Hari ini kembali saya disadarkan lewat kebenaran firman Tuhan yang
disampaikan Pdt. Henry Efferin dalam acara wisuda STT SAPPI bahwa di
dalam suatu komunitas akan selalu ada perbedaan. Di dalam suatu
komunitas akan ada persaingan, saling mengkritik, dll. Ketika yang
satu bernyanyi do pasti ada saja yang bernyanyi re, ketika yang satu
mau naik kemungkinan ada yang dikorbankan atau disikut. Ini adalah
realita yang terjadi dan tidak menutup kemungkinan ini pun terjadi di
dalam gereja dan lembaga Kristen.
Pemimpin sejati adalah orang yang rela meninggalkan keakuannya dan mau
menjadi hamba. Pemimpin sejati adalah pemimpin yang menjalani proses,
tidak mengorbankan orang lain dan tidak melegalkan segala cara untuk
mencapai suatu posisi. Pemimpin sejati adalah pemimpin yang ditopang
oleh orang lain, bukan mengangkat dirinya sendiri, karena ketika dia
mengangkat dirinya sendiri, orang lain akan berusaha untuk menurunkan
dia. Sama seperti ketika orang naik tangga, saat dia naik dan orang
lain menopang dari bawah maka ketika sampai di atas tidak ada yang
akan menurunkan. Tetapi ketika dia naik dan menyikut orang lain dan
orang lain jatuh, maka ketika dia naik, orang lain pun akan berusaha
menarik kakinya sehingga diapun jatuh.
Menjadi seorang pemimpin harus memiliki keseimbangan antara tingginya
posisi dengan kedalaman karakter, posisi harus sepadan dengan
karakter. Setinggi apapun posisi yang dijabat kalau tidak sepadan
dengan karakter, maka itupun akan sia-sia. Pemimpin sejati adalah
orang yang memiliki dan menampilkan karakter Kristus dalam
kepemimpinannya. Pemimpin sejati adalah orang yang tau benar siapa
yang dia layani, sehingga dia tidak butuh "mencari muka" di hadapan
manusia, dia tidak akan kuatir akan hidupnya karena dia melayani Sang
pemilik alam semesta ini. Menjadi pertanyaan siapa yang kita layani?
Tuhan Yesus adalah pemimpin sejati, Dia telah memberikan teladan
kepemimpinan yang luar biasa, mau meninggalkan keakuannya, karena
kasih-Nya yang begitu besar akan dunia ini. Dia rela melayani
orang-orang yang terbuang, melayani orang-orang yang dianggap sampah
masyarakat, mau membentuk orang yang rusak menjadi baik dan berharga,
mengorbankan perasaan demi kita orang berdosa. Apa yang telah kita
perbuat? Apapun posisi kita saat ini, apa yang bisa kita banggakan?
Tidak ada! Tetapi satu kebanggaan bagi kita, ketika orang lain melihat
Kristus dalam diri kita dan lewat hidup dan kepemimpinan kita orang
dapat mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus serta bersyukur dan
memuji kebesaran nama-Nya. Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam
Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan
perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di
mana-mana (1 Korintus 2:14). Inilah kerinduan hati Tuhan, apapun
posisi kita saat ini, ingat bahwa kita adalah sarana yang Tuhan pakai
untuk membawa dan menyebarkan keharuman dan pengenalan akan Tuhan di
mana-mana. Bukan menjadi batu sandungan di mana-mana. By: Adrianus
Pasasa
disampaikan Pdt. Henry Efferin dalam acara wisuda STT SAPPI bahwa di
dalam suatu komunitas akan selalu ada perbedaan. Di dalam suatu
komunitas akan ada persaingan, saling mengkritik, dll. Ketika yang
satu bernyanyi do pasti ada saja yang bernyanyi re, ketika yang satu
mau naik kemungkinan ada yang dikorbankan atau disikut. Ini adalah
realita yang terjadi dan tidak menutup kemungkinan ini pun terjadi di
dalam gereja dan lembaga Kristen.
Pemimpin sejati adalah orang yang rela meninggalkan keakuannya dan mau
menjadi hamba. Pemimpin sejati adalah pemimpin yang menjalani proses,
tidak mengorbankan orang lain dan tidak melegalkan segala cara untuk
mencapai suatu posisi. Pemimpin sejati adalah pemimpin yang ditopang
oleh orang lain, bukan mengangkat dirinya sendiri, karena ketika dia
mengangkat dirinya sendiri, orang lain akan berusaha untuk menurunkan
dia. Sama seperti ketika orang naik tangga, saat dia naik dan orang
lain menopang dari bawah maka ketika sampai di atas tidak ada yang
akan menurunkan. Tetapi ketika dia naik dan menyikut orang lain dan
orang lain jatuh, maka ketika dia naik, orang lain pun akan berusaha
menarik kakinya sehingga diapun jatuh.
Menjadi seorang pemimpin harus memiliki keseimbangan antara tingginya
posisi dengan kedalaman karakter, posisi harus sepadan dengan
karakter. Setinggi apapun posisi yang dijabat kalau tidak sepadan
dengan karakter, maka itupun akan sia-sia. Pemimpin sejati adalah
orang yang memiliki dan menampilkan karakter Kristus dalam
kepemimpinannya. Pemimpin sejati adalah orang yang tau benar siapa
yang dia layani, sehingga dia tidak butuh "mencari muka" di hadapan
manusia, dia tidak akan kuatir akan hidupnya karena dia melayani Sang
pemilik alam semesta ini. Menjadi pertanyaan siapa yang kita layani?
Tuhan Yesus adalah pemimpin sejati, Dia telah memberikan teladan
kepemimpinan yang luar biasa, mau meninggalkan keakuannya, karena
kasih-Nya yang begitu besar akan dunia ini. Dia rela melayani
orang-orang yang terbuang, melayani orang-orang yang dianggap sampah
masyarakat, mau membentuk orang yang rusak menjadi baik dan berharga,
mengorbankan perasaan demi kita orang berdosa. Apa yang telah kita
perbuat? Apapun posisi kita saat ini, apa yang bisa kita banggakan?
Tidak ada! Tetapi satu kebanggaan bagi kita, ketika orang lain melihat
Kristus dalam diri kita dan lewat hidup dan kepemimpinan kita orang
dapat mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus serta bersyukur dan
memuji kebesaran nama-Nya. Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam
Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan
perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di
mana-mana (1 Korintus 2:14). Inilah kerinduan hati Tuhan, apapun
posisi kita saat ini, ingat bahwa kita adalah sarana yang Tuhan pakai
untuk membawa dan menyebarkan keharuman dan pengenalan akan Tuhan di
mana-mana. Bukan menjadi batu sandungan di mana-mana. By: Adrianus
Pasasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar