Tulisan Jalan

Hidupku untuk mengharumkan nama-MU Jangan bersukcita ketika engkau berhasil dalam pelayanan, tetapi bersukcitalah karena namamu tercatat di Surga

Kau istimewa. Di seluruh dunia, tidak ada orang yang sepertimu. Sejak bumi diciptakan tidak ada orang lain yang sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki senyummu, tidak ada yang memiliki matamu, hidungmu, rambutmu, tanganmu, suaramu. Kau istimewa. Tidak ada orang lain yang memiliki tulisan yang sama denganmu. Tidak ada orang lain yang memiliki selera akan makanan, pakaian, musik, atau seni sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki cara pandang sepertimu. Sepanjang masa tidak ada orang lain yang tertawa sepertimu, tidak ada yang menangis sepertimu. Kaulah satu di antara seluruh ciptaan yang memiliki kemampuan seperti yang kau miliki. sampai selamanya, tidak akan ada orang yang akan pernah melihat, berbicara, berjalan, berpikir, atau bertindak seperti dirimu. Kau istimewa...kau langka. Tuhan telah menjadikanmu istimewa dengan satu tujuan yaitu MEMULIAKAN DIA

Cari Blog Ini

Jumat, 09 November 2012

DI RUMAH TUHAN BANYAK ORANG TIDAK TAKUT TUHAN

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
-->
DI RUMAH TUHAN BANYAK ORANG TIDAK TAKUT TUHAN

Hari Minggu, 1 Agustus 2010 jam 8.00 WIB saya bersama Sekretaris umum Sinode Gereja-Gereja Reformasi Indonesia (GGRI) Papua, Pdt. Yan Wambraw menghadiri ibadah di GKRI Abdi Kasih Bandung. Kami berdua, tentu juga seluruh jemaat sangat diberkati firman Tuhan yang disampaikan Pdt. Haeli Hia yang hari itu berkhotbah. Dalam khotbahnya, beliau menceritakan pengalaman masa kecilnya yang sangat berkesan. Papanya mengajarkan kepadanya bagaimana belajar hidup takut akan Tuhan. Ia menceritakan masa kecilnya di kampung halamannya di Pulau Nias ketika berumur enam tahun. Sekali waktu ia bersama beberapa teman sebayanya sedang bermain-main di halaman rumahnya. Tiba-tiba sebuah kelapa tua jatuh ke tanah di halaman sebelah. Dan mereka berlari berjuang untuk mendapatkannya. Akhirnya kelapa tua itu dapat diraih oleh Pdt. Haeli kecil. Lalu kelapa itu dibawanya ke rumahnya dengan senangnya. Pada waktu kelapa itu sampai di rumahnya, papanya bertanya, "Nak, dari mana kelapa itu kau dapat?" "Dari rumah kakek di sebelah pa", jawabnya. "Oh kalau begitu kelapa itu miliknya kakek. Itu bukan milik kita! Jadi sekarang simpan kelapa itu di sini, nanti kakek pulang engkau harus kembalikan kepadanya. Walaupun kakek tidak lihat kelapanya jatuh, tapi Tuhan melihatnya. Jangan mencuri milik orang lain", demikian jawaban papanya. Saudara, menurut Pdt. Haeli ajaran papanya beberapa puluh tahun lampau tentang takut akan Tuhan itu sangat berkesan sampai hari ini. Ini sangat membekas di ingatannya, sehingga dalam pelayanan ia takut mengambil yang bukan miliknya termasuk takut korupsi uang gereja. Sungguh pada hari Minggu itu kami berdua sangat diberkati. Sampai di rumah saya, kami berdua masih terus mendiskusikan tema tentang takut akan Tuhan itu. Tema ini begitu penting dan sentral dalam menjalani jalan persembahan melayani-Nya. Kami rindu di sinode gereja kami masing-masing hidup takut akan Tuhan menjadi komitmen perjuangan pelayanan kami hingga akhir. Kami rindu bilakah seluruh pemimpin gereja Indonesia dan semua orang Kristen Indonesia hidup takut akan Tuhan? Indonesia pasti berubah. Indonesia pasti akan memuliakan Tuhan Yesus Kristus!!!

Begitu banyak ayat-ayat firman Tuhan tentang takut akan Tuhan tersebar di dalam Alkitab. Takut akan Tuhan mengandung makna menghormati dan mengagumi Tuhan sebagai pribadi yang Maha segalanya. Bukan sekadar takut seperti seorang Muhammad Nazaruddin yang melaikan diri sampai ke Kolombia karena takut kepada Abaraham Samad dan kawan-kawannya di KPK yang akan menghukumnya karena kasus-kasus korupsi yang dilakukannya. Bukan begitu. Sejatinya si koruptor tidak pernah takut berbuat dosa. Ia hanya takut mendapat hukuman penjara karena sudah terlanjur merampok uang negara atau uang perusahaan. Seseorang yang takut akan Tuhan, tidak akan mau mencuri barang sekecil apapun karena ia mengenal Tuhannya. Ia tidak tega melukai hati Tuhan. Ia tidak mau merampok bukan karena takut pada hukuman penjara tetapi karena ia sangat menghormati Tuhan yang disembahnya. Orang yang demikian tidak berani berbuat dosa, meskipun ada kesempatan baginya baik ada atau tidak ada orang yang melihatnya.

Di sebuah kampung Kristen, ada seorang pendeta yang suka sekali memelihara pohon mangga arum manis. Ia merawatnya dengan rajin dan telaten. Setiap hari ia menyiram pohon mangganya dengan air dan memberikan pupuk secara teratur. Ia sangat menyayangi pohon mangganya. Tidak lama kemudian pohon mangganya mulai berbunga. Akhirnya berbuah sepuluh buah. Pak pendeta begitu girangnya. Saking senangnya, ia membungkus buah-buah mangga itu dengan plastik. Namun ketika bangun di suatu pagi, betapa kagetnya ia. Lima buah mangga telah hilang dicuri orang. Hatinya gundah gulana. Dalam hatinya ia berkata, "Siapa yang kurang ajar mencuri buah mangga kesayangan Saya ini?" Tiba-tiba idenya muncul. Ia mengambil spidol dan menulis di sebuah papan tripleks lalu ia pakukan di batang pohon mangga tersebut. Harapannya, si pencuri tidak akan berani lagi mencuri lima buah mangga yang tersisa itu. Besoknya ia cepat-cepat bangun pagi untuk melihat mangganya. "Oh haleluyah, manggaku selamat!", demikian serunya dengan gembira. Lusanya juga demikian. Mangganya masih tetap utuh lima buah. Pak pendeta sengaja belum mau memetiknya karena ingin mangga-mangga yang tersisa itu matang di pohon. Tinggal sehari lagi mangga itu matang untuk dipetik. Besoknya ketika bangun pagi, ternyata lima mangga itu raib semuanya. Pak pendeta kecewa bercampur marah. Dan ia menjadi lebih marah lagi karena ia menemukan ada tulisan baru yang ditulis oleh si pencuri di bawah tulisannya terdahulu. Rupanya pak pendeta menulis begini, "Biar Saya tidak melihat engkau mencuri, tetapi Tuhan di atas melihatmu!!!" Dan si pencuri ternyata menambahkan sebuah tulisan di bawah tulisan itu, "Biar Tuhan lihat, tetapi Dia tidak marah karena Dia sayang pada Saya hehehe…."

Pada faktanya, di rumah Tuhan banyak orang tidak takut Tuhan. Acapkali gereja dipandang oleh sebagian besar orang Kristen bahkan para hamba Tuhan sebagai tempat yang penuh kasih dan pengampunan. Itu sebabnya gereja atau ladang pelayanan merupakan tempat yang paling aman dan nyaman untuk berbuat dosa dan kesalahan. Ya, karena kalau berbuat dosa dan salah pasti ada maaf bin maklum yang berlimpah ruah. Ada kasih dan ampunan. Tidak ada penghukuman. Apalagi sekarang tidak ada disiplin gerejawi bagi yang berdosa. "Kalau kena disiplin gerejawi langsung pindah saja ke gereja lain. Gitu aja koq repot?", demikian kata para petualang dosa dalam gereja. Mana mungkin pak pendeta atau majelis atau jemaat tega memperkarakan masalah perzinahan, poligami, korupsi, perjudian, pemfitnahan, sampai di pengadilan dunia. Itukan hanya mempermalukan nama Kristen alias nama Tuhan Yesus. Juga  tidak sedikit pendeta yang tidak mau peduli dengan jemaatnya berdosa. Yang penting jemaat itu beruang harus dipelihara. Dia sumber income yang wah. Tiang penopang gereja bukan? Bukan Yesus yang kepala gereja. Beberapa waktu lalu ada guru TK Kristen menceritakan pada Saya bahwa di sekolahnya para guru menemukan VCD porno. Entah itu milik siapa. Yang jelas bukan milik guru-guru di TK Kristen tersebut. Karena kalau itu punya mereka, ya mana mungkin mereka ekspose berita ini. Jadi, VCD porno itu milik siapa? Yang jelas ada yang punya. Pemiliknya adalah setan di rumah Tuhan bukan?

Itu sebabnya memang enak sekali berbuat dosa di dalam gereja atau di ladang pelayanan. Ahoy melayani di ladang Tuhan. Betapa manisenya, karena bermalas-malasan, seenak udel melayani, mengadu domba supaya terjadi perpecahan dalam jemaat, mencuri uang gereja atau yayasan pelayanan, menonton film porno, memfitnah sana-sini, menipu sana-sini, melanggar aturan yang ada, tidak mau membesuk jemaat, membanting-banting meja dan kursi dalam rapat gereja, berjudi di ruangan gereja, memakai uang kas gereja untuk modal usaha pribadi, memakai persembahan perpuluhan untuk membeli mobil, rumah, dan vila mewah pribadi, saling jegal menjegal sesama pelayan Tuhan, datang ibadah telat (padahal kalau ke kantor atau ke sekolah takut sekali telat. Lebih takut bos atau guru daripada takut sama Tuhan), tokh tidak ada yang akan memarahi dan tidak ada yang akan melapor ke polisi. Bahkan Tuhan pun pasti memberikan ampunan, sebab Dia maha panjang sabar dan penuh belaskasihan. Tak terukur kasih-Nya. Pokoknya aman dan nyaman deh berbuat dosa di dalam rumah Tuhan.

Saya punya pengalaman menarik. Saya bertemu dengan pasutri pelayan Tuhan yang waktu itu baru saja di "PHK" dari sebuah gereja. Suami istri ini sangat stres. Teman-teman mereka sepelayanan semuanya diceritakan serba negatif. Karena prihatin, Saya mengajak mereka untuk merintis bersama sebuah gereja baru di Indonesia yang dipercayakan seorang pendeta senior. Saya dan pendeta senior sepakat menjadikannya gembala jemaat.  Begitu juga Saya mengajak  mendirikan sebuah yayasan untuk pelayanan pendidikan murah. Dan kami sepakat agar istrinya menjadi ketua yayasan dan untuk sementara merangkap kepala sekolah. Ini semua demi mengangkat mereka kembali tegar dalam melayani Tuhan. Singkat cerita, setahun kemudian ia dipendetakan. Betapa senangnya ia. Kalau dulu sebagai "kondektur" maka sekarang ia menjadi "sopir." Setelah memasuki tahun ketiga pelayanan, ada seorang jemaat menceritakan pada Saya bahwa ia heran dan sedih, karena si pendeta baru ini dan istrinya menjelek-jelekan Saya. Ia bilang, "Koq kenapa pendeta menjatuhkan pendeta ya?" Hehehe... rupanya jemaat ini baru tahu kalau ada pendeta yang melayani di rumah Tuhan tetapi tidak takut pada Tuhan. Begitu juga istrinya sebagai ketua yayasan pada akhirnya merapatkan barisan dan mulai mengadakan rapat-rapat terselubung meninggalkan anggota yayasan lainnya seolah-olah dia yang paling berjasa dalam yayasan itu. Padahal tidak mampu bekerja. Laporan keuangan tidak beres. Dana-dana yang Saya cari sampai ke luar negeri untuk kepentingan pembelian lahan dan pembangunan gedung, akhirnya  tidak jelas dikemanakan. Padahal sudah ada kesepakatan bahwa dana-dana khusus tersebut tidak boleh dipakai untuk alasan apapun. Saya minta laporan tetapi sampai hari ini tidak pernah diberikan. Pada akhirnya mereka kewalahan tidak mampu meneruskan pelayanan itu. Terakhir ada kabar bahwa sekolah itu akan diserahkan kepada yayasan gereja lainnya. Sebenarnya ada banyak kisah pilu di rumah Tuhan. Pendek kata, di rumah Tuhan ada banyak orang tidak takut Tuhan.

Itu sebabnya kita dapat memaklumi apa yang dikatakan Friedrich Nietzsche, "Saya akan percaya pada Sang Penebus bila orang Kristen sedikit saja terlihat sebagai orang yang telah ditebus." Dan Mahatma Gandhi mengatakan, "Saya menyukai Kristus mereka, tetapi Saya tidak menyukai orang-orang Kristennya." Bagaimana dengan Saudara dan Saya? Bisakah kita mematahkan tudingan Nietzsche dan Gandhi itu? Apakah di dalam dada kita masih ada rasa takut, hormat, dan kagum akan Tuhan? Ya, Tuhan yang sudah berkorban bahkan mati di kayu salib demi keselamatan kekal kita? Ataukah kita masih suka bersembunyi di dalam rumah Tuhan untuk bermain-main dengan dosa dan tidak ada rasa takut secuilpun akan Tuhan? Saudaraku, camkanlah dan peganglah firman Tuhan ini seumur hidup kita, "Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya! Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia! (Mazmur 34:8-10).

Mari, sekarang juga, kita jadikan Rumah Tuhan, gereja, ladang pelayanan sebagai tempat kita berteduh dan melayani Dia dan sesama dalam takut akan Tuhan. Dan ingatlah, tubuhku dan tubuhmu sejatinya adalah Rumah Tuhan. "Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, —dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1Korintus 6:19-20). Sudahkah kita memuliakan Allah dengan tubuh kita ini? Benarkah? Kiranya Tuhan menopang kita untuk semakin memuliakan-Nya sampai akhir hidup kita kelak. Amin! (Rev. Andrias Hans).

Tidak ada komentar:

Berita Terkini

« »
« »
« »
Get this widget

Daftar Blog Saya

Komentar