdekakan Tuhan dari perbudakan di tanah Mesir. Demikian juga halnya dengan kita yang sudah dimerdekakan dari perbudakan dosa. Tuhan Yesus telah menderita di kayu salib, mati dan bangkit pada hari ke tiga dari antara orang mati, untuk membebaskan saudara dari perbudakan dosa. Ingat, saudara dan saya dulunya adalah budak dosa, hidup dalam kegelapan, namun karena kasih dan kemurahan Tuhan, saudara dan saya telah dipindakan dari kegelapan ke dalam terang atau sudah menjadi anak-anak terang. Oleh karena kita sudah dipindahkan ke dalanm terang, maka kita harus menanggalkan manusia lama kita, dan hidup di dalam kehendak Tuhan.
Harus diakui untuk menanggalkan manusia lama bukanlah hal yang mudah, sama seperti bangsa Israel ketika mereka sudah dibebaskan dari perbudakan, kadang mereka masih teringat dengan kehidupan mereka di Mesir. Mereka kurang mensyukiri anugerah pembebasan itu, tetapi yang mereka lakukan adalah bersungut-sungut, marah kepada pemimpin mereka. Ketika mereka menghadapi permasalahan hidup, maka rekaman kehidupan masa lalu di Mesir kembali merasuki pikiran mereka. Memang untuk meninggalkan manusia lama bukanlah hal yang mudah, tetapi percayalah ketika Tuhan yang menuntun saudara keluar maka Dia pula yang akan menuntun saudara menuju tujuan akhir yang Dia telah tentukan. Kadang kita tidak bersyukur dengan pembebasan yang Tuhan telah berikan kepada kita, seringkali kita lebih memilih ”masa-masa di mesir” padahal itu hanya akan membawa kita kembali ke masa lalu yaitu masa-masa dimana saudara dan saya hidup di dalam lumpur dosa.
2. Allah menuntun perjalanan umat-Nya menuju tanah perjanjian
Perjalanan mereka dimulai sesudah Paskah, perjalanan ini dimulai dari Rameses pada bulan yang pertama, hari yang kelima belas, bulan yang pertama. Ketika bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, orang-orang Mesir sedang dalam keadaan berduka karena kematian anak-anak sulung mereka. TUHAN telah membunuh anak-anak sulung bangsa Mesir karena Tuhan sedang menjatuhkan hukuman-hukuman kepada allah mereka. Dari Rameses mereka menuju ke Sukot lalu mereka berkemah di Etam di tepi padang gurun. Tanah Rameses adalah tanah yang terbaik ditanah Mesir dan tanah ini diberikan oleh Firaun sebagai tanah milik kepada orang tua (Yakub) dan saudara-saudara Yusuf ketika mereka pindah ke Mesir (Kej. 47:11). Selanjutnya mereka berangkat dari Etam, lalu berbalik ke Pi-Hahirot di depan Baal-Zefon kemudian berkemah di tentangan Migdol. Mengapa mereka berbalik? Coba perhatikan Tuhan berfirman kepada Musa supaya orang Isarel balik kembali dan berkemah di Pi-Hahirot (Kel. 14:1-4), di sini kita lihat Tuhan mempunyai tujuan yaitu Tuhan akan menyatakan kemuliaan-Nya kepada Firaun dan seluruh pasukannya, sehingga orang Mesir mengetahui bahwa Allah yang disembah oleh orang Israel adalah Allah yang Mahakuasa. Dari Pi-Hahirot mereka menuju Mara, saudara, perhatikan perjalanan mereka dari Pi-Hahirot mereka harus melewati tengah-tengah laut selanjutnya menuju padang gurun. Mereka berjalan tiga hari perjalanan di padang gurun Etam tanpa mendapatkan air. Tiba di Mara baru mendapatkan air, tetapi yang muncul hanya kekecewaan karena air yang didapatkan adalah air yang pahit, lalu mereka berkemah di Mara. Dari Mara mereka berangkat ke Elim dan mendapatkan dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma. Sampai di sini kita dapat melihat bahwa setelah mereka dimerdekakan dari perbudakan di Mesir, tidak berarti mereka tidak mengalami persoalan lagi, justru persoalan tetap ada di dalam perjalanan mereka. Pada akhirnya kita melihat perjalanan bangsa ini selalu di isi dengan suka dan duka yang silih berganti.
Ilustrasi
Waktu masih kuliah di perguruan tinggi, saya beberapa kali pulang kampung menggunakan transportasi laut. Karena keuangan yang terbatas, maka bersama beberapa teman kami memulai perjalanan dari Bandung dengan menggunakan kereta api ekonomi. Selama perjalanan ada yang menyenangkan dan ada yang tidak menyenangkan, misalnya harus berdiri karena tidak dapat tempat duduk, kadang berdesak-desakan, panas, bau yang tidak menyenangkan, dan lain sebagainya. Itu baru naik kereta api ke Surabaya, belum lagi naik kapal laut yang harus berdesak-desakan, tidur di dek kapal dengan hanya menggunakan tikar, selain yang susah banyak juga hal-hal yang menyengkan. Bangsa Israel juga mengalami hal-hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan bahkan masa-masa yang sangat susah sekalipun selama perjalanan mereka menuju tanah perjanjian. Saudaraku, apakah Tuhan membiarkan mereka?
Aplikasi
Kita harus memahami bahwa di dalam mengiring Tuhan, pasti Tuhan selalu merencanakan yang terbaik bagi umat-Nya. Kita harus percaya bahwa tiang api dan tiang awan yang menyertai perjalanan bangsa Israel, juga berlaku bagi kita orang percaya masa kini. Jika saudara dan saya saat ini telah dimerdekakan dari perbudakan dosa, bukan berarti kita merdeka dari segala-galanya, tidak ada lagi persoalan, tidak ada kesusahan, tidak ada lagi serentetan masalah yang harus kita hadapi, saya kira tidak demikian. Kalau kita perhatikan kembali perjalanan bangsa Israel, kita tahu jelas bagaimana Tuhan menyertai mereka, tetapi apakah selama perjalanan mereka tidak ada masalah? Justru dalam perjalanan mereka, masalah demi masalah atau serentetan masalah mereka harus hadapi, perhatikan:
· Ketika mereka ada di dekat Pi-Hahirot di depan Baal-Zepon mereka sangat ketakutan dikejar bangsa Mesir yang ada di belakang mereka, sedangkan di depan mereka ada Laut Teberau. Seandainya saudara dan saya berada bersama bangsa Israel saat itu, kira-kira apa yang saudara lakukan melihat situasi demikian, mau maju di depan ada laut Teberau, mau mundur di belakang ada tentara Firaun yang sedang mengejar dengan persenjataan yang lengkap. Mungkin yang pertama muncul dalam pikiran saudara sama dengan pikiran bangsa Israel yaitu kematian, sehingga mereka mulai marah kepada Musa. Mereka lupa kalau yang membawa mereka keluar dari Mesir adalah Allah yang penuh dengan kuasa.
Saudaraku, ketika persoalan itu datang dalam hidupmu. Tuhan menghendaki supaya tidak terlarut di dalam kekuatiran, jangan melihat ke depan atau ke belakang karena di sana tidak ada jalan, tetapi pandanglah Tuhan dan berharaplah pada-Nya, maka Dia akan membelah laut di depanmu dan merontokkan musuh di belakangmu.
· Ketika mereka Gurun Syur mereka berjalan selama tiga hari tanpa mendapatkan air.
· Ketika mereka di Gurun Sin mereka bersungut-sungut karena mereka mengalami kelaparan.
· Ketika mereka di Rafidin mereka mulai bertengkar dengan Musa karena mereka tidak mendapatka air.
Saudaraku, tidak seorang pun yang tahu apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidupnya. Mungkin saat ini saudara sedang berada di padang gurun Syur dan sedang mengalami kehausan, atau sedang berada di Mara dengan penuh kekecewaan karena mendapati air yang pahit, atau sedang di padang gurun Sin dengan bersungut-sungut karena mengalami kelaparan, ataukah saudara saat ini sedang menikmati suasana yang menyenangkan di Elim karena mendapatkan tujuh mata air dan tujuh puluh pohon korma. Tetapi saudara harus ingat, itu semua tidak berarti dan tidak menetukan karena tujuan akhir bukan di padang gurun, bukan di Mara, bukan di Elim dan bukan di Rafidin, atau di tempat yang lain, tujuan akhir adalah tanah perjanjian yaitu tanah Kanaan.
3. Allah membawa umat-Nya masuk ke tanah perjanjian
Setelah mengalami pergumulan dalam perjalanan yang panjang, pada akhirnya Tuhan membawa bangsa Israel pada tujuan akhir yaitu tanah perjanjian, suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya (Kel. 3:8). Tuhan menghendaki di dalam tanah perjanjian itu tidak ada lagi hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Allah berfirman kepada bangsa Israel melalui Musa supaya bangsa Israel menghalau penduduk yang ada di tanah Kanaan dan membinasakan semua berhala-berhala mereka. Jika saudara dan saya belum membinasakan berhala-berhala dalam hidupmu dan tidak hidup di dalam Tuhan, meskipun tinggal selangkah tetap saudara tidak akan pernah masuk ke tanah perjanjian itu.
Ilustrasi
Waktu saya masih aktif menjalankan bisnis multilevel marketing atau MLM, saya bertemu dengan seorang ibu yang kebetulan tertarik dengan bisnis MLM. Lewat cara bicaranya ternyata dia seorang yang berpendidikan tinggi, oleh karena itu dia dipercayakan untuk memimpin pengajian ibu-ibu di lingkungannya. Sebagai upline, saya menyediakan waktu untuk membantu mengembangkan bisnis yang telah saya tawarkan. Lewat perbincangan-perbincangan kami, saya tidak pernah menyangka kalau ibu ini adalah anak pendeta. Dia menceritakan gimana dulunya dia sangat aktif melayani di gereja, persekutuan dan juga pernah memimpin perkumpulan mahasiswa Kristen di salah satu perguruan tinggi terkenal di Bandung. Tetapi dengan berjalannya waktu, dia bertemu dengan seorang pemuda yang membawa dia meninggalkan imannya.
Aplikasi
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, jangan kita terpaku dengan masa lalu kita, entah itu masa-masa keberhasilan atau masa-masa kesulitan karena semua itu bukan yang menentukan. Jangan kita bangga sudah menjadi orang percaya, bangga karena sukses dalam pelayanan, bangga karena sukses dalam pendidikan, bangga karena sukses dalam usaha, atau sebaliknya tidak pernah mengalami kesuksesan dan kebahagiaan, hanya kesulitan yang kita alami. Ingat semua itu tidak menentukan, tetapi langkah akhir adalah langkah yang menetukan. Bagaimana hidupmu pada akhirnya, apakah ada di dalam Tuhan atau di luar Tuhan.
Saudaraku, ingat penjahat di sebelah kanan Tuhan Yesus. Kita bisa bayangkan bagaimana hidup sebelumnya, tentu dia hidupnya sangat jahat sehingga dia dijatuhi hukuman gantung. mungkin dalam benak saudara, dia itu tidak layak masuk kerajaan surga karena kejahatannya, tetapi apa yang terjadi dalam waktu yang singkat itu, Alkitab mengatakan saat itu juga dia bersama-sama Tuhan Yesus di Firdaus: ” Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Lukas 23:43).
Penutup
Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
Rasul Paulus di dalam Filipi 3:7-8
Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,
Rasul Paulus menganggap apa yang menjadi keuntungan ketika belum mengikut Tuhan Yesus, adalah sesuatu yang merugikan karena pengenalan terhadap Tuhan Yesus lebih mulia dari pada semuannya. Oleh karena itu Paulus mengatakan bahwa :
”Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak. (1 Korintus 9:26-27).
Di sini kita bisa melihat, Rasul Paulus lebih memfokuskan diri ke ke depan atau ke garis akhir.
Saudaraku, kita telah dibebaskan dari perbudakan dosa dengan pengorbanan yang begitu mahal, marilah kita isi sisa hidup ini dengan hal-hal yang berkenan di hati Tuhan. Entah Tuhan membawa kita kepada gurun syur tampa ada air, atau ke Mara dengan air yang begitu pahit, ataukah Tuhan membawa kita ke Elim yang penuh dengan mata air dan pohon korma, yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah menuntun umat-Nya ke jalan yang salah, tetapi Dia sedang membawa umatnya menuju tujuan yang telah Dia janjikan yaitu tanah Kanaan, tanah perjanjian.
