Tulisan Jalan

Hidupku untuk mengharumkan nama-MU Jangan bersukcita ketika engkau berhasil dalam pelayanan, tetapi bersukcitalah karena namamu tercatat di Surga

Kau istimewa. Di seluruh dunia, tidak ada orang yang sepertimu. Sejak bumi diciptakan tidak ada orang lain yang sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki senyummu, tidak ada yang memiliki matamu, hidungmu, rambutmu, tanganmu, suaramu. Kau istimewa. Tidak ada orang lain yang memiliki tulisan yang sama denganmu. Tidak ada orang lain yang memiliki selera akan makanan, pakaian, musik, atau seni sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki cara pandang sepertimu. Sepanjang masa tidak ada orang lain yang tertawa sepertimu, tidak ada yang menangis sepertimu. Kaulah satu di antara seluruh ciptaan yang memiliki kemampuan seperti yang kau miliki. sampai selamanya, tidak akan ada orang yang akan pernah melihat, berbicara, berjalan, berpikir, atau bertindak seperti dirimu. Kau istimewa...kau langka. Tuhan telah menjadikanmu istimewa dengan satu tujuan yaitu MEMULIAKAN DIA

Cari Blog Ini

Kamis, 14 Februari 2013

Ah Andaikan Saja ….

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Ah andaikan Saja ….

            Minggu itu bertepatan dengan perayaan Imlek 2564, 10 Pebruari 2013 Saya cukup merasakan kelelahan. Ya, lelah setelah berkhotbah di gereja yang Saya gembalakan. Mungkin juga karena malamnya telat tidur ketika harus merampungkan khotbah Saya. Ketika tiba di rumah, Saya berganti pakaian dan langsung terjun ke pulau kapuk membaringkan diri. Sebelum tertidur Saya mendengar percakapan kecil antara istri Saya dengan Juan, anak kami yang pertama.  Yang mereka bicarakan adalah tentang tukang sepatu. Ternyata sebelum kami pulang ke rumah Minggu itu, Juan memanggil seorang bapak tukang sepatu untuk menjahit sandalnya yang rusak. Setelah sandalnya menjadi baik lagi, Juan memberikan uang sebesar Rp 50.000, sepuluh kali lipat dari yang sewajarnya. Saya kemudian bertanya kepada Juan, kenapa Juan membayar sebegitu besarnya. Uang sebesar itu bisa membeli sandal baru sebanyak dua pasang buatnya. Tanpa menduga, Juan menjawab pertanyaan Saya, "ga apa-apa pa, kasihan bapak tukang sepatu itu, masih pagi mungkin belum ada penghasilannya. Lagi pula kasihan bapak itu sudah tua masih bekerja."

Mendengar jawaban Juan seperti itu, hati Saya begitu terharu dan bercampur bangga. Tiba-tiba Saya teringat, ketika Juan masih duduk di bangku SMP beberapa tahun lampau. Dia juga pernah menyarankan pada mamanya ketika akan membeli kursi bambu supaya membayar lebih dari harga yang disebutkan Mang Jumar, si penjual kursi bambu pada waktu itu. Harga kursi bambunya Rp 25.000 tetapi Juan mengusulkan kepada mamanya agar dilebihkan menjadi Rp 50.000. Kami pun membelinya dengan harga yang disarankan Juan. Kami puas. Kami bersukacita untuk kemurahan hatinya. Itu yang kami ajarkan dan teladankan kepada Juan. Juga kepada kedua adiknya, Jean dan Joel. Karena makna hidup yang terpenting adalah, bukan berapa banyaknya yang bisa dimiliki dan ditabung melainkan berapa banyak yang dapat diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Itulah yang Tuhan Yesus Kristus teladankan bukan? Saya juga teringat akan teladan kasih dari orang tua rohani kami, Rev. Charles Christano mantan ketua gereja Mennonite dunia. Ketika mengajak kami makan bersama, ia membawa kami ke warung yang tidak ramai pengunjung. Dengan alasan supaya pemilik warung itu juga boleh mendapatkan penghasilan yang cukup. Saya belum pernah menemukan pemimpin Kristen yang seperti ini. Sungguh "aneh bin ajaib". Tapi itulah belas kasih yang nyata yang memang seharusnya mewarnai sikap hidup setiap murid Kristus. Rasul  Paulus menuliskan dalam 2Korintus 8:9, "Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya." Demikian pula kata firman Tuhan dalam Amsal 3: 27-28, "Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya.  Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: "Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi," sedangkan yang diminta ada padamu."

            Saya bersyukur belaskasihan yang Tuhan taruh di hati anak kami ini bertahan sampai hari ini. Doa Saya semoga, Juan konsisten memiliki hati yang penuh belas kasih. Tidak pelit dan tamak. Mau berbagi dengan sesama yang menderita. Murah hati dan disterilkan dari cinta uang akar segala kejahatan itu. Doa Saya biarlah Tuhan Yesus berkenan memakainya menjadi alat curahan berkat bagi seluruh rakyat Indonesia sampai akhir hayatnya kelak. Saya tahu bagi Juan, ini bukan hal mudah untuk membagi Rp 50.000 kepada bapak tukang sepatu di hari Minggu itu. Juan kuliah sambil mencari uang sendiri dengan memberikan les privat kepada beberapa anak didiknya. Betapa lelahnya Juan yang hampir setiap hari kedinginan karena hujan deras harus pergi ke rumah memberikan les pelajaran kepada anak didiknya dengan pendapatan yang tidak seberapa. Apalagi Juan sedang mengirit-irit menabung untuk suatu keperluannya, yang menurut perhitungan Saya, beberapa tahun baru bisa Juan membeli sesuatu yang dirindukannya. Tetapi mengapa ia begitu mudah menyerahkan uang yang dikumpulkannya sedikit demi sedikit itu untuk bapak tukang sepatu itu??? Belas kasih adalah jawabannya!!! Ya itu hanyalah anugerah Tuhan semata-mata yang dikaruniakan di hati anak kami ini. Hatinya telah dilumuri dengan anugerah belas kasih Kristus. Tanpa-Nya kita semua manusia tamak dan egoistis. Kita begitu mengasihani diri sendiri ketimbang mengasihi orang lain.

            Peristiwa di hari Minggu itu membuat Saya merenung tentang kondisi Indonesia kekinian. Betapa amat memprihatinkan melihat potret wajah negeri tercinta kita saat ini. Para elite partai politik, menteri, jenderal, para politikus di DPR, para pemimpin daerah, hakim, jaksa, pengusaha, rektor, dan  profesi lainnya telah mencemarkan dirinya dengan kasus-kasus korupsi yang sangat menyengsarakan jutaan rakyat Indonesia. Kuasa dan jabatan yang dipercayakan kepada mereka bukannya dipakai sebagai kesempatan untuk berbuat bajik dan bijak malah sebaliknya dipergunakan untuk menari-nari di atas perut lapar jutaan rakyat yang sedang meringis  dalam kemiskinannya. Sungguh amat memalukan dan memilukan. Dan betapa menyedihkan sepertinya di raut wajah mereka tidak ada  rasa penyesalan dan malu  sama sekali, malah sebaliknya dengan tangan diborgol dan memakai pakaian koruptor mereka masih bisa senyum senyam tanpa salah dan dosa. Betapa mengerikan bangsa kita ini. Rasa belaskasihan sudah tidak ada lagi di dalam nurani para pemimpin kita. Sirna sudah hati yang penuh belaskasihan itu. Yang ada hanyalah nafsu serakah dan tamak membabi buta bergelora di hati mereka. Benar sekali apa yang Tuhan katakan ribuan tahun yang lampau di dalam Yesaya 1:23, "Para pemimpinmu adalah pemberontak dan bersekongkol dengan pencuri. Semuanya suka menerima suap dan mengejar sogok. Mereka tidak membela hak anak-anak yatim, dan perkara janda-janda tidak sampai kepada mereka."  Inilah kondisi nyata yang sedang terjadi di negeri tercinta kita. Quo vadis Indonesia?

            Sejatinya umat Kristen Indonesia adalah agen-agen pencegah dan penghancur korupsi di Indonesia. Sayangnya yang gencar menyuarakan dan bertindak untuk memberantas korupsi di negeri kita hanya sedikit sekali dari kalangan Kristen. Bahkan hampir tak terdengar suaranya. Gereja autis. Tidak peduli dengan semua kondisi ini. Yang penting gereja masih berada di zona nyaman dan aman.  Jangan cari masalah dengan menyuarakan suara kenabian kita. Namun ironisnya perilaku korup tidak sedikit justru dari kalangan Kristen (pengusaha, pejabat, dan profesi lainnya, bahkan para pendeta ada yang menyogok pejabat untuk mendapatkan IMB gereja). Kita harus jujur mengakuinya.

Ah andaikan saja, tiga kebenaran firman Tuhan di bawah ini  mau dijalankan oleh para elite negeri ini dan oleh setiap orang Indonesia, bukan mustahil korupsi yang sudah mendarahdaging ini niscaya sirna. Pertama, hindari mengejar  uang sebagai tujuan hidup. Renungkan   Timotius 6:10, "Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka."  Kedua. Buat komitmen pada diri sendiri untuk hidup bersih dan secukupnya. Renungkan Lukas 3:14, "Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka: "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu." Dan yang ketiga. Hiduplah bergantung hanya kepada Tuhan yang sejati di dalam Yesus Kristus. Amini dan imanilah  Ibrani 13:5 dan Yohanes 15:5, "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku (Yesus Kristus) sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  "…. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa."

            Mari kita selamatkan negeri tercinta kita dengan melakukan sungguh-sungguh titah Tuhan kita Yesus Kristus ini sampai akhir kita menutup mata  selama-lamanya dalam pangkuan ibu pertiwi tercinta. Amin!



--
In Christ's Love
Hans
"Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! (Kisah Para Rasul 18:9b).

Tidak ada komentar:

Berita Terkini

« »
« »
« »
Get this widget

Daftar Blog Saya

Komentar