Doa adalah disiplin rohani yang menyangkut hubungan kita dengan Tuhan.
Doa adalah disiplin rohani yang paling sentral, karena doa merupakan
sarana komunikasi antara manusia dan pencipta-Nya. Doa mengantar kita
pada komunikasi yang terus menerus dengan Tuhan. Kita dapat
berkomunikasi dengan Tuhan melalui doa. Disiplin rohani yang satu ini
tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Kita dapat berdoa dimana saja,
kapan saja, untuk hal apa saja, dan bagaimana saja. Komunikasi yang
lancar dengan Tuhan, jauh lebih berarti dan kita butuhkan dalam hidup
kita, dibandingkan dengan segala sarana komunikasi lainnya di dunia
ini. Dengan terus berkomunikasi dengan Tuhan berarti kita terus berada
dihadirat Bapa, terus berhubungan dengan-Nya. Setiap kali kita
memerlukan untuk berkomunikasi dengan Tuhan, "sinyal telpon" tak
pernah hilang. Doa adalah persekutuan yang Mahakudus…, esensi dari
ibadah yang benar, saluran bagi segala berkat, dan rahasia bagi kuasa
dan kehidupan.
Doa adalah hak istimewa anak Tuhan untuk berjumpa dan berkomunikasi
dengan Tuhan, Bapa kita. Tanpa hak istimewa ini, tidak mungkin kita
bisa menerobos masuk ke hadirat Tuhan dan bercengkrama akrab
dengan-Nya. Doa adalah komunikasi dua arah yang terjadi antara kita
dan Tuhan. Saat kita menyatakan doa-doa dan permohonan kita dalam
ucapan syukur, Tuhan menganugerakan damai sejahtera-Nya kepada kita.
Jadi, bukan hanya permohonan yang merupakan inti dari doa, tetapi doa
adalah memasuki komunikasi untuk bergaul akrab dengan Tuhan. Tuhan
dapat mengkomunikasikan isi hati-Nya melalui firman, Roh-Nya, situasi
kehidupan sehari-hari, dan sebagainya. Dan, kita bisa berbicara kepada
Tuhan lewat pujian, penyembahan, pengakuan dosa, pengucapan syukur,
pernyataan kasih, penyerahan diri, dan sebagainya.
Melalui doa kita mencari wajah Tuhan. Namun yang sering terjadi adalah
kita hanya merindukan pemberian Tuhan tanpa merindukan wajah-Nya.
Betapa sering kita hanya memandang tangan Tuhan, bukan wajah Tuhan
ketika datang kepada Tuhan. Kita mencari tahu, apa yang Dia bawa untuk
kita? Berkat-berkat apa saja yang Dia siapkan saat berjumpa dengan
kita? Hal menyenangkan apa yang akan Dia berikan kepada kita? Hanya
itu yang kita ingat-ingat saat berjumpa dengan Tuhan. Kita lupa
memandang wajah-Nya, memahami perasaan-Nya, dan menanyakan
kerinduan-Nya. Berkatnya lebih penting bagi kita daripada kehadiran
dan diri-Nya sendiri. Raja Daud mengungkapkan kerinduannya yang
dituliskan dalam Mazmur 27:4, Raja Daud mengungkapkan kerinduannya
yang begitu besar akan hadirat Allah dalam hidupnya melebihi segala
pemberian-Nya. "satu hal yang kuminta kepada Tuhan, itulah yang
kuingini: diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan
Tuhan dan menikmati bait-Nya." Allah tidak pernah menyembunyikan
wajah-Nya, Tuhan selalu rindu menyatakan kehadiran-Nya. Dia rindu
berbicara dengan kita melalui berbagai cara: mungkin melalui Alkitab,
firman yang tertulis. Mungkin lewat pemberitaan firman, perkataan,
nubuatan, lagu pujian, atau kata-kata seseorang. Mungkin lewat
pemikiran, gagasan, dan keinginan kudus yang muncul dihati kita.
Mungkin juga dengan damai sejahtera di tengah-tengah pergumulan hidup.
Atau, keyakinan yang menggugah dan menantang, gambaran mental,
penglihatan, mimpi; dan berbagai penyataan lainnya.
Tuhan tidak pernah jauh dari kita, Tuhan selalu dekat dan bisa
dijangkau. Dia selalu bersedia ditemui oleh orang yang mencari-Nya.
Tuhan selalu rindu agar kita mencari, berseru dan datang kepada-Nya
dengan segenap hati. Di mana pun, kapan pun, dan bagaimana pun keadaan
kita, Tuhan siap memberi diri-Nya ditemui dan mendengar doa kita.
Tuhan ingin umat-Nya mencari dan bersekutu dengan-Nya. Tuhan ingin
kita meminta kepada-Nya dan menikmati sukacita-Nya, Tuhan senang dan
bersukacita tatkala kita datang dan memohon segala sesuatu kepada-Nya.
Di dalam Yakobus 16:24, Yesus sendiri menganjurkan: mintalah, maka
kamu akan menerima, supaya penulah sukacitamu. Kita tidak memperoleh
apa-apa dari Allah karena kita tidak pernah meminta (Yakobus 4:2).
Doa adalah sarana kasih karunia Tuhan untuk mencurahkan
berkat-berkat-Nya. Berkat-berkat itu tentu saja tidak sebatas berkat
materi, tetapi juga berkat-berkat rohani, seperti damai sejahtera,
sukacita, keteguhan hati, kasih, dan sebagainya. Tujuan dari semua
berkat itu adalah agar manusia mengalami sukacita Tuhan, sukacita yang
dalam; yang tidak bergantung pada situasi dan kondisi sekitar kita.
Melalui doa Tuhan ingin kita terlibat dalam karya-Nya serta
memuliakan-Nya. Pekerjaan besar dimungkinkan terjadi ketika kita
berdoa kepada Tuhan. Dengan berdoa kita sesungguhnya tengah melibatkan
diri kita dalam karya Tuhan; kita sudah ikut ambil bagian dalam
hal-hal yang dilakukan Yesus. Semua ini memuliakan nama-Nya.
Dosa telah merusak persekutuan antara manusia dengan Allah. Blaise
Pascal mengatakan bahwa ada satu kekosongan di dalam hati setiap
manusia. Kekosongan ini tidak bisa diisi dengan benda ciptaan atau apa
pun yang lain, kecuali oleh Tuhan Sang Pencipta, yang dikenal melalui
Yesus Kristus. Hanya persekutuan dengan Tuhan yang dapat memuaskan
kehampaan hidup kita, karena memang demikianlah rancangan Tuhan atas
diri kita. Kita ditebus untuk kembali memiliki persekutuan dengan
Tuhan. Tuhan telah berusaha memanggil kita kembali kepada hakikat
semula Tuhan menciptakan kita, yaitu untuk menyembah dan menikmati
hadirat-Nya selama-lamanya. Ketika kita mendekat, bersekutu, dan diam
dipelataran-Nya, kita menjadi kenyang dengan segala yang baik di rumah
Tuhan. Melalui doa kita diubahkan, tatkala kita berdoa, kita
sesungguhnya tengah diubah. Doa menjadi salah satu sarana utama Tuhan
untuk mengubah kita untuk semakin serupa dengan Tuhan. Doa menolong
kita untuk berubah.
Doa yang benar adalah doa yang berpusat pada Tuhan dan Pribadi-Nya,
bukan pada diri sendiri, kesenangan, atau kepuasan kita. Yakobus 4:3
mengatakan bahwa kita kerap tidak mendapatkan atau menerima jawaban
doa, karena kita salah berdoa; karena kita hendak memuaskan hawa nafsu
kita sendiri. Lalu bagaimana kita membangun kehidupan doa yang
berpusat pada Tuhan? Banyak firman Tuhan yang akan membimbing kita
dalam mengungkapkan doa dan pokok-pokok doa yang berpusat pada Tuhan.
Untuk membantu kita mengingatnya kita bisa menggunakan jari-jari
tangan kita: jari jempol (yang biasa kita pakai untuk memuji, mengakui
suatu kehebatan) membawa kita pada kebesaran dan keagungan Tuhan.
Karenanya, kita memuji dan menyembah Dia (Mazmur 100). Kita
mengungkapkan pengakuan kita tentang siapa Dia yang berdaulat atas
hidup kita. Jari telunjuk ( yang biasa diacungkan untuk menyatakan
diri atau mengakui sesuatu) mengingatkan kita kepada kekudusan dan
keadilan Tuhan, serta menunjukkan keadaan diri kita yang berdosa.
Karenanya, kita perlu mengakui segala dosa kita dan memohon ampun dari
yang Mahakudus (1 Yohanes 1:9). Jari tengah (jari paling tinggi)
mengungkapkan kebaikan dan kemurahan Tuhan. Karenanya, kita
meninggihkan dan mengucap syukur atas pemberian yang Dia berikan
kepada kita (Lukas 17:11-19). Jari manis (tempat cincin kawin atau
pertunangan) mengungkapkan kasih dan kesetiaan Tuhan. Karenanya kita
menyatakan kasih dan cinta kita kepada-Nya (Mazmur 18:2-3). Jari
kelingking (melambangkan diri kita yang kecil dan berada di urutan
terakhir) mengingatkan kita kepada kedaulatan dan kebijaksanaan Tuhan,
sehingga kita patut menyerahkan diri, percaya dan taat kepada-Nya
(Matius 26:39).
Sementara jari-jari tangan kiri dapat kita pakai untuk mengingatkan
pokok-pokok yang perlu kita doakan: jari jempol, yang jika kita
melipat tangan untuk berdoa letaknya paling dekat ke dada,
melambangkan orang-orang yang dekat di hati kita (keluarga, teman).
Jari telunjuk, yang biasa dipakai untuk menunjuk, melambangkan
orang-orang yang menunjukkan jalan kepada kita (pendeta, pembimbing
rohani). Jari tengah, jari paling tinggi, melambangkan orang-orang
berotoritas atas kita (pimpinan, pemerintah). Jari manis, yang paling
sulit diangkat tatkala telapak tangan kita menapak pada bidang datar;
melambangkan orang-orang "lemah" yang perlu mendapatkan topangan dan
dukungan (orang belum percaya, bermasalah/sakit). Jari kelingking,
sebagai jari terkecil dan terakhir, melambangkan diri kita yang tidak
seharusnya selalu berada diurutan pertama dan terutama di dalam
doa-doa kita (yang meliputi pertumbuhan dan kebutuhan pribadi). Dengan
bantuan kelima jari tangan kanan dan kiri, doa-doa kita akan mencakup
pokok doa yang cukup menyeluruh dan mengungkapkan doa yang makin
berpusat pada Tuhan.
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah sikap hati dalam berdoa. Doa
adalah hubungan pribadi dengan Allah Yang Mahatahu, yang menyelidiki
sampai kedalaman hati kita. Karenanya doa memerlukan sikap hati yang
benar. Sikap hati yang benar adalah hati yang tertuju pada kemuliaan
dan kehendak Tuhan, bukan kepuasan diri sendiri. Doa kita harus
dibangun di atas hubungan yang hormat dan hangat, bukan sekedar
mekanisme dan rutinitas. Kita tidak dapat bergegas menghampiri hadirat
Tuhan dengan sikap angkuh. Atau, langsung menghujaninya dengan
permintaan-permintaan, tanpa menyadari siapa yang sedang kita hadapi.
Kita harus datang kepada-Nya dengan sikap hormat dan juga hangat. Kita
tidak boleh menghadap Tuhan hanya Karena kita sudah terpaku pada
rutinitas dan kebiasaan. Jika demikian, doa yang kita naikkan akan
terasa hambar dan tidak akan berdampak pada hidup kita. Kita harus
menentukan waktu yang teratur dan terus menerus dalam berdoa. Selain
waktu-waktu doa yang kita khususkan secara teratur, kita pun dapat
berdoa di mana dan kapan saja, saat mengantre, saat di rumah, saat
berjalan kaki, di sekolah, menonton berita, membaca surat kabar, dan
lain-lain. Cara mendisiplinkan tidak boleh tidak, kita mesti secara
sengaja melakukannya, membiasakannya di tengah-tengah setiap aktivitas
kita sehari-hari. Kita perlu tetap berada di jalur hubungan dengan
Tuhan. Soli Deo Gloria
Disadur dari buku: Berakar Dalam Kristus
Doa adalah disiplin rohani yang paling sentral, karena doa merupakan
sarana komunikasi antara manusia dan pencipta-Nya. Doa mengantar kita
pada komunikasi yang terus menerus dengan Tuhan. Kita dapat
berkomunikasi dengan Tuhan melalui doa. Disiplin rohani yang satu ini
tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Kita dapat berdoa dimana saja,
kapan saja, untuk hal apa saja, dan bagaimana saja. Komunikasi yang
lancar dengan Tuhan, jauh lebih berarti dan kita butuhkan dalam hidup
kita, dibandingkan dengan segala sarana komunikasi lainnya di dunia
ini. Dengan terus berkomunikasi dengan Tuhan berarti kita terus berada
dihadirat Bapa, terus berhubungan dengan-Nya. Setiap kali kita
memerlukan untuk berkomunikasi dengan Tuhan, "sinyal telpon" tak
pernah hilang. Doa adalah persekutuan yang Mahakudus…, esensi dari
ibadah yang benar, saluran bagi segala berkat, dan rahasia bagi kuasa
dan kehidupan.
Doa adalah hak istimewa anak Tuhan untuk berjumpa dan berkomunikasi
dengan Tuhan, Bapa kita. Tanpa hak istimewa ini, tidak mungkin kita
bisa menerobos masuk ke hadirat Tuhan dan bercengkrama akrab
dengan-Nya. Doa adalah komunikasi dua arah yang terjadi antara kita
dan Tuhan. Saat kita menyatakan doa-doa dan permohonan kita dalam
ucapan syukur, Tuhan menganugerakan damai sejahtera-Nya kepada kita.
Jadi, bukan hanya permohonan yang merupakan inti dari doa, tetapi doa
adalah memasuki komunikasi untuk bergaul akrab dengan Tuhan. Tuhan
dapat mengkomunikasikan isi hati-Nya melalui firman, Roh-Nya, situasi
kehidupan sehari-hari, dan sebagainya. Dan, kita bisa berbicara kepada
Tuhan lewat pujian, penyembahan, pengakuan dosa, pengucapan syukur,
pernyataan kasih, penyerahan diri, dan sebagainya.
Melalui doa kita mencari wajah Tuhan. Namun yang sering terjadi adalah
kita hanya merindukan pemberian Tuhan tanpa merindukan wajah-Nya.
Betapa sering kita hanya memandang tangan Tuhan, bukan wajah Tuhan
ketika datang kepada Tuhan. Kita mencari tahu, apa yang Dia bawa untuk
kita? Berkat-berkat apa saja yang Dia siapkan saat berjumpa dengan
kita? Hal menyenangkan apa yang akan Dia berikan kepada kita? Hanya
itu yang kita ingat-ingat saat berjumpa dengan Tuhan. Kita lupa
memandang wajah-Nya, memahami perasaan-Nya, dan menanyakan
kerinduan-Nya. Berkatnya lebih penting bagi kita daripada kehadiran
dan diri-Nya sendiri. Raja Daud mengungkapkan kerinduannya yang
dituliskan dalam Mazmur 27:4, Raja Daud mengungkapkan kerinduannya
yang begitu besar akan hadirat Allah dalam hidupnya melebihi segala
pemberian-Nya. "satu hal yang kuminta kepada Tuhan, itulah yang
kuingini: diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan
Tuhan dan menikmati bait-Nya." Allah tidak pernah menyembunyikan
wajah-Nya, Tuhan selalu rindu menyatakan kehadiran-Nya. Dia rindu
berbicara dengan kita melalui berbagai cara: mungkin melalui Alkitab,
firman yang tertulis. Mungkin lewat pemberitaan firman, perkataan,
nubuatan, lagu pujian, atau kata-kata seseorang. Mungkin lewat
pemikiran, gagasan, dan keinginan kudus yang muncul dihati kita.
Mungkin juga dengan damai sejahtera di tengah-tengah pergumulan hidup.
Atau, keyakinan yang menggugah dan menantang, gambaran mental,
penglihatan, mimpi; dan berbagai penyataan lainnya.
Tuhan tidak pernah jauh dari kita, Tuhan selalu dekat dan bisa
dijangkau. Dia selalu bersedia ditemui oleh orang yang mencari-Nya.
Tuhan selalu rindu agar kita mencari, berseru dan datang kepada-Nya
dengan segenap hati. Di mana pun, kapan pun, dan bagaimana pun keadaan
kita, Tuhan siap memberi diri-Nya ditemui dan mendengar doa kita.
Tuhan ingin umat-Nya mencari dan bersekutu dengan-Nya. Tuhan ingin
kita meminta kepada-Nya dan menikmati sukacita-Nya, Tuhan senang dan
bersukacita tatkala kita datang dan memohon segala sesuatu kepada-Nya.
Di dalam Yakobus 16:24, Yesus sendiri menganjurkan: mintalah, maka
kamu akan menerima, supaya penulah sukacitamu. Kita tidak memperoleh
apa-apa dari Allah karena kita tidak pernah meminta (Yakobus 4:2).
Doa adalah sarana kasih karunia Tuhan untuk mencurahkan
berkat-berkat-Nya. Berkat-berkat itu tentu saja tidak sebatas berkat
materi, tetapi juga berkat-berkat rohani, seperti damai sejahtera,
sukacita, keteguhan hati, kasih, dan sebagainya. Tujuan dari semua
berkat itu adalah agar manusia mengalami sukacita Tuhan, sukacita yang
dalam; yang tidak bergantung pada situasi dan kondisi sekitar kita.
Melalui doa Tuhan ingin kita terlibat dalam karya-Nya serta
memuliakan-Nya. Pekerjaan besar dimungkinkan terjadi ketika kita
berdoa kepada Tuhan. Dengan berdoa kita sesungguhnya tengah melibatkan
diri kita dalam karya Tuhan; kita sudah ikut ambil bagian dalam
hal-hal yang dilakukan Yesus. Semua ini memuliakan nama-Nya.
Dosa telah merusak persekutuan antara manusia dengan Allah. Blaise
Pascal mengatakan bahwa ada satu kekosongan di dalam hati setiap
manusia. Kekosongan ini tidak bisa diisi dengan benda ciptaan atau apa
pun yang lain, kecuali oleh Tuhan Sang Pencipta, yang dikenal melalui
Yesus Kristus. Hanya persekutuan dengan Tuhan yang dapat memuaskan
kehampaan hidup kita, karena memang demikianlah rancangan Tuhan atas
diri kita. Kita ditebus untuk kembali memiliki persekutuan dengan
Tuhan. Tuhan telah berusaha memanggil kita kembali kepada hakikat
semula Tuhan menciptakan kita, yaitu untuk menyembah dan menikmati
hadirat-Nya selama-lamanya. Ketika kita mendekat, bersekutu, dan diam
dipelataran-Nya, kita menjadi kenyang dengan segala yang baik di rumah
Tuhan. Melalui doa kita diubahkan, tatkala kita berdoa, kita
sesungguhnya tengah diubah. Doa menjadi salah satu sarana utama Tuhan
untuk mengubah kita untuk semakin serupa dengan Tuhan. Doa menolong
kita untuk berubah.
Doa yang benar adalah doa yang berpusat pada Tuhan dan Pribadi-Nya,
bukan pada diri sendiri, kesenangan, atau kepuasan kita. Yakobus 4:3
mengatakan bahwa kita kerap tidak mendapatkan atau menerima jawaban
doa, karena kita salah berdoa; karena kita hendak memuaskan hawa nafsu
kita sendiri. Lalu bagaimana kita membangun kehidupan doa yang
berpusat pada Tuhan? Banyak firman Tuhan yang akan membimbing kita
dalam mengungkapkan doa dan pokok-pokok doa yang berpusat pada Tuhan.
Untuk membantu kita mengingatnya kita bisa menggunakan jari-jari
tangan kita: jari jempol (yang biasa kita pakai untuk memuji, mengakui
suatu kehebatan) membawa kita pada kebesaran dan keagungan Tuhan.
Karenanya, kita memuji dan menyembah Dia (Mazmur 100). Kita
mengungkapkan pengakuan kita tentang siapa Dia yang berdaulat atas
hidup kita. Jari telunjuk ( yang biasa diacungkan untuk menyatakan
diri atau mengakui sesuatu) mengingatkan kita kepada kekudusan dan
keadilan Tuhan, serta menunjukkan keadaan diri kita yang berdosa.
Karenanya, kita perlu mengakui segala dosa kita dan memohon ampun dari
yang Mahakudus (1 Yohanes 1:9). Jari tengah (jari paling tinggi)
mengungkapkan kebaikan dan kemurahan Tuhan. Karenanya, kita
meninggihkan dan mengucap syukur atas pemberian yang Dia berikan
kepada kita (Lukas 17:11-19). Jari manis (tempat cincin kawin atau
pertunangan) mengungkapkan kasih dan kesetiaan Tuhan. Karenanya kita
menyatakan kasih dan cinta kita kepada-Nya (Mazmur 18:2-3). Jari
kelingking (melambangkan diri kita yang kecil dan berada di urutan
terakhir) mengingatkan kita kepada kedaulatan dan kebijaksanaan Tuhan,
sehingga kita patut menyerahkan diri, percaya dan taat kepada-Nya
(Matius 26:39).
Sementara jari-jari tangan kiri dapat kita pakai untuk mengingatkan
pokok-pokok yang perlu kita doakan: jari jempol, yang jika kita
melipat tangan untuk berdoa letaknya paling dekat ke dada,
melambangkan orang-orang yang dekat di hati kita (keluarga, teman).
Jari telunjuk, yang biasa dipakai untuk menunjuk, melambangkan
orang-orang yang menunjukkan jalan kepada kita (pendeta, pembimbing
rohani). Jari tengah, jari paling tinggi, melambangkan orang-orang
berotoritas atas kita (pimpinan, pemerintah). Jari manis, yang paling
sulit diangkat tatkala telapak tangan kita menapak pada bidang datar;
melambangkan orang-orang "lemah" yang perlu mendapatkan topangan dan
dukungan (orang belum percaya, bermasalah/sakit). Jari kelingking,
sebagai jari terkecil dan terakhir, melambangkan diri kita yang tidak
seharusnya selalu berada diurutan pertama dan terutama di dalam
doa-doa kita (yang meliputi pertumbuhan dan kebutuhan pribadi). Dengan
bantuan kelima jari tangan kanan dan kiri, doa-doa kita akan mencakup
pokok doa yang cukup menyeluruh dan mengungkapkan doa yang makin
berpusat pada Tuhan.
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah sikap hati dalam berdoa. Doa
adalah hubungan pribadi dengan Allah Yang Mahatahu, yang menyelidiki
sampai kedalaman hati kita. Karenanya doa memerlukan sikap hati yang
benar. Sikap hati yang benar adalah hati yang tertuju pada kemuliaan
dan kehendak Tuhan, bukan kepuasan diri sendiri. Doa kita harus
dibangun di atas hubungan yang hormat dan hangat, bukan sekedar
mekanisme dan rutinitas. Kita tidak dapat bergegas menghampiri hadirat
Tuhan dengan sikap angkuh. Atau, langsung menghujaninya dengan
permintaan-permintaan, tanpa menyadari siapa yang sedang kita hadapi.
Kita harus datang kepada-Nya dengan sikap hormat dan juga hangat. Kita
tidak boleh menghadap Tuhan hanya Karena kita sudah terpaku pada
rutinitas dan kebiasaan. Jika demikian, doa yang kita naikkan akan
terasa hambar dan tidak akan berdampak pada hidup kita. Kita harus
menentukan waktu yang teratur dan terus menerus dalam berdoa. Selain
waktu-waktu doa yang kita khususkan secara teratur, kita pun dapat
berdoa di mana dan kapan saja, saat mengantre, saat di rumah, saat
berjalan kaki, di sekolah, menonton berita, membaca surat kabar, dan
lain-lain. Cara mendisiplinkan tidak boleh tidak, kita mesti secara
sengaja melakukannya, membiasakannya di tengah-tengah setiap aktivitas
kita sehari-hari. Kita perlu tetap berada di jalur hubungan dengan
Tuhan. Soli Deo Gloria
Disadur dari buku: Berakar Dalam Kristus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar