PENDAHULUAN
Saudaraku, saya sangat tertarik dengan kisah salah satu hamba Tuhan di Bandung yang pernah mengalami Badai di tengah laut ketika mengadakan perjalanan dari pulau kecil di Buton menuju Kendari-Sulawesi Tenggara. Perjalanan ini mengisahkan tentang suasana yang dialami ketika kapal sedang berlayar di tengah lautan, tiba-tiba ombak, hujan dan angin menerjang kapal kecil yang hamba Tuhan ini tumpangi. Suasana dalam kapal itu berubah menjadi memiluhkan, ada yang menangis, ada yang histeris, ada yang teriak memanggil Tuhannya, ada yang muntah-muntah karena guncangan kapal yang begitu dasyat. Suasana disekitar kapal menjadi gelap gulita karena amukan badai laut yang begitu menggelora.
Pentingnya Membangun Komunikasi dengan Allah
Saudaraku, murid Tuhan Yesus juga mengalami amukan angin sakal di danau ketika mereka hendak bertolak ke Betsaida. Kembali ke kisah hamba Tuhan di atas, ditengah hantaman badai ada satu pengharapan yang muncul di dalam hatinya yang paling dalam yaitu berdoa. Doanya demikian: Tuhan Yesus dulu di sekolah minggu saya dengar cerita bahwa Kau pernah meneduhkan badai dan ombak di danau, saya sekarang mohon juga Kau tolong kami. Kira-kira 20 menit kemudian laut menjadi tenang dan teduh. Saudaraku, doa orang benar sangat besar kuasanya (Yak. 5:16b). Yesus memberikan suatu pemahaman yang baru kepada kita sebagai murid-muridNya untuk tekun dalam berdoa seperti yang dilakukanNya yaitu pergi ke gunung untuk berdoa.
Saudaraku, walaupun banyak tugas mengajar dan pelayanan lainnya, namun ditengah kelelahanNya Yesus masih tetap punya waktu untuk berdoa. Kita tahu Tuhan Yesus setiap hari berdoa, meskipun tidak di tulis di Alkitab berapa kali dan berapa lama. Ada istilah yang mengatakan bahwa, Doa adalah nafas orang percaya, melalui doa kita akan membangun komunikasi dengan Allah, tanpa doa hubungan kita dengan Allah dapat dikatakan sedang dalam masalah. Komunikasi yang kita bangun bukan komunikasi yang monolog tetapi dialog dengan Bapak.
Saudaraku, suatu ketika anak saya minta dibelikan mainan. Mula-mula ia datang kepada saya, dengan suara lembut dan dengan sikap kekanak kanakannya ia mengutarakan maksudnya untuk dibeliin mainan. Sebagai seorang ayah, mendengar permintaan anak tidak berarti hanya sampai mendengar, tetapi saya mulai membangun komunikasi dengan anak, saya tanyakan kenapa kamu minta dibeliin mainan, kenapa kamu menginginkan mainan itu, ia menjawab karena melihat temannya punya banyak mainan, lewat komunikasi ini kami terus berdialog sampai terjalin suatu komunikasi yang intim antara anak dan bapak. Tuhan Yesus telah memberikan contoh yang baik kepada kita umatnya, bagaimana Dia selalu membangun komunikasi dengan BapakNya melalui doa. Pertanyaannya: Bagaiman dengan kita? Tuhan telah memberikan waktu 24 jam sehari, dari 24 jam itu berapa waktu yang kita gunakan untuk membangun komunikasi denganNya? Apakah ditengah-tengah kesibukan kita masih memiliki waktu untuk Tuhan? apakah kita pernah membangun mesbah doa dalam keluarga kita? Berapa waktu yang kita berikan untuk datang berbicara secara pribadi kepada Allah? Mungkin sebagian dari kita akan mengatakan waktu untuk Tuhan sangat sedikit, bukankah kita hanya menghabiskan waktu 24 jam itu untuk kepuasan dan untuk memenuhi keinginan diri sendiri. Betapa celakanya kita kalau tidak memiliki waktu untuk membangun komunikasi denganNya.
Membangun Komunikasi Di Tengah Badai
Pada ayat 47 dikatakan: Ketika hari sudah mulai malam perahu itu sudah ditengah danau, Yesus tinggal sendirian di darat. Yesus melihat betapa payahNya murid-muridNya mendayung karena angin sakal. Bisa dibayangkan bagaimana payahnya mereka mendayung perahu untuk melawan angin sakal, mungkin perahu sudah miring ke kiri dan ke kanan, atau oleng dan sudah kemasukan air. Mungkin ada yang sudah putus asa, ada yang ketakutan dan ekspresi lainnya yang mereka alami. Tidak ada satu kata yang mengatakan mereka berserah kepada Tuhan atau mereka berdoa atau mereka berseru kepada Yesus. Inilah kedegilan hati para murid waktu itu, mata mereka tidak terbuka meskipun Yesus yang bersama-sama dengan mereka selama ini telah melakukan berbagai mujizat, tetapi ketika mereka mengalami badai sakal tidak ada yang mengingat Yesus yang Maha Kuasa itu.
