Tulisan Jalan

Hidupku untuk mengharumkan nama-MU Jangan bersukcita ketika engkau berhasil dalam pelayanan, tetapi bersukcitalah karena namamu tercatat di Surga

Kau istimewa. Di seluruh dunia, tidak ada orang yang sepertimu. Sejak bumi diciptakan tidak ada orang lain yang sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki senyummu, tidak ada yang memiliki matamu, hidungmu, rambutmu, tanganmu, suaramu. Kau istimewa. Tidak ada orang lain yang memiliki tulisan yang sama denganmu. Tidak ada orang lain yang memiliki selera akan makanan, pakaian, musik, atau seni sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki cara pandang sepertimu. Sepanjang masa tidak ada orang lain yang tertawa sepertimu, tidak ada yang menangis sepertimu. Kaulah satu di antara seluruh ciptaan yang memiliki kemampuan seperti yang kau miliki. sampai selamanya, tidak akan ada orang yang akan pernah melihat, berbicara, berjalan, berpikir, atau bertindak seperti dirimu. Kau istimewa...kau langka. Tuhan telah menjadikanmu istimewa dengan satu tujuan yaitu MEMULIAKAN DIA

Cari Blog Ini

Selasa, 28 Mei 2013

Anton Medan Minta Polisi Tahan Farhat Abbas

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***

Anton Medan Minta Polisi Tahan Farhat Abbas

Penulis : Robertus Belarminus | Selasa, 28 Mei 2013 | 12:34 WIB

Kompas.com/Robertus Belarminus Ketua Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Ramdhan Effendi atau lebih dikenal dengan nama Anton Medan Polda Metro Jaya menahan pengacara Farhat Abbas, Selasa (28/5/2013).

1

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Ramdhan Effendi atau lebih dikenal dengan nama Anton Medan meminta polisi menahan pengacara Farhat Abbas. Anton mempertanyakan sikap Polda Metro Jaya yang tidak menahan Farhat meski status Farhat telah menjadi tersangka.

"Saya pertama ucapkan terima kasih Farhat bisa dijadikan tersangka. Kehadiran saya di sini, selain itu, saya pertanyakan kenapa (Farhat) tidak ditahan. Argumennya, Farhat kooperatif dan untuk pemberkasan P21, kalau sudah jadi tersangka, tahan saja," kata Anton saat dijumpai di Mapolda Metro Jaya, Selasa (28/5/2013).

Anton yang juga seorang ulama itu melaporkan Farhat ke polisi karena ucapan Farhat di akun Twitter-nya pada 9 Januari 2013 menimbulkan pro dan kontra dari sisinya sebagai ulama. Ada pihak yang menyarankan kepada dirinya untuk mencabut saja laporan dan memaafkan Farhat. Lagi pula, sejak awal, Anton sudah memaafkan Farhat. Namun, menurutnya, proses hukum harus tetap berjalan.

"Bukan kapasitas saya cabut perkara, itu urusan polisi," ujar Anton.

Dengan melaporkan Farhat, ia berharap Farhat bisa menjaga perilakunya dan sesuai dengan koridor. Anton menilai, Farhat merupakan seorang praktisi hukum sehingga harus bersikap mengikuti kaidah hukum. Selain itu, dengan adanya laporan tersebut, Anton menilai masyarakat bisa memahami dan belajar dari kasus penyebaran isu dan etnis yang sudah pernah terjadi di negeri ini agar tidak terjadi lagi.

"Siapa pun kita kalau bicara harus hati-hati, ada koridor dan etika. Tapi, ini tidak dilakukan oleh Farhat. Siapa pun dia kritik, keresahan ada di masyarakat. Ini saya bingung," ujar Anton.

Untuk urusan damai, Anton mengakui Farhat sudah pernah menawarkan hal itu. Namun, ia menilai selama ini ucapan permintaan maaf Farhat tidak pada tempatnya. Ia mengatakan, Farhat bisa datang ke pondok pesantrennya dan melakukan silaturahim. "Kalau damai atau dia minta maaf, kan, harus ada etika. Pertama, memang dia minta maaf lewat SMS. Kedua, sama-sama saya ketemu di studio, dia minta maaf, dia cium tangan," kata Anton.

Farhat ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Metro Jaya pada Selasa (21/5/2013) kemarin. Penetapan itu terkait pernyataan yang bernada SARA kepada Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Ia dilaporkan oleh Anton Medan pada Januari 2013 silam.

Editor :

Laksono Hari W

*************************

Hahahaha   ini Medan bung!!!!


Farhat Abbas sayang pengetahuan sejarahnya terbatas sekali. Seandainya dia pernah baca sejarah di bawah ini, pasti dia tidak akan kena kasus SARA seperti sekarang ini. Simaklah sejarah ini:

 

SEJARAH WALI SONGO

Delapan dari Sunan Walisongo itu adalah orang Tionghoa. Nabi Muhammad SAW sendiri pernah bersabda "Tuntutlah ilmu walau sampai negeri Cina"  (Al Hadits). Pada saat itu orang Tionghoa sendirilah yg datang ke Indonesia, sehingga mereka tidak perlu repot2 harus pergi ke belajar Tiongkok untuk menuntut ilmu disana. Prof Slamet Mulyana pernah berusaha untuk mengungkapkan hal tsb di atas dlm bukunya "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara". Yang mendirikan kerajaan Islam pertama di Jawa adalah orang Tionghoa, bahkan Sultannya yg pertama pun adalah orang Tionghoa: Chen Jinwen alias Raden Patah alias Panembahan Tan Jin Bun/Arya (Cu-Cu). Walisongo atau Walisanga yg berarti sembilan (songo) Wali, tetapi ada juga yg berpendapat bahwa perkataan songo ini berasal dari kata "tsana" yg berarti mulia dlm bhs Arab sedangkan pendapat lainnya mengatakan bahwa kata tsb berasal dari kata "sana" dlm bhs Jawa yg berarti "tempat"  Para wali tsb mendapatkan gelar Sunan, yg berarti guru agama atau ustadz, namum perkataan Sunan itu sebenarnya diambil dari perkataan "Suhu/Saihu" yg berarti guru dlm bhs dialek Hokkian, sebab para wali itu adalah guru2 Pesantren Hanafiyah, dari mazhab (sekte) Hanafi. "Su" singkatan dari kata "Suhu" dan "Nan" berarti selatan, sebab para penganut sekte Hanafi ini berasal dari selatan Tiongkok.

 

Perlu diketahui bahwa sebutan  "Kyai" yg kita kenal sekarang ini sebagai sebutan untuk  guru agama Islam setidak-tidaknya hingga jaman pendudukan Jepang masih digunakan untuk panggilan bagi seorang lelaki Tionghoa Totok, seperti pangggilan "Encek". Walisongo ini didirikan oleh Sunan Ampel pada th. 1474. Yg terdiri dari 9 wali yaitu:

Sunan Ampel  alias Bong Swie Ho

Sunan Drajat alias Bong Tak Keng

Sunan Bonang alias  Bong Tak  Ang

Sunan Kalijaga  alias Gan Si Cang

Sunan Gunung Jati alias Du Anbo - Toh A Bo

Sunan Kudus alias Zha Dexu - Ja Tik Su

Sunan Giri adalah cucunya Bong Swie Ho

Sunan Muria

Maulana Malik Ibrahim alias Chen Yinghua/Tan Eng Hoat

 

Sunan Ampel (Bong Swie Ho) alias raden Rahmat lahir pada th 1401 di Champa (Kamboja), ia tiba di Jawa pada th 1443. Pada saat itu di Champa banyak sekali orang Tionghoa penganut agama Muslim yg bermukim disana. Pada th 1479 ia mendirikan Mesjid Demak. Ia juga perencana kerajaan Islam pertama di Jawa yang beribu kota di Bintoro Demak, dengan mengangkat Raden Patah alias Chen Jinwen - Tan Jin Bun sebagai Sultan yang pertama, ia itu puteranya dari Cek Kopo di Palembang. Orang Portugis menyebut Raden Patah "Pate Rodin Sr." sebagai  "persona de grande syso" (orang yg sangat bijaksana) atau "cavaleiro" (bangsawan yg mulia), walaupun demikian orang Belanda sendiri tidak percaya moso sih sultan Islam pertama di Jawa adalah orang Tionghoa. Oleh sebab itulah Residen Poortman 1928 mendapat tugas dari pemerintah Belanda untuk menyelidikinya; apakah Raden Patah itu benar2 orang Tionghoa tulen? Poortman diperintahkan untuk menggeledah Kelenteng Sam Po Kong dan menyita naskah berbahasa Tionghoa,dimana sebagian sudah berusia 400 tahun sebanyak tiga cikar/pedati. Arsip Poortman ini dikutip oleh Parlindungan yang menulis buku yang juga kontroversial Tuanku Rao, dan Slamet Mulyana juga banyak menyitir dari buku ini. Pernyataan Raden Patah adalah seorang Tionghoa ini tercantum dlm  Serat Kanda Raden Patah bergelar Panembahan Jimbun,dan dalam Babad Tanah Jawi disebut sebagai Senapati Jimbun. Kata Jin Bun (Jinwen) dalam dialek Hokkian berarti "orang kuat". Cucunya dari Raden patah Sunan Prawata atau Chen Muming/Tan Muk Ming adalah Sultan terakhir dari Kerajaan Demak, berambisi untuk meng-Islamkan seluruh Jawa, sehingga apabila ia berhasil maka ia bisa menjadi "segundo Turco" (seorang Sultan Turki ke II) setanding sultan Turki Suleiman I dengan kemegahannya.

 

Sumber:

- D. A. Rinkes "De heiligen van Java"

- Jan Edel "Hikajat Hasanoeddin"

- B. J. O. Schrieke, 1916, Het Boek van Bonang - Utrecht: Den Boer

- G.W.J. Drewes, 1969  The admonitions of Seh Bari : a 16th century Javanese

Muslim text attributed to the Saint of Bonang, The Hague: Martinus Nijhoff

- De Graaf and Pigeaud "De eerste Moslimse Vorstendommen op Java" - "Islamic

states in Java 1500 -1700".

- Amen Budiman "Masyarakat Islam Tionghoa di Indonesia"

- Prof. Slamet Mulyana "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara

(Sumber:  mangucup@wanadoo.nl, Homepage: www.mangucup.org)

 

In Christ's Love
Rev. Hans

"Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! (Kisah Para Rasul 18:9b).

Tidak ada komentar:

Berita Terkini

« »
« »
« »
Get this widget

Daftar Blog Saya

Komentar