Nats: Lukas 13:6-9
Ibadah Pagi STT SAPPI, 06 Februari 2013
Oleh : Adrianus Pasasa, S.T, MA
Waktu saya masih sekolah di sekolah menegah atas (SMA), saya tinggal
di asrama yang dikelolah oleh kakak sepupu saya. Setiap akhir pekan
saya harus membantu dia untuk memelihara kebun cengkehnya. Tugas saya
adalah mengecek pohon-pohon yang batangnya digerogoti oleh ulat
penggerek. Biasanya pohon yang batangnya digerogoti ulat tidak akan
berbuah, kadang ada tetapi itupun buahnya tidak baik. Setelah beberapa
waktu kakak sepupu saya akan datang mengecek seluruh pohon cengkeh
yang ada di kebunnya, ketika dia mendapati pohon-pohon cengkeh yang
tidak menghasilkan buah, dia memintah suapaya dipotong.
Dalam bacaan kita pada hari ini, Tuhan Yesus memeberikan suatu
perumpamaan. Dalam perumpamaan yang di sampaikan Tuhan Yesus, ada dua
tokoh yang berperan di dalamnya yaitu pemilik kebun anggur dan
penggarap kebun anggur. Masing-masing tokoh memiliki peran
masing-masing. Di dalam kebun anggur itu, tumbuh pohon ara. Tuan
tanah atau pemilik kebun anggur mempercayakan kebun anggurnya kepada
penggarap supaya dioleh dengan baik supaya dapat memberikan hasil.
Tetapi apa yang terjadi, dikatakan bahwa sudah tiga (gambaran
pelayanan Tuhan Yesus) tahun pemilik kebun anggur datang untuk mencari
buah, tetapi ia tidak pernah menemukan buah dari pohon ara yang tumbuh
di kebun anggurnya.
Perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus ini adalah sebuah gambaran
antara Allah dan umat-Nya. Kebun anggur dapat digambarakan sebagai
dunia, di mana di dalamnya terdapat pohon ara yang menggambarkan
orang-orang percaya atau dalam bacaan ini pohon ara juga terutama
menunjuk kepada Israel (Luk 3:9; Hos. 9:10; Yoel 1:7; Yesaya 5:2).
Kebun itu dipercayakan kepada penggarap atau pengurus kebun yang dapat
menggambarkan hamba-hamba Tuhan yang diutusnya untuk memelihara
kebun-Nya. Setelah sekian lama kebun itu dipercayakan kepada
hamba-hamba-Nya, maka Dia datang untuk mencari buah pada pohon ara,
apa yang terjadi Dia tidak menemukan buah pada pohon itu.
Kita akan lihat satu bagian di dalam Matius 21:18-22, dimana Yesus
mengutuk pohon ara karena Dia tidak mendapati buahnya. Pohon ara
merupakan pohon yang rindang. Pohon ini bisa tumbuh setinggi 4,5
sampai 6 meter. Ranting atau cabang-cabangnya bisa merentang 7,5
sampai 9 meter ke samping. Oleh karena itu, banyak orang yang suka
berteduh di bawah pohon ini karena keteduhannya. Selain itu juga,
pohon ini memiliki daun yang lebat.
Dalam perikop ini dikatakan bahwa Yesus tidak mendapati buah pada
pohon ara itu. Penampilan luar dari pohon ara yang hijau dan lebat
tidak menjamin bahwa pohon ara ini berbuah lebat juga. Begitu juga
dengan kehidupan Kekristenan, penampilan luar tidak menentukan apakah
orang Kristen itu berbuah atau tidak. Dari perikop ini, kita bisa
melihat bahwa Kekristenan bukanlah soal penampilan luar tetapi soal
buah dari kehidupan. Berdasarkan hal ini kita bisa mengetahui bahwa
penghakiman mutlak berada di tangan-Nya. Yesus berkuasa memelihara.
Yesus berkuasa menjaga. Akan tetapi, Yesus juga berkuasa untuk
menghancurkan dan membinasakan. Dalam hal ini, Yesus membinasakan
pohon ara itu melalui perkataan-Nya. Akan tiba saatnya, bahwa Yesus
datang bukan untuk memelihara atau menjaga, tetapi Yesus akan datang
sebagai hakim yang membinasakan bagi orang yang tidak berbuah dalam
kehidupannya.