Ketika Yesus mengutus murid-muridNya untuk duluan ke Betsaida, mereka mengalami badai di tengah danau. Kita sebagai murid-muridNya juga diutus untuk meneruskan Amanat Agung, didalam tugas ini akan banyak kesukaran yang akan kita hadapi. Apakah Yesus tidak tahu apa yang akan terjadi dengan murid-muridNya di danau, Dia adalah Allah yang Maha Tahu. Yesus ijinkan itu terjadi dengan tujuan untuk melatih murid-muridNya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan supaya mereka bisa belajar untuk tahan terhadap kesukaran.
Saudaraku, terkadang di dalam pengiringan kita kepadaNya, Dia mengijinkan badai sakal menerjang kehidupan kita, entah itu melalui persoalan keluarga, ekonomi, dan lainnya. Tetapi ingat Tuhan Yesus tetap menyertai kita, angin dan gelombang boleh melawan kita atau mengombang ambingkan, tetapi kita akan tetap terhibur karena Yesus berada di bukit sorgawi bersyafaat untuk kita.
PertolonganNya Selalu Tepat Pada Waktunya
Kira-kira jam 3 malam Ia datang kepada mereka berjalan diatas air dan Ia hendak melewati mereka. Ketika Yesus melihat persoalan yang mereka hadapi, Yesus tidak tinggal diam tetapi Dia datang menolong mereka. Kalau kita pikir Yesus bisa saja menyuruh malaikatnya untuk datang meredakah badai itu, atau bisa juga Dia hanya bersabda maka angin sakal akan redah. Tetapi Yesus tidak melakukan demikian, Dia sendiri yang datang pada muridNya untuk mengatasi persoalan yang sedang muridnya alami. Yesus yang selalu punya inisiatif untuk mendatangi umatNya, Dia juga yang punya inisiatif untuk menjadi manusia untuk menebus dosa-dosa kita, dan Dia akan datang kembali untuk membawa kita ke dalam kekalanNya. Dia datang dengan kuasanya yaitu berjalan di atas air, namun apa yang terjadi, ketakutan akibat badai telah lebih dahulu menguasai para muridNya sehingga mereka tidak lagi mengingat Yesus yang penuh kuasa yang selama ini hidup bersama mereka. Jadi tidak heran, ketika Yesus datang menghampiri mereka dengan berjalan di atas air, mereka ketakutan dan menyangka Yesus adalah hantu yang telah mendatangkan badai sakal itu.
Saudaraku, kita juga tidak beda jauh dengan murid Tuhan Yesus, terkadang dalam hidup ini ketika badai persoalan sedang menghantam hidup kita, Tuhan sudah datang menolong kita tetapi persoalan lebih menguasai kita sehingga kita tidak lagi melihat Allah yang besar. Allah yang besar yang menunjukkan kuasanya berjalan di atas air kita anggap hantu. Kita mengganggap persoalan kita lebih besar dari pada Tuhan Yesus.
Saudaraku ingat, walaupun ombak di danau itu sedang bergelora, Yesus tetap datang untuk menolong. Tidak ada kesulitan yang dapat menghalangi Yesus untuk melawat umatNya untuk membebaskan umatNya dari berbagai persoalan. Mungkin saudara saat ini sedang mengalami badai persoalan yang menurut saudara tidak ada jalan keluarnya, percayalah bahwa Yesus tetap akan datang sekelam apapun persoalan yang sedang melanda hidupmu. Mungkin kita berkata, saya sudah berdoa tetapi Tuhan seakan-akan tidak mendengar dan tidak mau tahu persoalan saya. Coba perhatikan, ketika Tuhan Yesus datang kepada muridNya dengan berjalan diatas air, Ia seakan-akan mau melewati mereka tanpa mau peduli dan menghiraukan mereka. Ini dilakukan untuk membuat mereka tersadar dan memanggilNya. Ketika Tuhan seakan-akan tidak mendengar doa kita, teruslah berseru dan berharap kepadaNya karena Dia mau supaya kita tetap memanggil namaNya.
Saudaraku, ketika kita terus berseru dan berharap kepadaNya, maka ditengah-tengah badai persoalan yang kita alami Dia akan selalu menguatkan kita. Seperti yang dilakukan kepada para muridNya, ditengah badai sakal yang menghantam perahu mereka, Yesus datang mendekati dan menguatkan mereka, tenanglah Aku ini, jangan takut. Ditengah-tengah badai yang mengguncang kehidupan kita, Yesus datang untuk menguatkan, dengan lembut kita akan mendengar suaraNya, Tenanglah, Aku ini, Jangan Takut. Aku ini yang datang ke dunia yang bermasalah ini, dan sekarang ke dalam hidupmu untuk mengatasi dan menjagai dirimu. Dikatakan pada ayat 51: Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka,dan anginpun redalah. Ketika kita membuka diri supaya Dia masuk menguasai kehidupan kita maka badai itu akan berlalu.
PENUTUP
Saudaraku, percayalah ketika kita terus membangun komunikasi denganNya dan membuka hati untuk Dia bersemayam di dalamnya, walaupun awan dan kegelapan mengelilingi kita Dia berkata Aku ini, jangan takut ....(Mazmur 23, Yes 30:15). PertolonganNya akan datang tepat pada waktuNya. Maukah kita untuk terus membangun komunikasi denganNya dalam segala keadaan. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar