Merayakan Natal adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidup orang
Kristen. Memasuki bulan Desember pernak-pernik Natal mulai menghiasi
rumah, gereja dan beberapa sudut pusat pembelanjaan di berbagai kota.
Bahkan beberapa gereja sudah mulai merayakan Natal sebelum tanggal 25
Desember yang ditetapkan sebagai hari Natal. Suatu pagi ketika saya
memeriksa SMS yang masuk ke handphone, ternyata saya mendapat undangan
untuk menghadiri perayaan Natal di suatu gereja yang ada di daerah
Jawa Barat. Saya senang mendapat undangan tersebut, saya pun
mempersiapkan diri untuk menghadiri natal yang tinggal berselang dua
hari lagi. Pada saat perayaan Natal saya datang bersama istri saya,
karena kami datang agak terlambat maka kami duduk di bangku bagian
belakang.
Acara natal malam itu tidak ubahnya seperti acara pertunjukan yang
menampilkan kemampuan anggota-anggota jemaat yang silih berganti naik
ke atas panggung. Dalam hati kecil saya bertanya, apakah ini yang
Tuhan Yesus inginkan? Ketika memasuki pertengahan acara, muncul bau
yang kurang sedap dan itu sangat menggangu. Saya berusaha mencari
sumber bau itu, oh…ternyata bau asap rokok beberapa kaum bapak yang
duduk di bagian luar gereja. Batin saya semakin bertanya,
jangan-jangan jemaat disini dibebaskan untuk merokok, padahal setau
saya denominasi gereja ini sangat "pantang" terhadap rokok. Dan apa
yang timbul di batin saya semakin terjawab ketika rangkain perayaan
natal sudah selesai, tanpa rasa canggung, hampir sebagian kaum bapak
duduk melingkar di depan gereja dengan asap rokok yang mengepul dari
mulutnya. Sungguh natal malam itu, menjadi natal yang berselimutkan
asap rokok. Firman Tuhan di dalam 1 Korintus 6:19-20, mengatakan…Atau
tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di
dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu
bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah
lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
Pertanyaannya, bagaimana jadinya kalau bait Roh Kudus ini, tiap hari
diasapi dengan asap rokok? By: Adrianus Pasasa
Kristen. Memasuki bulan Desember pernak-pernik Natal mulai menghiasi
rumah, gereja dan beberapa sudut pusat pembelanjaan di berbagai kota.
Bahkan beberapa gereja sudah mulai merayakan Natal sebelum tanggal 25
Desember yang ditetapkan sebagai hari Natal. Suatu pagi ketika saya
memeriksa SMS yang masuk ke handphone, ternyata saya mendapat undangan
untuk menghadiri perayaan Natal di suatu gereja yang ada di daerah
Jawa Barat. Saya senang mendapat undangan tersebut, saya pun
mempersiapkan diri untuk menghadiri natal yang tinggal berselang dua
hari lagi. Pada saat perayaan Natal saya datang bersama istri saya,
karena kami datang agak terlambat maka kami duduk di bangku bagian
belakang.
Acara natal malam itu tidak ubahnya seperti acara pertunjukan yang
menampilkan kemampuan anggota-anggota jemaat yang silih berganti naik
ke atas panggung. Dalam hati kecil saya bertanya, apakah ini yang
Tuhan Yesus inginkan? Ketika memasuki pertengahan acara, muncul bau
yang kurang sedap dan itu sangat menggangu. Saya berusaha mencari
sumber bau itu, oh…ternyata bau asap rokok beberapa kaum bapak yang
duduk di bagian luar gereja. Batin saya semakin bertanya,
jangan-jangan jemaat disini dibebaskan untuk merokok, padahal setau
saya denominasi gereja ini sangat "pantang" terhadap rokok. Dan apa
yang timbul di batin saya semakin terjawab ketika rangkain perayaan
natal sudah selesai, tanpa rasa canggung, hampir sebagian kaum bapak
duduk melingkar di depan gereja dengan asap rokok yang mengepul dari
mulutnya. Sungguh natal malam itu, menjadi natal yang berselimutkan
asap rokok. Firman Tuhan di dalam 1 Korintus 6:19-20, mengatakan…Atau
tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di
dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu
bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah
lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
Pertanyaannya, bagaimana jadinya kalau bait Roh Kudus ini, tiap hari
diasapi dengan asap rokok? By: Adrianus Pasasa
1 komentar:
andri kelakuan umat akan menjadi cermin kehidupan kegerejaan bagi umat setempat maka sebagai pemimpin umat seorang pastor atau pendeta dituntut untuk tetap memberi pesan moral untuk tiap tindak tanduk umatnya.salam Natal and tahun baru 2013 buatmu and family.
Posting Komentar