Kembali ke perikop semula yang kita bahas, Sang pemilik kebun
memanggil orang yang dipercayakan menggarap kebun anggurnya, lalu Ia
berkata, karena pohon ara ini tidak menghasilkan buah, tebang saja
pohon ini. Hidup pohon ini tidak berguna, percuma karena tidak
menghasilkan buah. Sebagai pelayan-pelayan Tuhan, kita sudah
dipercayakan suatu pelayanan, kita harus menggarap pelayanan itu
dengan semaksimal mungkin, supaya menghasilkan buah. Ketika Sang
pemilik pelayanan itu datang ia akan mendapati buah-buah dari hasil
pelayanan kita, yaitu buah kebaikan (Galatia 5:16-25). Buah dari hasil
pertobatan.
Seperti cerita yang saya sampaikan diawal, dari beberapa pohon cengkeh
yang sudah dirawat sedemikian rupa, ada yang sembuh dan kembali
menghasilkan buah, tetapi ada juga yang belum menghasilkan buah
walaupun sudah dirawat sedemikian rupa. Ada beberapa pohon yang sudah
diperintahkan untuk di potong saja, tetapi saya katakan coba kita
rawat dulu, nanti kalau tidak ada perkembangan lagi baru kita potong.
Memang di dalam pelayanan terkadang juga kita mengalami hal-hal
seperti ini, ada orang-orang yang kita layani suadah berkali-kali
tetapi belum menunjukkan perubahan/pertobatan. Apakah kita menyerah?
Lalu apa yang harus kita lakukan ketika mengalami hal demikian! Dalam
bacaan kita pada pagi ini, kita akan meneliti apa yang dilakukan
pengurus kebun anggur itu ketika diperhadapkan pada kasus seperti ini?
Hal pertama yang ia lakukan adalah meminta kepada pemilik kebun anggur
supaya pohon ara yang tidak menghasilkan buah itu dibiarkan tumbuh
setahun lagi. Yesus secara tidak langsung mengatakan bahwa bangsa itu
(Yahudi) mendapat kesempatan terakhir sebelum Allah menghukum mereka
karena pemberontakan mereka dan karena keadaan mereka yang tidak
menghasilkan. Jadi yang harus kita lakukan sebagai pelayan-pelayan
Tuhan ketika menghadapi persoalan seperti itu adalah meminta kepada
Tuhan sang pemilik pelayanan supaya diberi kesempatan untuk merawat
orang-orang yang kita layani supaya dapat menghasilkan buah. Jika
kesempatan itu Tuhan berikan dan kita telah berusaha semaksimal
mungkin, namun belum juga menghasilkan buah alias tidak bertobat juga
(Lukas 13:3), ditebang saja. Dalam bacaan ini penggarap kebun meminta
kepada Tuannya, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan
mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin
tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!". Jadi tidak hanya
meminta untuk tidak ditebang, tetapi ada usaha yang dilakukan supaya
pohon yang tidak berbuah itu, dapat menghasilkan buah. Dikatakan
bahwa, ia akan merawat dengan mencangkul tanah sekelilingnya dan
memberi pupuk kepadanya.
Jadi tugas kita sebagai pelayan-pelayan Tuhan hanya memelihara dan
merawat pelayanan yang Tuhan telah percayakan. Karena kita bukan
pemilik pohon itu, jadi kita tidak dapat sewenang-wenang menebang
pohon itu, walaupun kelihatannya tidak akan menghasilkan buah. Tetapi
dengan setia kita terus pelihara sampai menghasilkan buah. Dampak dari
tugas kita sebagai pelayan-pelayan Tuhan adalah membawa orang-orang
yang kita layani kepada suatu pertobatan. Membawa orang-orang yang
kita layani mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Allah memberikan
kesempatan secukupnya kepada setiap orang untuk bertobat, ia tidak
akan selama-lamanya membiarkan dosa. Saatnya akan datang ketika kasih
karunia Allah akan ditarik dan orang-orang yang tidak mau bertobat
akan dihukum tanpa belas kasihan (Lukas 20:16; 21:20-24). Hukuman
adalah satu-satunya jawaban bagi orang-orang yang tidak berbuah.
Lalu mungkin akan muncul pertanyaan, apa yang menjadi upah atau bagian
dari penggarap kebun? Jaminan akan diberikan oleh Sang pemilik kebun.
Pertanyaannya adalah siapa pemilik kebun itu? Siapa yang kita layani?
Amin.
Ibadah Pagi STT SAPPI, 06 Februari 2013
Oleh : Adrianus Pasasa, S.T, MA
Waktu saya masih sekolah di sekolah menegah atas (SMA), saya tinggal
di asrama yang dikelolah oleh kakak sepupu saya. Setiap akhir pekan
saya harus membantu dia untuk memelihara kebun cengkehnya. Tugas saya
adalah mengecek pohon-pohon yang batangnya digerogoti oleh ulat
penggerek. Biasanya pohon yang batangnya digerogoti ulat tidak akan
berbuah, kadang ada tetapi itupun buahnya tidak baik. Setelah beberapa
waktu kakak sepupu saya akan datang mengecek seluruh pohon cengkeh
yang ada di kebunnya, ketika dia mendapati pohon-pohon cengkeh yang
tidak menghasilkan buah, dia memintah suapaya dipotong.
Dalam bacaan kita pada hari ini, Tuhan Yesus memeberikan suatu
perumpamaan. Dalam perumpamaan yang di sampaikan Tuhan Yesus, ada dua
tokoh yang berperan di dalamnya yaitu pemilik kebun anggur dan
penggarap kebun anggur. Masing-masing tokoh memiliki peran
masing-masing. Di dalam kebun anggur itu, tumbuh pohon ara. Tuan
tanah atau pemilik kebun anggur mempercayakan kebun anggurnya kepada
penggarap supaya dioleh dengan baik supaya dapat memberikan hasil.
Tetapi apa yang terjadi, dikatakan bahwa sudah tiga (gambaran
pelayanan Tuhan Yesus) tahun pemilik kebun anggur datang untuk mencari
buah, tetapi ia tidak pernah menemukan buah dari pohon ara yang tumbuh
di kebun anggurnya.
Perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus ini adalah sebuah gambaran
antara Allah dan umat-Nya. Kebun anggur dapat digambarakan sebagai
dunia, di mana di dalamnya terdapat pohon ara yang menggambarkan
orang-orang percaya atau dalam bacaan ini pohon ara juga terutama
menunjuk kepada Israel (Luk 3:9; Hos. 9:10; Yoel 1:7; Yesaya 5:2).
Kebun itu dipercayakan kepada penggarap atau pengurus kebun yang dapat
menggambarkan hamba-hamba Tuhan yang diutusnya untuk memelihara
kebun-Nya. Setelah sekian lama kebun itu dipercayakan kepada
hamba-hamba-Nya, maka Dia datang untuk mencari buah pada pohon ara,
apa yang terjadi Dia tidak menemukan buah pada pohon itu.
Kita akan lihat satu bagian di dalam Matius 21:18-22, dimana Yesus
mengutuk pohon ara karena Dia tidak mendapati buahnya. Pohon ara
merupakan pohon yang rindang. Pohon ini bisa tumbuh setinggi 4,5
sampai 6 meter. Ranting atau cabang-cabangnya bisa merentang 7,5
sampai 9 meter ke samping. Oleh karena itu, banyak orang yang suka
berteduh di bawah pohon ini karena keteduhannya. Selain itu juga,
pohon ini memiliki daun yang lebat.
Dalam perikop ini dikatakan bahwa Yesus tidak mendapati buah pada
pohon ara itu. Penampilan luar dari pohon ara yang hijau dan lebat
tidak menjamin bahwa pohon ara ini berbuah lebat juga. Begitu juga
dengan kehidupan Kekristenan, penampilan luar tidak menentukan apakah
orang Kristen itu berbuah atau tidak. Dari perikop ini, kita bisa
melihat bahwa Kekristenan bukanlah soal penampilan luar tetapi soal
buah dari kehidupan. Berdasarkan hal ini kita bisa mengetahui bahwa
penghakiman mutlak berada di tangan-Nya. Yesus berkuasa memelihara.
Yesus berkuasa menjaga. Akan tetapi, Yesus juga berkuasa untuk
menghancurkan dan membinasakan. Dalam hal ini, Yesus membinasakan
pohon ara itu melalui perkataan-Nya. Akan tiba saatnya, bahwa Yesus
datang bukan untuk memelihara atau menjaga, tetapi Yesus akan datang
sebagai hakim yang membinasakan bagi orang yang tidak berbuah dalam
kehidupannya.
