Waktu di sekolah menengah, saya dan teman-teman kelas mempunyai
istilah "posisi menentukan prestasi". Mungkin dibalik istilah ini ada
hal-hal yang ingin dicapai, mungkin saja nilai yang baik, dengan
cara-cara yang tidak baik, yang tentu hal ini tidak benar. Namun, jika
istilah ini di gunakan dalam artian positif, maka tentu akan membawa
dampak yang sangat baik. Dapat dikatakan bahwa semakin baik posisi
atau kedudukan seseorang, maka seharusnya prestasinya atau hasilnya
itu akan Nampak atau berdampak.
Dalam suatu diskusi di kelas, ketika saya mengikuti kuliah padat di
salah satu kampus STT di Bandung. Ada seorang teman melontarkan
pertanyaan, sederhananya begini: "mengapa para hamba Tuhan semakin
tinggi posisi/gelarnya, rasanya semakin kering dan semakin kurang
mengaplikasikan". Mungkin saja pertanyaan ini bersifat subyektif
tetapi bisa juga bersifat obyektif, namun terlepas dari semua itu,
marilah kita coba melihat beberapa hal yang mungkin menyebabkan
pertanyaan itu muncul. Tidak menutup kemungkinan banyak diantara hamba
Tuhan yang hanya hebat dalam berdebat dan berteori, tetapi kenyataan
dilapangan tidak sehebat teorinya. Juga tidak menutup kemungkinan
banyak hamba Tuhan yang karena merasa sudah sekolah tinggi-tinggi,
waktunya habis bergelut dengan kesibukannya, sehingga waktu untuk
membangun hubungan dengan Tuhan sangat terbatas atau dengan kata lain
lebih mengandalkan kekuatannya sendiri, dari pada bersandar penuh
kepada Tuhan. Dampaknya adalah kekeringan, berkotbah tidak ubahnya
seperti orang yang sedang pidato, lebih banyak mengutip pendapat para
filsuf dunia, dari pada mengupas dan mengutip Alkitab sebagai standar
kebenaran tertinggi. Hal ini terjadi karena waktu untuk bersekutu
dengan Tuhan lewat doa dan membawa Alkitab, sudah sangat terbatas.
Lewat diskusi-diskusi di kelas, saya disadarkan kembali bahwa apalah
artinya memiliki gelar yang super hebat, tetapi hubungan dengan Tuhan
mengalami kekeringan. Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap akal budimu (Matius 22:37). Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu
(Ulangan 6:5). Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan…(Amsal
1:7). By: Adrianus Pasasa
istilah "posisi menentukan prestasi". Mungkin dibalik istilah ini ada
hal-hal yang ingin dicapai, mungkin saja nilai yang baik, dengan
cara-cara yang tidak baik, yang tentu hal ini tidak benar. Namun, jika
istilah ini di gunakan dalam artian positif, maka tentu akan membawa
dampak yang sangat baik. Dapat dikatakan bahwa semakin baik posisi
atau kedudukan seseorang, maka seharusnya prestasinya atau hasilnya
itu akan Nampak atau berdampak.
Dalam suatu diskusi di kelas, ketika saya mengikuti kuliah padat di
salah satu kampus STT di Bandung. Ada seorang teman melontarkan
pertanyaan, sederhananya begini: "mengapa para hamba Tuhan semakin
tinggi posisi/gelarnya, rasanya semakin kering dan semakin kurang
mengaplikasikan". Mungkin saja pertanyaan ini bersifat subyektif
tetapi bisa juga bersifat obyektif, namun terlepas dari semua itu,
marilah kita coba melihat beberapa hal yang mungkin menyebabkan
pertanyaan itu muncul. Tidak menutup kemungkinan banyak diantara hamba
Tuhan yang hanya hebat dalam berdebat dan berteori, tetapi kenyataan
dilapangan tidak sehebat teorinya. Juga tidak menutup kemungkinan
banyak hamba Tuhan yang karena merasa sudah sekolah tinggi-tinggi,
waktunya habis bergelut dengan kesibukannya, sehingga waktu untuk
membangun hubungan dengan Tuhan sangat terbatas atau dengan kata lain
lebih mengandalkan kekuatannya sendiri, dari pada bersandar penuh
kepada Tuhan. Dampaknya adalah kekeringan, berkotbah tidak ubahnya
seperti orang yang sedang pidato, lebih banyak mengutip pendapat para
filsuf dunia, dari pada mengupas dan mengutip Alkitab sebagai standar
kebenaran tertinggi. Hal ini terjadi karena waktu untuk bersekutu
dengan Tuhan lewat doa dan membawa Alkitab, sudah sangat terbatas.
Lewat diskusi-diskusi di kelas, saya disadarkan kembali bahwa apalah
artinya memiliki gelar yang super hebat, tetapi hubungan dengan Tuhan
mengalami kekeringan. Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap akal budimu (Matius 22:37). Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu
(Ulangan 6:5). Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan…(Amsal
1:7). By: Adrianus Pasasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar