Nats: KPR 2:41-47, 4:32-37
Tujuan : Jemaat dapat memahami bahwa ketika jemaat mengalami pemulihan, maka dampaknya akan luar biasa bagi hidup orang lain.
Renungan Ibadah Pemuda Remaja GPdI Pasir Nangka, 01 Oktober 2011
Oleh : Adrianus Pasasa, S.T, MA
Saudara yang di kasihi Tuhan Yesus, ketika kita melihat tayangan di televisi yang berhubungan dengan perang, apakah itu film tentang peperangan atau berita tentang peperangan. Di situ dapat kita saksikan bagaimana seorang tentara menggunakan senjata yang ada dalam genggaman tangannya. Ketika kita memperhatikan pada bagian gagang senjata, disitu di pasang satu alat pemicu, jika alat itu di tarik maka peluru yang ada dalam senjata itu akan melesat dengan kecepatan tinggi menuju kepada sasaran.
Demikian juga dengan kita sebagai orang percaya, untuk dapat bergerak maju menuju sasaran yang ingin dicapai yaitu menjadi jemaat yang suka menolong. Tentu ada pemicu yang akan membuat kita bergerak maju. Jemaat yang dapat bergerak maju adalah jemaat yang sudah mengalami pemulihan, orang yang sudah mengalami pemulihan akan memiliki karakter (sifat-sifatnya) seperti Yesus Kristus. Dan sebaliknya orang yang belum mengalami pemulihan di dalam Yesus Kristus, tidak akan dapat bergerak maju. Orang yang sudah dipulihkan akan menjadi manusia yang baru dan meninggalkan manusia yang lama (Gal 19-21, Ef 4:20-29). Karakter apa saja yang harus dipulihkan (Markus 7:21-22) dan bagaimana supaya kita dapat dipulihkan: perlu kerinduan yang kuat untuk dipulihkan, perlu tindakan yaitu pertobatan dan ketaatan, dan mau di pimpin oleh Roh Kudus. Hasil dari pemulihan adalah menjadi ciptaan baru di dalam Yesus Kristus (2 Kor. 5:17).
Jemaat yang sudah mengalami pemulihan akan menjadi manusia baru, dia akan memiliki kasih dan kasih inilah yang akan menggerakkan dia melangkah maju untuk menolong orang lain. Dalam bacaan di atas kita dapat melihat bagaimana kehidupan jemaat mula-mula. Mereka selalu sehati, saling memperhatikan satu dengan yang lain, sehingga tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka, mereka tidak segan-segan menjual harta mereka untuk di bagikan kepada orang yang membutuhkan, dan mereka lakukan semua itu dengan tulus hati. Mengapa mereka melakukan semua itu, padahal Rasul-rasul tidak pernah memerintahkan untuk menjual harta mereka? semua itu tidak terlepas dari hasil pemulihan yang mereka alami, mereka lakukan karena kegerakan hati mereka yang sudah dipulihkan oleh Yesus Kristus. Kehidupan jemaat mula-mula merupakan contoh nyata orang yang sudah mengalami pemulihan, bagaimana dengan kita yang hadir pada saat ini? Mungkin dalam hati kita mengatakan bahwa saya telah mengalami pemulihan, tetapi belum berbuat apa-apa atau tidak tahu mau berbuat apa?
Saudaraku yang dikashi Tuhan Yesus Kristus, salah satu hal yang dapat kita lakukan adalah menolong orang lain, dengan cara:
Memperhatikan kebutuhan orang lain
Salah satu hal yang dapat kita lakukan adalah memperhatikan kebutuhan orang lain. Ada satu kisah menarik tentang dua orang petani yang bersahabat. Yang seorang adalah petani yang berhasil dan kaya, memiliki rumah yang besar, istri dan tiga orang anak, sedangkan yang satu lagi miskin dan kekurangan. Ia tinggal sendirian di gubuk reotnya. Suatu malam di atas tempat tidurnya si kaya berpikir : "betapa kasihannya teman saya. Ia mungkin kekurangan makanan karena panennya gagal kali ini. Ia pasti kesepian di gubuknya seorang diri. Alangkah baiknya aku mengantarkan sejumlah beras untuknya agar ia mempunyai persediaan makanan yang cukup". Lalu malam itu pula berangkatlah ia mengantarkan beras ke rumah temannya yang miskin itu.
Pada malam yang sama itu pula si miskin berpikir di atas tempat tidurnya. "Kasihan teman saya. Ia mempunyai banyak beban. Ia harus bertanggung jawab menghidupi istri dan anak-anaknya, bahkan pembantu-pembantunya. Tentu kebutuhannya lebih banyak dari kebutuhanku yang seorang diri ini. Alangkah baiknya sedikit beras yang kumiliki ini kuantarkan ke rumahnya agar dapat menolongnya". Maka berangkatlah si miskin mengantar beras ke rumah temannya si kaya. Di tengah jalan berjumpalah mereka, dan mereka saling menceritakan pikiran serta tujuannya masing-masing, maka berpelukanlah mereka sambil menangis karena merasakan kasih yang sungguh-sungguh tulus di antara mereka.
Apa yang dilakukan jemaat mula-mula, mereka saling memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Karena mereka saling memperhatikan, jadi di antara mereka tidak ada yang berkekurangan. Seringkali hal yang menjadi penghambat sehingga kita kurang peduli dengan orang lain, adalah rasa egois dan mementingkan diri sendiri, mencari keuntungan sendiri tanpa memikirkan kepentingan orang lain (1 Yoh 3:17; 1 Kor 13:4-5; Fil 2:3-4). Pada waktu makan bersama, apakah saudara memikirkan orang lain? Atau saudara mengambil makanan tanpa mempedulikan apakah yang lain akan kebagian atau tidak? (Bdk. 1 Kor 11:20-22). Kalau ada saudara seiman yang menderita (sakit, miskin, problem keluarga, musibah, dsb), apakah saudara peduli atau acuh tak acuh?
Menolong orang lain dengan ketulusan hati
Ketika kita menolong orang lain, hendaknya kita melakukan dengan penuh ketulusan hati, tanpa mengharapkan imbalan (Kis. 2:44; 4:32). Ada banyak orang yang menolong orang lain tetapi motivasinya keliru. Ada yang ingin dipuji, ada yang ingin mendapat balasan, dll. Ada juga yang menolong orang lain tetapi sewaktu-waktu dapat mengungkit-ungkit pertolongan itu. Ini namanya pertolongan/kasih yang tidak tulus. Contoh nyata tentang ketulusan dapat kita lihat pada waktu Yesus membuat mujizat air menjadi anggur di pesta kawin di Kana (Yoh 2). Ia menolong tanpa menonjolkan diri-Nya sehingga yang dipuji justru adalah mempelai laki-lakinya. Saudara yang di kasihi Tuhan Yesus, berikanlah kasihmu dengan tulus tanpa mengharapkan imbalan. Kalau kita mengasihi dan menolong dengan tulus maka upah kita akan datang dari Bapa di Sorga (Mat 6:4).
Dampak dari orang yang sudah mengalami pemulihan di dalam Yesus Kristus sungguh luar biasa, perhatiannya bukan lagi tertuju kepada dirinya sendiri, tetapi bagaimana ia berbagi dengan orang lain….menganggap orang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri (Filipi 2:3). Ketika kita mau berbagi dengan orang lain, apa yang menjadi janji firman Tuhan akan di genapi dalam kehidupan kita (Amsal 28:27; 19:17).
Saya akhiri renungan ini dengan sebuah cerita, retreat pemuda….. Ada sekelompok pemuda gereja yang mengadakan acara retreat di dekat areal air terjun. Topik yang mereka bahas adalah hal mengasihi. Pemimpin kelompok itu meminta masing-masing orang untuk memberikan pendapatnya tentang apa itu kasih. Hampir semua orang mengemukakan pendapatnya tentang apa itu kasih. Tetapi, ada seorang pemuda yang rupanya sangat pemalu sehingga dari awal hingga akhir ia sama sekali tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia tidak memberikan / mengemukakan definisi kasih menurutnya. Walau didesak, tetap ia tak menjawab sepatah kata pun. Tiba-tiba dari kejatuhan terdengar suara "tolong….tolong….tolong…". Mereka semua berlarian ke arah suara itu dan ternyata ada seorang anak yang jatuh ke dalam air terjun itu. dibutuhkan seseorang untuk dapat menyelamatkannya. Sekonyong-konyong pemuda tadi yang terdiam selama diskusi tentang kasih melepaskan bajunya dan meloncat ke dalam air terjun itu dan menyelamatkan orang yang tenggelam itu sedangkan semua temannya yang tadi memberikan definisi kasih secara panjang lebar tak berani melakukan apa pun. Dari cerita ini, kita dapat melihat bahwa kasih tidak hanya dinyatakan dalam bentuk rumusan dan definisi tetapi kasih juga harus dinyatakan dengan tindakan yang nyata. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar