KIAT-KIAT MENULIS RENUNGAN
==========================
Renungan adalah refleksi atas sebuah ayat dalam Alkitab yang
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan kontekstual bagi pembaca.
Penulis memulai tulisan setelah melihat persoalan-persoalan yang
terjadi dalam realitas kehidupan. Dia lalu mencari jawabannya
melalui permenungan dan penelitian yang mendalam atas ayat-ayat
dalam Firman Tuhan. Setelah itu dia membagikan hasil permenungan itu
kepada pembaca.
Menulis renungan berbeda dengan menulis artikel. Di dalam menulis
artikel, penulis menyajikan dan memberikan pengetahuan serta
ketrampilan (memberi makanan bagi otak), sedangkan dalam menulis
renungan, penulis berbagi iman dan pengalaman kerohanian (memberi
makanan pada jiwa). Artikel berpusat pada satu tema dan menggunakan
lebih dari satu sumber tulisan, sedangkan renungan, berpusat pada
satu tema dan satu ayat Alkitab. Panjang artikel bisa mencapai 500-
2000 kata, sedangkan renungan, antara 250-300 kata. Artikel berasal
dari pengetahuan di kepala (head), sedangkan renungan adalah luapan
dari pengalaman batin (heart).
Tujuan akhir dari sebuah renungan adalah perubahan hidup. Seberapa
pun indah tulisan renungan itu, tetapi jika tidak bisa mendorong
pembaca untuk melakukan tindakan yang membuatnya semakin mengasihi
Tuhan dan sesama, maka tulisan itu tidak layak disebut renungan.
Ada beberapa tipe renungan, yaitu:
1. Renungan yang memberi inspirasi untuk bertindak dengan nyata.
Isinya biasanya berupa dorongan bagi pembaca untuk bertindak
sesuatu.
2. Renungan yang memberi ketenangan. Biasanya berisi kata-kata
penghiburan untuk menguatkan pembaca yang sedang mengalami
pergumulan.
3. Renungan yang memberikan teguran. Renungan ini memperingatkan
pembaca supaya tidak melakukan perbuatan tertentu yang bisa
mendatangkan dosa.
4. Renungan yang memberi paparan tentang suatu perikop tertentu.
Isinya hanya berupa informasi yang menjelaskan makna dari ayat-
ayat tertentu dan relevansinya bagi konteks kekinian.
Rumus 4 C
---------
Ada suatu formula yang dipakai untuk menulis renungan yang disebut
"rumus 4 C", yaitu Contextualize, Connect, Communicate, dan
Conclude. Berikut ini penjelasannya:
1. Contextualize.
"Daratkanlah" isi renungan Anda dengan peristiwa kehidupan
sehari-hari secara nyata. Pembaca renungan adalah manusia biasa
dengan pergumulan kehidupan yang tidak ringan. Mereka membutuhkan
penguatan rohani yang aplikatif. Karena itulah, tulisan Anda
sebaiknya menjawab kebutuhan pembaca secara nyata.
2. Connect.
Hubungkan persoalan kehidupan yang dibahas itu dengan Firman
Tuhan. Temukanlah jawaban Firman Tuhan atas persoalan yang
digumulkan oleh penulis dan pembaca renungan itu. Dalam hal ini,
selain harus berdoa meminta hikmat dari Tuhan, lebih baik lagi
jika Anda memiliki pengetahuan teologi yang memadai.
3. Communicate.
Komunikasikan hasil studi Alkitab itu kepada pembaca.
Komunikasikan tentang kasih dan karunia Tuhan serta penguatan
dari Roh Kudus. Jika diperlukan, pakailah ilustrasi untuk
menjelaskannya.
4. Conclude.
Simpulkan renungan ini dengan sebuah tindakan yang bisa dilakukan
oleh pembaca. Bagian ini sangat penting. Rumuskanlah kata-kata
yang bisa mendorong pembaca untuk membuat keputusan dan melakukan
tindakan. Inilah yang disebut perubahan hidup.
Tips Praktis Menulis Renungan
-----------------------------
Secara lebih praktis, berikut ini adalah kiat-kiat praktis yang
dapat diterapkan di dalam menulis renungan:
1. Siapkan semua bahan-bahan pendukung, seperti ilustrasi, data-
data, Alkitab (kalau ada beberapa versi terjemahan dalam bahasa
Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa lainnya) dan Konkordansi
Alkitab (Kalau punya komputer, lebih enak memakai Program SABDA).
2. Berdoalah meminta pimpinan Tuhan.
3. Bacalah perikop ayat itu berulang-ulang dan jika mungkin, bacalah
juga versi terjemahan dan bahasa yang berbeda. Temukan gagasan
utama yang menjadi pusat dari isi renungan Anda.
4. Tulislah draft tulisan Anda. Tuangkanlah semua isi kepala Anda
dengan bebas. Draft bukanlah tulisan yang sudah jadi. Untuk
itulah, Anda tidak usah memperhitungkan apakah tulisan ini akan
tampak buruk. Yang penting, Anda bisa menuangkan semua gagasan
Anda lebih dulu. Teknik ini disebut curah gagasan (brain
storming).
5. Setelah semua ide tampaknya sudah mengalir keluar, maka langkah
selanjutnya adalah menyusun ide-ide atau pokok pikiran itu supaya
menjadi teratur dan enak dibaca. Dalam bahasa kerennya, supaya
alur logika tulisan mengalir dengan lancar. Jika ada ide-ide yang
tidak relevan, jangan ragu-ragu untuk memangkasnya.
6. Tempatkan ilustrasi renungan yang sesuai. Jika Anda gagal
menemukan ilustrasi yang cocok, jangan cemas. Anda masih bisa
menyiasatinya dengan memasang kalimat pembuka yang menarik.
7. Jika sempat, mintalah tolong orang lain supaya memberikan kritik
dan saran atas tulisan Anda.
8. Perhatikan dengan cermat isi pengajaran atau teologi di dalamnya.
Sedapat mungkin, hindarilah tema-tema yang secara teologis masih
belum ada kata sepakat. Hindari juga pembahasan yang menyinggung
denominasi tertentu. Misalnya soal baptisan atau bahasa lidah.
Jika Anda ragu-ragu terhadap ketepatan Anda dalam merumuskan
pengajaran Alkitab, jangan segan-segan untuk berkonsultasi pada
pendeta atau orang lain yang lebih tahu.
Menulis renungan itu sebenarnya tidak lebih dari sebuah sharing
pengalaman rohani yang dialami oleh penulis. Pengalaman rohani
setiap orang itu unik, karena merupakan hasil dari perjumpaan
pribadinya dengan Allah. Pengalaman rohani seseorang selalu menarik
minat orang lain karena pengalaman rohani tiap-tiap orang berbeda.
Itulah sebabnya, kita tidak akan pernah kehabisan bahan penulisan
renungan.
Jika memang benar bahan-bahannya melimpah, mengapa hanya sedikit
saja orang yang mau menulis renungan? Kebanyakan orang beralasan
karena tidak mampu menulis dengan baik. Alasan ini kurang kuat,
karena kemampuan menulis sebenarnya bisa diasah melalui pelatihan
dan mempraktikkannya dengan sungguh-sungguh. Tidak ada seorang
penulis yang langsung mampu membuat tulisan yang indah tanpa melalui
latihan.
Diedit dari tulisan "Purnawan Kristanto"
Penulis pernah menjadi jurnalis "BAHANA" dan pernah mengasuh
"Renungan Malam"
==========================
Renungan adalah refleksi atas sebuah ayat dalam Alkitab yang
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan kontekstual bagi pembaca.
Penulis memulai tulisan setelah melihat persoalan-persoalan yang
terjadi dalam realitas kehidupan. Dia lalu mencari jawabannya
melalui permenungan dan penelitian yang mendalam atas ayat-ayat
dalam Firman Tuhan. Setelah itu dia membagikan hasil permenungan itu
kepada pembaca.
Menulis renungan berbeda dengan menulis artikel. Di dalam menulis
artikel, penulis menyajikan dan memberikan pengetahuan serta
ketrampilan (memberi makanan bagi otak), sedangkan dalam menulis
renungan, penulis berbagi iman dan pengalaman kerohanian (memberi
makanan pada jiwa). Artikel berpusat pada satu tema dan menggunakan
lebih dari satu sumber tulisan, sedangkan renungan, berpusat pada
satu tema dan satu ayat Alkitab. Panjang artikel bisa mencapai 500-
2000 kata, sedangkan renungan, antara 250-300 kata. Artikel berasal
dari pengetahuan di kepala (head), sedangkan renungan adalah luapan
dari pengalaman batin (heart).
Tujuan akhir dari sebuah renungan adalah perubahan hidup. Seberapa
pun indah tulisan renungan itu, tetapi jika tidak bisa mendorong
pembaca untuk melakukan tindakan yang membuatnya semakin mengasihi
Tuhan dan sesama, maka tulisan itu tidak layak disebut renungan.
Ada beberapa tipe renungan, yaitu:
1. Renungan yang memberi inspirasi untuk bertindak dengan nyata.
Isinya biasanya berupa dorongan bagi pembaca untuk bertindak
sesuatu.
2. Renungan yang memberi ketenangan. Biasanya berisi kata-kata
penghiburan untuk menguatkan pembaca yang sedang mengalami
pergumulan.
3. Renungan yang memberikan teguran. Renungan ini memperingatkan
pembaca supaya tidak melakukan perbuatan tertentu yang bisa
mendatangkan dosa.
4. Renungan yang memberi paparan tentang suatu perikop tertentu.
Isinya hanya berupa informasi yang menjelaskan makna dari ayat-
ayat tertentu dan relevansinya bagi konteks kekinian.
Rumus 4 C
---------
Ada suatu formula yang dipakai untuk menulis renungan yang disebut
"rumus 4 C", yaitu Contextualize, Connect, Communicate, dan
Conclude. Berikut ini penjelasannya:
1. Contextualize.
"Daratkanlah" isi renungan Anda dengan peristiwa kehidupan
sehari-hari secara nyata. Pembaca renungan adalah manusia biasa
dengan pergumulan kehidupan yang tidak ringan. Mereka membutuhkan
penguatan rohani yang aplikatif. Karena itulah, tulisan Anda
sebaiknya menjawab kebutuhan pembaca secara nyata.
2. Connect.
Hubungkan persoalan kehidupan yang dibahas itu dengan Firman
Tuhan. Temukanlah jawaban Firman Tuhan atas persoalan yang
digumulkan oleh penulis dan pembaca renungan itu. Dalam hal ini,
selain harus berdoa meminta hikmat dari Tuhan, lebih baik lagi
jika Anda memiliki pengetahuan teologi yang memadai.
3. Communicate.
Komunikasikan hasil studi Alkitab itu kepada pembaca.
Komunikasikan tentang kasih dan karunia Tuhan serta penguatan
dari Roh Kudus. Jika diperlukan, pakailah ilustrasi untuk
menjelaskannya.
4. Conclude.
Simpulkan renungan ini dengan sebuah tindakan yang bisa dilakukan
oleh pembaca. Bagian ini sangat penting. Rumuskanlah kata-kata
yang bisa mendorong pembaca untuk membuat keputusan dan melakukan
tindakan. Inilah yang disebut perubahan hidup.
Tips Praktis Menulis Renungan
-----------------------------
Secara lebih praktis, berikut ini adalah kiat-kiat praktis yang
dapat diterapkan di dalam menulis renungan:
1. Siapkan semua bahan-bahan pendukung, seperti ilustrasi, data-
data, Alkitab (kalau ada beberapa versi terjemahan dalam bahasa
Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa lainnya) dan Konkordansi
Alkitab (Kalau punya komputer, lebih enak memakai Program SABDA).
2. Berdoalah meminta pimpinan Tuhan.
3. Bacalah perikop ayat itu berulang-ulang dan jika mungkin, bacalah
juga versi terjemahan dan bahasa yang berbeda. Temukan gagasan
utama yang menjadi pusat dari isi renungan Anda.
4. Tulislah draft tulisan Anda. Tuangkanlah semua isi kepala Anda
dengan bebas. Draft bukanlah tulisan yang sudah jadi. Untuk
itulah, Anda tidak usah memperhitungkan apakah tulisan ini akan
tampak buruk. Yang penting, Anda bisa menuangkan semua gagasan
Anda lebih dulu. Teknik ini disebut curah gagasan (brain
storming).
5. Setelah semua ide tampaknya sudah mengalir keluar, maka langkah
selanjutnya adalah menyusun ide-ide atau pokok pikiran itu supaya
menjadi teratur dan enak dibaca. Dalam bahasa kerennya, supaya
alur logika tulisan mengalir dengan lancar. Jika ada ide-ide yang
tidak relevan, jangan ragu-ragu untuk memangkasnya.
6. Tempatkan ilustrasi renungan yang sesuai. Jika Anda gagal
menemukan ilustrasi yang cocok, jangan cemas. Anda masih bisa
menyiasatinya dengan memasang kalimat pembuka yang menarik.
7. Jika sempat, mintalah tolong orang lain supaya memberikan kritik
dan saran atas tulisan Anda.
8. Perhatikan dengan cermat isi pengajaran atau teologi di dalamnya.
Sedapat mungkin, hindarilah tema-tema yang secara teologis masih
belum ada kata sepakat. Hindari juga pembahasan yang menyinggung
denominasi tertentu. Misalnya soal baptisan atau bahasa lidah.
Jika Anda ragu-ragu terhadap ketepatan Anda dalam merumuskan
pengajaran Alkitab, jangan segan-segan untuk berkonsultasi pada
pendeta atau orang lain yang lebih tahu.
Menulis renungan itu sebenarnya tidak lebih dari sebuah sharing
pengalaman rohani yang dialami oleh penulis. Pengalaman rohani
setiap orang itu unik, karena merupakan hasil dari perjumpaan
pribadinya dengan Allah. Pengalaman rohani seseorang selalu menarik
minat orang lain karena pengalaman rohani tiap-tiap orang berbeda.
Itulah sebabnya, kita tidak akan pernah kehabisan bahan penulisan
renungan.
Jika memang benar bahan-bahannya melimpah, mengapa hanya sedikit
saja orang yang mau menulis renungan? Kebanyakan orang beralasan
karena tidak mampu menulis dengan baik. Alasan ini kurang kuat,
karena kemampuan menulis sebenarnya bisa diasah melalui pelatihan
dan mempraktikkannya dengan sungguh-sungguh. Tidak ada seorang
penulis yang langsung mampu membuat tulisan yang indah tanpa melalui
latihan.
Diedit dari tulisan "Purnawan Kristanto"
Penulis pernah menjadi jurnalis "BAHANA" dan pernah mengasuh
"Renungan Malam"