Saudaraku, percayalah bahwa langkah akhir yang menentukan dalam hidupmu adalah jika sampai pada akhir hidupmu, engkau tetap ada di dalam Tuhan. Jika demikian, maka tanah perjanjian yang Tuhan janjikan itu akan menjadi milikmu. Dan saudara dan saya akan hidup bersama Tuhan di dalam kerajaan-Nya yang abadi, itulah Tujuan akhir orang-orang percaya.
Teks Alkitab : Bilangan 33: 1-49
Langkah akhir adalah langkah yang menentukan
Tuhan menghendaki umatnya untuk tidak puas karena sudah menjadi orang Kristen bukan itu yang menentukan tetapi bagaimana langkah akhir kita yaitu hidup bersama Kristus di dalam kerajaan-Nya yang abadi.
Pendahuluan
Pasal ini mengisahkan petualangan bangsa Israel sejak mereka meninggalkan Mesir hingga mereka sampai di tepi sungai Yordan. Di ayat 2 dikemukakan bahwa, Musa menulis perjalanan bangsa Israel dari satu tempat ke tempat yang lain bukan sekedar keinginan Musa, tetapi Alkitab mengatakan bahwa sesuai dengan titah Tuhan. Jadi Tuhan-lah yang memberikan perintah kepada Musa untuk menuliskan fakta-fakta. Dalam perjalanan ini Musa dan Harun di percayakan Tuhan untuk membawa bangsa Israel yang jumlahnya kira-kira 2 juta orang untuk dibawah keluar dari tanah Mesir dengan tujuan tanah perjanjian yaitu tanah Kanaan. Alkitab menceritakan kepada kita bahwa sejak bangsa Israel dibebaskan Allah, keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa, Tuhan selalu menuntun umat-Nya, Tuhan menyertai umat-Nya. Keluaran 13:20-21 berkata:
TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam.
Saudaraku, penyertaan Tuhan selalu ada di tengah-tengah bangsa Israel, baik siang maupun malam. Tuhan selalu hadir di tengah-tengah mereka dalam bentuk tiang api dan tiang awan. Tuhan menuntun umat-Nya langkah demi langkah menuju tujuan akhir yang Ia telah tentukan yaitu tanah perjanjian. Kita akan melihat bagaimana Tuhan menuntun umat-Nya menuju tujuan yang Ia telah tentukan.
1. Allah membebaskan umat-Nya dari perbudakan di Mesir
Setelah Yusuf dan saudara-saudaranya mati, Alkitab mengatakan di dalam Keluaran 1:6-8, bahwa orang-orang Israel beranak-cucu dan tak terbilang jumlahnya; mereka bertambah banyak dengan dasyat berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi dengan mereka. Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf. Orang Israel mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriakan mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah. Tuhan telah mendengar rintihan bangsa Israel di tanah perbudakan di Mesir, lalu Allah mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka. Untuk membebaskan bangsa pilihan-Nya, Tuhan telah mempersiapkan seorang pemimpin yaitu Musa. Untuk membawa bangsa ini keluar dari tanah Mesir, bukanlah hal yang mudah, banyak tantangan-tantangan yang dialami baik yang datangnya dari penguasa di Mesir maupun yang datangnya dari bangsa Israel itu sendiri.
Ilusttrasi
Saudaraku, saya kira untuk memperoleh suatu kebebasan atau kemerdekaan bukanlah hal yang mudah? Kita bisa melihat bagaimana para pejuang bangsa kita memperoleh kemerdekaan, lewat pengorbanan yang mahal, banyak halangan dan tantangan yang harus mereka hadapi baik dari pihak musuh maupun dari bangsa sendiri, bahkan mereka rela kehilangan nyawa demi kemerdekaan itu.
Aplikasi
Saudara yang terkasih, sama seperti bangsa Israel yang telah dimerdekakan Tuhan dari perbudakan di tanah Mesir. Demikian juga halnya dengan kita yang sudah dimerdekakan dari perbudakan dosa. Tuhan Yesus telah menderita di kayu salib, mati dan bangkit pada hari ke tiga dari antara orang mati, untuk membebaskan saudara dari perbudakan dosa. Ingat, saudara dan saya dulunya adalah budak dosa, hidup dalam kegelapan, namun karena kasih dan kemurahan Tuhan, saudara dan saya telah dipindakan dari kegelapan ke dalam terang atau sudah menjadi anak-anak terang. Oleh karena kita sudah dipindahkan ke dalanm terang, maka kita harus menanggalkan manusia lama kita, dan hidup di dalam kehendak Tuhan.
Harus diakui untuk menanggalkan manusia lama bukanlah hal yang mudah, sama seperti bangsa Israel ketika mereka sudah dibebaskan dari perbudakan, kadang mereka masih teringat dengan kehidupan mereka di Mesir. Mereka kurang mensyukiri anugerah pembebasan itu, tetapi yang mereka lakukan adalah bersungut-sungut, marah kepada pemimpin mereka. Ketika mereka menghadapi permasalahan hidup, maka rekaman kehidupan masa lalu di Mesir kembali merasuki pikiran mereka. Memang untuk meninggalkan manusia lama bukanlah hal yang mudah, tetapi percayalah ketika Tuhan yang menuntun saudara keluar maka Dia pula yang akan menuntun saudara menuju tujuan akhir yang Dia telah tentukan. Kadang kita tidak bersyukur dengan pembebasan yang Tuhan telah berikan kepada kita, seringkali kita lebih memilih ”masa-masa di mesir” padahal itu hanya akan membawa kita kembali ke masa lalu yaitu masa-masa dimana saudara dan saya hidup di dalam lumpur dosa.
2. Allah menuntun perjalanan umat-Nya menuju tanah perjanjian
Perjalanan mereka dimulai sesudah Paskah, perjalanan ini dimulai dari Rameses pada bulan yang pertama, hari yang kelima belas, bulan yang pertama. Ketika bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, orang-orang Mesir sedang dalam keadaan berduka karena kematian anak-anak sulung mereka. TUHAN telah membunuh anak-anak sulung bangsa Mesir karena Tuhan sedang menjatuhkan hukuman-hukuman kepada allah mereka. Dari Rameses mereka menuju ke Sukot lalu mereka berkemah di Etam di tepi padang gurun. Tanah Rameses adalah tanah yang terbaik ditanah Mesir dan tanah ini diberikan oleh Firaun sebagai tanah milik kepada orang tua (Yakub) dan saudara-saudara Yusuf ketika mereka pindah ke Mesir (Kej. 47:11). Selanjutnya mereka berangkat dari Etam, lalu berbalik ke Pi-Hahirot di depan Baal-Zefon kemudian berkemah di tentangan Migdol. Mengapa mereka berbalik? Coba perhatikan Tuhan berfirman kepada Musa supaya orang Isarel balik kembali dan berkemah di Pi-Hahirot (Kel. 14:1-4), di sini kita lihat Tuhan mempunyai tujuan yaitu Tuhan akan menyatakan kemuliaan-Nya kepada Firaun dan seluruh pasukannya, sehingga orang Mesir mengetahui bahwa Allah yang disembah oleh orang Israel adalah Allah yang Mahakuasa. Dari Pi-Hahirot mereka menuju Mara, saudara, perhatikan perjalanan mereka dari Pi-Hahirot mereka harus melewati tengah-tengah laut selanjutnya menuju padang gurun. Mereka berjalan tiga hari perjalanan di padang gurun Etam tanpa mendapatkan air. Tiba di Mara baru mendapatkan air, tetapi yang muncul hanya kekecewaan karena air yang didapatkan adalah air yang pahit, lalu mereka berkemah di Mara. Dari Mara mereka berangkat ke Elim dan mendapatkan dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma. Sampai di sini kita dapat melihat bahwa setelah mereka dimerdekakan dari perbudakan di Mesir, tidak berarti mereka tidak mengalami persoalan lagi, justru persoalan tetap ada di dalam perjalanan mereka. Pada akhirnya kita melihat perjalanan bangsa ini selalu di isi dengan suka dan duka yang silih berganti.
Ilustrasi
Waktu masih kuliah di perguruan tinggi, saya beberapa kali pulang kampung menggunakan transportasi laut. Karena keuangan yang terbatas, maka bersama beberapa teman kami memulai perjalanan dari Bandung dengan menggunakan kereta api ekonomi. Selama perjalanan ada yang menyenangkan dan ada yang tidak menyenangkan, misalnya harus berdiri karena tidak dapat tempat duduk, kadang berdesak-desakan, panas, bau yang tidak menyenangkan, dan lain sebagainya. Itu baru naik kereta api ke Surabaya, belum lagi naik kapal laut yang harus berdesak-desakan, tidur di dek kapal dengan hanya menggunakan tikar, selain yang susah banyak juga hal-hal yang menyengkan. Bangsa Israel juga mengalami hal-hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan bahkan masa-masa yang sangat susah sekalipun selama perjalanan mereka menuju tanah perjanjian. Saudaraku, apakah Tuhan membiarkan mereka?
Aplikasi
Kita harus memahami bahwa di dalam mengiring Tuhan, pasti Tuhan selalu merencanakan yang terbaik bagi umat-Nya. Kita harus percaya bahwa tiang api dan tiang awan yang menyertai perjalanan bangsa Israel, juga berlaku bagi kita orang percaya masa kini. Jika saudara dan saya saat ini telah dimerdekakan dari perbudakan dosa, bukan berarti kita merdeka dari segala-galanya, tidak ada lagi persoalan, tidak ada kesusahan, tidak ada lagi serentetan masalah yang harus kita hadapi, saya kira tidak demikian. Kalau kita perhatikan kembali perjalanan bangsa Israel, kita tahu jelas bagaimana Tuhan menyertai mereka, tetapi apakah selama perjalanan mereka tidak ada masalah? Justru dalam perjalanan mereka, masalah demi masalah atau serentetan masalah mereka harus hadapi, perhatikan:
· Ketika mereka ada di dekat Pi-Hahirot di depan Baal-Zepon mereka sangat ketakutan dikejar bangsa Mesir yang ada di belakang mereka, sedangkan di depan mereka ada Laut Teberau. Seandainya saudara dan saya berada bersama bangsa Israel saat itu, kira-kira apa yang saudara lakukan melihat situasi demikian, mau maju di depan ada laut Teberau, mau mundur di belakang ada tentara Firaun yang sedang mengejar dengan persenjataan yang lengkap. Mungkin yang pertama muncul dalam pikiran saudara sama dengan pikiran bangsa Israel yaitu kematian, sehingga mereka mulai marah kepada Musa. Mereka lupa kalau yang membawa mereka keluar dari Mesir adalah Allah yang penuh dengan kuasa.
Saudaraku, ketika persoalan itu datang dalam hidupmu. Tuhan menghendaki supaya tidak terlarut di dalam kekuatiran, jangan melihat ke depan atau ke belakang karena di sana tidak ada jalan, tetapi pandanglah Tuhan dan berharaplah pada-Nya, maka Dia akan membelah laut di depanmu dan merontokkan musuh di belakangmu.
· Ketika mereka Gurun Syur mereka berjalan selama tiga hari tanpa mendapatkan air.
· Ketika mereka di Gurun Sin mereka bersungut-sungut karena mereka mengalami kelaparan.
· Ketika mereka di Rafidin mereka mulai bertengkar dengan Musa karena mereka tidak mendapatka air.
Saudaraku, tidak seorang pun yang tahu apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidupnya. Mungkin saat ini saudara sedang berada di padang gurun Syur dan sedang mengalami kehausan, atau sedang berada di Mara dengan penuh kekecewaan karena mendapati air yang pahit, atau sedang di padang gurun Sin dengan bersungut-sungut karena mengalami kelaparan, ataukah saudara saat ini sedang menikmati suasana yang menyenangkan di Elim karena mendapatkan tujuh mata air dan tujuh puluh pohon korma. Tetapi saudara harus ingat, itu semua tidak berarti dan tidak menetukan karena tujuan akhir bukan di padang gurun, bukan di Mara, bukan di Elim dan bukan di Rafidin, atau di tempat yang lain, tujuan akhir adalah tanah perjanjian yaitu tanah Kanaan.
3. Allah membawa umat-Nya masuk ke tanah perjanjian
Setelah mengalami pergumulan dalam perjalanan yang panjang, pada akhirnya Tuhan membawa bangsa Israel pada tujuan akhir yaitu tanah perjanjian, suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya (Kel. 3:8). Tuhan menghendaki di dalam tanah perjanjian itu tidak ada lagi hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Allah berfirman kepada bangsa Israel melalui Musa supaya bangsa Israel menghalau penduduk yang ada di tanah Kanaan dan membinasakan semua berhala-berhala mereka. Jika saudara dan saya belum membinasakan berhala-berhala dalam hidupmu dan tidak hidup di dalam Tuhan, meskipun tinggal selangkah tetap saudara tidak akan pernah masuk ke tanah perjanjian itu.
Ilustrasi
Waktu saya masih aktif menjalankan bisnis multilevel marketing atau MLM, saya bertemu dengan seorang ibu yang kebetulan tertarik dengan bisnis MLM. Lewat cara bicaranya ternyata dia seorang yang berpendidikan tinggi, oleh karena itu dia dipercayakan untuk memimpin pengajian ibu-ibu di lingkungannya. Sebagai upline, saya menyediakan waktu untuk membantu mengembangkan bisnis yang telah saya tawarkan. Lewat perbincangan-perbincangan kami, saya tidak pernah menyangka kalau ibu ini adalah anak pendeta. Dia menceritakan gimana dulunya dia sangat aktif melayani di gereja, persekutuan dan juga pernah memimpin perkumpulan mahasiswa Kristen di salah satu perguruan tinggi terkenal di Bandung. Tetapi dengan berjalannya waktu, dia bertemu dengan seorang pemuda yang membawa dia meninggalkan imannya.
Aplikasi
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, jangan kita terpaku dengan masa lalu kita, entah itu masa-masa keberhasilan atau masa-masa kesulitan karena semua itu bukan yang menentukan. Jangan kita bangga sudah menjadi orang percaya, bangga karena sukses dalam pelayanan, bangga karena sukses dalam pendidikan, bangga karena sukses dalam usaha, atau sebaliknya tidak pernah mengalami kesuksesan dan kebahagiaan, hanya kesulitan yang kita alami. Ingat semua itu tidak menentukan, tetapi langkah akhir adalah langkah yang menetukan. Bagaimana hidupmu pada akhirnya, apakah ada di dalam Tuhan atau di luar Tuhan.
Saudaraku, ingat penjahat di sebelah kanan Tuhan Yesus. Kita bisa bayangkan bagaimana hidup sebelumnya, tentu dia hidupnya sangat jahat sehingga dia dijatuhi hukuman gantung. mungkin dalam benak saudara, dia itu tidak layak masuk kerajaan surga karena kejahatannya, tetapi apa yang terjadi dalam waktu yang singkat itu, Alkitab mengatakan saat itu juga dia bersama-sama Tuhan Yesus di Firdaus: ” Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Lukas 23:43).
Penutup
Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
Rasul Paulus di dalam Filipi 3:7-8
Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,
Rasul Paulus menganggap apa yang menjadi keuntungan ketika belum mengikut Tuhan Yesus, adalah sesuatu yang merugikan karena pengenalan terhadap Tuhan Yesus lebih mulia dari pada semuannya. Oleh karena itu Paulus mengatakan bahwa :
”Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak. (1 Korintus 9:26-27).
Di sini kita bisa melihat, Rasul Paulus lebih memfokuskan diri ke ke depan atau ke garis akhir.
Saudaraku, kita telah dibebaskan dari perbudakan dosa dengan pengorbanan yang begitu mahal, marilah kita isi sisa hidup ini dengan hal-hal yang berkenan di hati Tuhan. Entah Tuhan membawa kita kepada gurun syur tampa ada air, atau ke Mara dengan air yang begitu pahit, ataukah Tuhan membawa kita ke Elim yang penuh dengan mata air dan pohon korma, yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah menuntun umat-Nya ke jalan yang salah, tetapi Dia sedang membawa umatnya menuju tujuan yang telah Dia janjikan yaitu tanah Kanaan, tanah perjanjian.
Saudaraku, percayalah bahwa langkah akhir yang menentukan dalam hidupmu adalah jika sampai pada akhir hidupmu, engkau tetap ada di dalam Tuhan. Jika demikian, maka tanah perjanjian yang Tuhan janjikan itu akan menjadi milikmu. Dan saudara dan saya akan hidup bersama Tuhan di dalam kerajaan-Nya yang abadi, itulah Tujuan akhir orang-orang percaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar