Tulisan Jalan

Hidupku untuk mengharumkan nama-MU Jangan bersukcita ketika engkau berhasil dalam pelayanan, tetapi bersukcitalah karena namamu tercatat di Surga

Kau istimewa. Di seluruh dunia, tidak ada orang yang sepertimu. Sejak bumi diciptakan tidak ada orang lain yang sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki senyummu, tidak ada yang memiliki matamu, hidungmu, rambutmu, tanganmu, suaramu. Kau istimewa. Tidak ada orang lain yang memiliki tulisan yang sama denganmu. Tidak ada orang lain yang memiliki selera akan makanan, pakaian, musik, atau seni sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki cara pandang sepertimu. Sepanjang masa tidak ada orang lain yang tertawa sepertimu, tidak ada yang menangis sepertimu. Kaulah satu di antara seluruh ciptaan yang memiliki kemampuan seperti yang kau miliki. sampai selamanya, tidak akan ada orang yang akan pernah melihat, berbicara, berjalan, berpikir, atau bertindak seperti dirimu. Kau istimewa...kau langka. Tuhan telah menjadikanmu istimewa dengan satu tujuan yaitu MEMULIAKAN DIA

Cari Blog Ini

Sabtu, 12 Mei 2012

Doktrin Trinitas (bag.1)

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Sumber : Kompasiana

Catatan Pengantar
Beberapa waktu yang lalu salah seorang kawan saya mengajak diskusi tentang iman Kristen. Dalam diskusi itu kawan saya menanyakan salah satu doktrin Kristen yang sangat sulit dia paham, yaitu doktrin Tritunggal dan makna Ibnullah (Anak Allah) pada Yesus. Menurut dia iman Kristen saat ini sudah melenceng dari ajaran Yesus yang justru sangat menekankan tauhid (keesaan TUHAN). Apalagi soal doktrin Tritunggal yang menurut dia tidak ada dalam Injil atau ajaran Yesus.
Menurut saya adalah sangat wajar jika umat agama lain terkadang tidak memahami bahasa teologis agama kita. Dikarenakan mereka seringkali menggunakan “kacamata” atau pola pikir bahasa teologis mereka dalam memahami iman kita yang sulit mereka pahami. Salah satu contoh seperti kasus diatas. Dimana umat lain tidak mampu memahami bagaimana sebenarnya makna Tritunggal; bagaimana maksud Yasu’ al-Masih Ibnullah (Yesus Kristus Anak Allah) padahal jelas-jelas bahwa Allah tidak beranak dan diperanakkan; dsb.
Jika kita mencoba mencari kata “Tritunggal” di Alkitab memang tidak ditemukan secara letter leg. Tetapi apabila kita mencoba kembali pada ajaran Tauhid (Monoteisme) Yahudi pra Kristen, pada penciptaan langit dan bumi (kejadian 1) disana dikatakan: “Roh Allah melayang-layang diatas air” (Ruah Elohim atau Roh Kudus); “Berfirmanlah Allah” (Bar Elohim atau Firman Allah). Itu sebabnya hubungan antara Bapa (Allah); FirmanNya; dan RohNya dirumuskan oleh Theophilus dari Antiokhia di Gereja Timur dalam bahasa Yunani “Triados” dan oleh Tertulianus dari Gereja Barat dalam istilah bahasa latin “Trinitas” atau yang umum kita kenal dengan “Tritunggal”.
Doktrin Tritunggal tidak sama dengan Triteisme (penyembahan tiga tuhan). Dalam doktrin ini tidak menjelaskan “keberapaan” Allah, akan tetapi menjelaskan “kebagaimanaan” Allah itu lalu dirumuskan dalam Tritunggal. Karena Allah yang Esa harus memiliki Roh (Kudus) dan juga harus memiliki Firman atau dalam bahasa aslinya “Logos”.

Yasu’ al-Masih Ibnullah atau Yesus Kristus Putra Allah
Perlu ditekankan bahwa kata “Putra Allah” pada Yesus bukan berarti hasil hubungan sexual seperti yang ditentang oleh Bang Rhoma Irama. Kata “Anak Allah” ini bermakna kiasan dari “Firman Allah”. Dalam Qanun al-Iman (Syahadat Nikea/Konstantinopel tahun 325/381), yang mengatakan bahwa Putra Allah yang Tunggal telah “lahir dari Sang Bapa sebelum segala zaman” (Arab: al-maulud min al-Abi qabla kulli duhur). Pertanyaannya adalah apakah ada di dunia ini seseorang yang dilahirkan dari Bapa? Jawabnya, tentu saja tidak ada! Karena setiap orang lahir dari ibu. Karena itu, Yesus disebut Putra Allah jelas bukan kelahiran fisik, tetapi kelahiran ilahi-Nya sebagai Firman yang kekal sebelum segala zaman.
Kemudian kawan saya yang bertanya, ” Bukankah Yesus itu dilahirkan dari rahim Maryam? ” Itu adalah kelahiran kedua dalam daging atau wujud kemanusiaan Yesus. Makna kelahiran Yesus ini oleh bapa-bapa gereja dirumuskan demikian : ” As-Sayid al-Masih lahu miladain: Miladi azali min Ab bi ghayr umm qabla kulli ad-duhur, wa miladi akhara fi mal’i al-zamaan min umm bi ghayr ab”. Artinya: “Junjungan kita al-Masih mempunyai dua kelahiran: Kelahiran kekal- Nya dari Bapa tanpa seorang ibu, dan kelahiran-Nya dalam keterbatasan zaman dari ibu tanpa seorang bapa insani’ ”.
Lahir dari Bapa tanpa seorang ibu “, menunjuk kepada kelahiran kekal Firman Allah dari Wujud Allah. Tanpa seorang ibu, untuk menekankan bahwa kelahiran itu tidak terjadi dalam ruang dan waktu yang terbatas, bukan kelahiran jasadi (bi ghayr jasadin) melalui seorang ibu.
Sebaliknya, “Lahir dari ibu tanpa bapa “, menekankan bahwa secara manusia Yesus dilahirkan dalam ruang dan waktu yang terbatas. Meskipun demikian, karena Yesus bukan manusia biasa seperti kita pada umumnya, melainkan Firman yang menjadi manusia, maka kelahiran fisik-Nya ditandai dengan mukjizat tanpa perantaraan seorang ayah insani. Kelahiran-Nya yang kedua ke dunia karena kuasa Roh Allah ini, menyaksikan dan meneguhkan kelahiran kekal-Nya “sebelum segala abad”. Dan karena Dia dikandung oleh kuasa Roh Kudus, maka Yesus dilahirkan oleh Sayidatina Maryam al-Adzra’ (Bunda Perawan Maria) tanpa seorang ayah.

Hubungan Yesus (Sang Firman) dengan Allah
Yohanes 1 : 1 dalam terjemahan aslinya (bhs Yunani) berbunyi demikian:
εν αρχη ην ο λογος και ο λογος ην προς τον θεον και θεος ην ο λογος
artinya :
En arche en ho Logos, kai Ho Logos en pros theon, kai theos en ho logos.
Logos itu artinya bukan sekedar kata-kata verbal. Tapi artinya pikiran yang merupakan sumber dari kata-kata & pernyataan. Pikiran itu adalah Logos; Logikos; Logic/akal. Pikiran ada dalam diri Allah, tidak mungkin pikiran Allah di luar. Karena pikiran Allah (Firman Allah) itu bukan “ilah yang lain” dan bukan “allah yang lain” daripada Allah Sang Bapa itu, maka dikatakan dalam bahasa aslinya adalah: “Firman itu bersama dengan Allah itu, dan Firman itu adalah Allah”. Artinya apa?? Sang pemilik Firman itu hanya satu, Allah itu hanya satu. Karena itu Kristen Arab kalau berdoa setelah “Bapa, Putera, dan Roh Kudu s” selalu ditutup dgn kata2 “al-Illahu wahid” yaitu Allah yg maha esa. Jadi tertutup segala kemungkinan ada dua sampai tiga allah. Karena “al-Illahu wahid” yaitu Allah yang maha esa.
Apakah Firman adalah makhluk/ciptaan dan pernah tidak ada ?
Menurut ajaran Arianisme bahwa pernah ada waktu Firman itu belum ada. Dan menurutnya Firman adalah ciptaan pertama yang membantu dalam penciptaan. Pertanyaan untuk ajaran Arianisme adalah: bagaimana mungkin sesuatu yang pernah tidak ada (makhluk) kemudian menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada (makhluk)? Dan yang lebih parahnya lagi, dalam ajaran Arianisme ini, firman yang menurut mereka ciptaan itu membantu Allah dalam penciptaan langit dan bumi. Naudzubillah min zalik! Padahal dalam Alkitab sangat jelas dikatakan bahwa Allah membentangkan langit sendiri tanpa bantuan sekutu apalagi bantuan makhluknya yang dulu pernah tidak ada. Bukankah ini dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan makhluknya)?
Lalu bapa-bapa Gereja menganathema ajaran Arianisme ini dalam Qanun al-Iman (Kaidah Iman):
Inna alladzina yaquluna: Kana waqtun lam yakunfihi, wa qabla ‘an yulada lam yakun, wa qad khuliqa min al-‘adam, aw yujahiruna bi ‘anna ibna I-lahi huwa min ukhra, aw min jawharin akhirin, aw annahu makhluqun, aw qabila li at-taghiri wa al-fasad, fainna al-Kanisat al-kathuliqiyat wa ar-rasuliyyata tahramuhum.
Artinya:
“ sesungguhnya tentang mereka yg berkata : Pernah ada waktu dimana Firman Allah belum ada, dan sebelum Dia dilahirakan, Ia tidak ada, atau Firman Allah itu diciptakan dari tidak ada (creation ex nihilo), juga mereka yg menyangka bahwa Putera Allah mempunyai zat lain, atau jauhar (pokok, asal) lain selain dari Allah, dapat menerima perubahan dan kerusakkan, maka sesungguhnya gereja yg katolik/universal dan rasuli, dengan ini menyatakan anathema (pengharaman) atas ajaran mereka.”
Firman tidak diciptakan (ghayr al-makhluq) karena melalui Firman segala sesuatu diciptkan. Firman itu kekal bersama-sama dengan Allah (Yohanes 1). Jadi sangat tidak benar ajaran Arianisme yang sekarang menjelma menjadi sekte Saksi Yehova dan sekte Unitarian ini mengatakan bahwa firman adalah ciptaan pertama. Mereka sering mengutip Amsal 8:22 untuk membuktikan bahwa Firman/Hikmat adalah ciptaan.
Berakar dari Tauhid (Monoteisme) Yahudi pra Kristen, Allah berkarya melalui Firman-Nya yang dalam tradisi kesustraan disebut juga dengan Hokmah (Hikmat) yang bersifat pra-eksisten bersama Allah, seperti misalnya disebut dalam kitab Amsal dibawah ini:
YHWH (Adonay) qenani reasith derekho
“TUHAN memiliki aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya” (Ams 8:22, teks Vulgata)
Berbeda dengan kata “bara” (“menciptakan”), yang menunjuk kegiatan Allah untuk “mengadakan dari yang tidak ada menjadi ada” (creation ex nihilo), kata Ibrani “qana” (“memiliki”, atau “memperoleh”), seperti kedua ayat lain dalam kitab Amsal: “..baiklah orang yang berpengertian memperoleh (yihneh) bahan pertimbangan” (Ams. 1:5). Lagi disebutkan dalam ayat lain:
Qeneh hokmah, qeneh binah.”
“Perolehlah hikmat, perolehlah pengertian” (Ams 4:5)
Hikmat Allah, yg berperan dalam penciptaan itu, menyeru pada manusia untuk mengikuti jalan-Nya. Dalam 1 kor. 1:24, Kristus disebut kekuatan Allah dan Hikmat Allah. Tentu saja, ini tidak menunjuk kepada kemanusiaan Yesus, melainkan menunjuk kodrat ilahi-Nya sebagai Firman Allah, dan Firman itu Allah (Yoh. 1:1)
Dalam kemanusiaan-Nya, Yesus adalah anak-anak dari Hikmat. “Tetapi Hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya” (Luk. 7:35, teks asli: ton teknon autes panton, “oleh anak-anaknya”). Sebaliknya, dalam keilahian-Nya, Tuhan Yesus menyeru kepada manusia dengan seruan yang tidak pernah diucapkan manusia biasa dimanapun juga, kecuali oleh Hikmat (Yunani: Sophia) Allah sendiri: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu” (Mat. 11:28). Meskipun demikian, patut dicatat pula bahwa dogma keilahiam Yesus dan ketritunggalan Ilahi tidak hanya cukup didsarkan atas ayat-ayat Perjanjian Lama saja, tetapi harus lebih mengacu kepada ayat-ayat Perjanjian Baru. Sebab Perjanjian Lama “..hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakikat keselamatan itu sendiri” (Ibr. 10:1). Seperti yang juga dikatakan Rasul Paulus, “…semuanya itu hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya adalah Kristus” (Kol. 1:7). Konkritnya, tidak bisa misalnya Yoh. 1:1 yang jelas tegas malah ditafsir berdasarkan “ayat puitis” dari Ams. 8:22, sebab Kitab Amsal ditulis sebelum zaman Yesus, sedangkan Injil Yohanes ditulis oleh Rasul Yohanes di Efesus, yang jelas-jelas berasal dari murid Yesus langsung.

Bukankah Yesus berseru pada Allah: “Eli, Eli Lamma Sabakhtani”?
Dalam diskusi saya pernah ditanya demikian: “Bang Oland, bukankah Yesus pernah berseru: Eli, Eli Lamma Sabakhtani? Padahal Yesus adalah jelmaan dari Firman Allah sendiri. ” Sekali lagi perlu ditekankan bahwa Yesus mempunyai dua kodrat. Pertama, Dia adalah Firman Allah yang kekal bersama-sama dengan Allah dan yang adalah Allah. Tentu saja daging atau tubuh kemanusiaan Yesus atau wujud inkarnasi Yesus bukanlah Allah (Sang Bapa). Karena jika tubuh kemanusiaan Yesus adalah Allah (Sang Bapa), masakan Allah mati? Jika tubuh kemanusiaan Yesus adalah Allah, masakan Allah digantung di kayu salib? Inilah yang perlu ditekankan, bahwa ketika Yesus wafat yang merasakan kematiaan adalah tubuh kemanusiaan Yesus. Firman dan Allah Sang Pemilik Firman tidak ikut merasakan kematiaan tubuh kemanusiaan Yesus. Hal ini dapat saya analogikan berikut: hasil dari buah pikiran saya dicetak dalam buku atau direkam dalam pita kaset. Ketika buku atau pita kaset yang adalah penjelmaan dari buah pikiran saya itu sobek atau rusak, apakah pikiran saya dan saya ikut rusak juga? Tentu tidak! Karena kertasnya dan pitanya bukan saya. Meskipun dalam buku dan pita kaset itu adalah penjelmaan buah pikiran saya.
Begitu juga antara kemanusiaan dan keilahian-Nya sebagai Firman Allah juga “tidak terbagi dan tidak terpisah”. Maksudnya, sekalipun Firman Allah sama sekali tidak merasakan atau tidak dapat disentuh oleh maut, tetapi dengan kematian tubuh insani Yesus itu Allah turut “berbela rasa” dengan umat-Nya. Ibarat bendera suatu negara yang merupakan kebangaan seorang raja. Ketika bendera itu diinjak-injak oleh musuhnya, hati raja terasa tercabik-cabik meskipun tubuhnya sama sekali tidak terluka.
Jadi, sekalipun Allah tidak dapat mati, dalam kasih-Nya Dia tetap “turut merasakan” kematian Yesus, Putra-Nya. “Quddusu anta, yaa Ghayr al-maati “, demikian bunyi sebuah kidung berbahasa Arab yang lazim dinyanyikan di Gereja Ortodoks Syria dan masih dilafazkan hari ini: “Yaa man shulibta ‘ana irhamna “. Yang artinya : “Kuduslah Engkau, Wahai Firman Allah yang tidak Berkematian, yang disalibkan bagi kami, kasihanilah kami.”
Ketika Yesus (Sang Firman) nuzul (turun) ke bumi, lalu di Surga tinggal berapa?
Suatu ketika saya ditanya oleh kawan diskusi saya: “Ketika Yesus (Sang Firman) nuzul (turun) ke bumi, lalu di Surga tinggal berapa?”. Pertanyaan seperti ini akan muncul jika kita memahami Allah dengan matematis. Padahal untuk dapat mengerti bagaimana Allah kita tidak boleh menggunakan logika matematis seperti itu. Karena Allah itu Ruh, maka untuk dapat memahami Allah harus menggunakan pola pikir metafisik (dibalik yang kelihatan). Pertanyaan semacam itu dapat dijelaskan dengan menggunakan analogi seperti berikut: apabila saya mempunyai kemampuan untuk membuat roti, lalu saya bagi-bagikan keseribu orang. Apakah kemampuan saya akan berkurang? Tentu tidak! Kemampuan saya tetap ada dalam diri saya dan tidak berkurang sedikitpun meskipun telah saya bagi-bagikan pada seribu orang. Kemudian analogi yang lain: Jika buah pikiran saya dicetak dalam 100 buku atau direkam dalam 100 pita kaset, apakah pikiran saya akan berkurang? Tentu tidak! Pikiran saya tetap satu ada dalam diri saya dan tidak berkurang sedikitpun.
Begitu juga ketika Yesus yang adalah penjelmaan dari Firman Allah itu dibabtis, Firman Allah tetap ada dalam diri Allah dan tidak berkurang. Ada tertulis: “Allah bersama dengan orang sabar”. Jika di kota Jember ada 100 orang sabar dan Allah bersama dengan orang sabar, apakah dapat dikatakan ada 100 Allah? Tentu tidak! Allah tetap esa meskipun Dia bersama dengan orang yang berbeda dan ditempat yang berbeda. Karena Allah memang tidak dibatasi ruang dan waktu.
Demikian catatan sederhana saya, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kemuliaan bagi Sang Bapa dan Sang Putra (Firman) serta Sang Roh Kudus, sekarang dan selalu serta sepanjang segala abad, amin.
Catatan kaki:
  1. Bambang Noorsena, Dari Kata Allah Hingga Lam Yalid Wa Lam Yulad , Institute for Syriac Christian Studies (ISCS), 2001.

  2. Bambang Noorsena, History of Allah , Penerbit ANDI, 2005, Yogyakarta.

  3. Romo Yohanes Bambang C.W, Sekitar Pertanyaan akan Kebenaran Iman Gereja Orthodox , Gereja Orthodox Indonesia Paroikia Js. Demetrios – Mojokerto – Jawatimur

  4. Ibid

Tidak ada komentar:

Berita Terkini

« »
« »
« »
Get this widget

Daftar Blog Saya

Komentar