Kembali ke perikop semula yang kita bahas, Sang pemilik kebun
memanggil orang yang dipercayakan menggarap kebun anggurnya, lalu Ia
berkata, karena pohon ara ini tidak menghasilkan buah, tebang saja
pohon ini. Hidup pohon ini tidak berguna, percuma karena tidak
menghasilkan buah. Sebagai pelayan-pelayan Tuhan, kita sudah
dipercayakan suatu pelayanan, kita harus menggarap pelayanan itu
dengan semaksimal mungkin, supaya menghasilkan buah. Ketika Sang
pemilik pelayanan itu datang ia akan mendapati buah-buah dari hasil
pelayanan kita, yaitu buah kebaikan (Galatia 5:16-25). Buah dari hasil
pertobatan.
Seperti cerita yang saya sampaikan diawal, dari beberapa pohon cengkeh
yang sudah dirawat sedemikian rupa, ada yang sembuh dan kembali
menghasilkan buah, tetapi ada juga yang belum menghasilkan buah
walaupun sudah dirawat sedemikian rupa. Ada beberapa pohon yang sudah
diperintahkan untuk di potong saja, tetapi saya katakan coba kita
rawat dulu, nanti kalau tidak ada perkembangan lagi baru kita potong.
Memang di dalam pelayanan terkadang juga kita mengalami hal-hal
seperti ini, ada orang-orang yang kita layani suadah berkali-kali
tetapi belum menunjukkan perubahan/pertobatan. Apakah kita menyerah?
Lalu apa yang harus kita lakukan ketika mengalami hal demikian! Dalam
bacaan kita pada pagi ini, kita akan meneliti apa yang dilakukan
pengurus kebun anggur itu ketika diperhadapkan pada kasus seperti ini?
Hal pertama yang ia lakukan adalah meminta kepada pemilik kebun anggur
supaya pohon ara yang tidak menghasilkan buah itu dibiarkan tumbuh
setahun lagi. Yesus secara tidak langsung mengatakan bahwa bangsa itu
(Yahudi) mendapat kesempatan terakhir sebelum Allah menghukum mereka
karena pemberontakan mereka dan karena keadaan mereka yang tidak
menghasilkan. Jadi yang harus kita lakukan sebagai pelayan-pelayan
Tuhan ketika menghadapi persoalan seperti itu adalah meminta kepada
Tuhan sang pemilik pelayanan supaya diberi kesempatan untuk merawat
orang-orang yang kita layani supaya dapat menghasilkan buah. Jika
kesempatan itu Tuhan berikan dan kita telah berusaha semaksimal
mungkin, namun belum juga menghasilkan buah alias tidak bertobat juga
(Lukas 13:3), ditebang saja. Dalam bacaan ini penggarap kebun meminta
kepada Tuannya, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan
mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin
tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!". Jadi tidak hanya
meminta untuk tidak ditebang, tetapi ada usaha yang dilakukan supaya
pohon yang tidak berbuah itu, dapat menghasilkan buah. Dikatakan
bahwa, ia akan merawat dengan mencangkul tanah sekelilingnya dan
memberi pupuk kepadanya.
Jadi tugas kita sebagai pelayan-pelayan Tuhan hanya memelihara dan
merawat pelayanan yang Tuhan telah percayakan. Karena kita bukan
pemilik pohon itu, jadi kita tidak dapat sewenang-wenang menebang
pohon itu, walaupun kelihatannya tidak akan menghasilkan buah. Tetapi
dengan setia kita terus pelihara sampai menghasilkan buah. Dampak dari
tugas kita sebagai pelayan-pelayan Tuhan adalah membawa orang-orang
yang kita layani kepada suatu pertobatan. Membawa orang-orang yang
kita layani mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Allah memberikan
kesempatan secukupnya kepada setiap orang untuk bertobat, ia tidak
akan selama-lamanya membiarkan dosa. Saatnya akan datang ketika kasih
karunia Allah akan ditarik dan orang-orang yang tidak mau bertobat
akan dihukum tanpa belas kasihan (Lukas 20:16; 21:20-24). Hukuman
adalah satu-satunya jawaban bagi orang-orang yang tidak berbuah.
Lalu mungkin akan muncul pertanyaan, apa yang menjadi upah atau bagian
dari penggarap kebun? Jaminan akan diberikan oleh Sang pemilik kebun.
Pertanyaannya adalah siapa pemilik kebun itu? Siapa yang kita layani?
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar