Tulisan Jalan

Hidupku untuk mengharumkan nama-MU Jangan bersukcita ketika engkau berhasil dalam pelayanan, tetapi bersukcitalah karena namamu tercatat di Surga

Kau istimewa. Di seluruh dunia, tidak ada orang yang sepertimu. Sejak bumi diciptakan tidak ada orang lain yang sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki senyummu, tidak ada yang memiliki matamu, hidungmu, rambutmu, tanganmu, suaramu. Kau istimewa. Tidak ada orang lain yang memiliki tulisan yang sama denganmu. Tidak ada orang lain yang memiliki selera akan makanan, pakaian, musik, atau seni sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki cara pandang sepertimu. Sepanjang masa tidak ada orang lain yang tertawa sepertimu, tidak ada yang menangis sepertimu. Kaulah satu di antara seluruh ciptaan yang memiliki kemampuan seperti yang kau miliki. sampai selamanya, tidak akan ada orang yang akan pernah melihat, berbicara, berjalan, berpikir, atau bertindak seperti dirimu. Kau istimewa...kau langka. Tuhan telah menjadikanmu istimewa dengan satu tujuan yaitu MEMULIAKAN DIA

Cari Blog Ini

Selasa, 30 Oktober 2012

Iman dan kasih Yang Besar lebih Berharga Dari Sekadar Sebutan Sebagai Umat Tuhan

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***
Iman dan kasih Yang Besar lebih Berharga Dari Sekadar Sebutan Sebagai Umat Tuhan


Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Hari ini banyak orang menyebut dirinya sebagai orang yang beragama. Secara tersirat sebenarnya mereka mau menunjukkan mereka adalah orang beriman kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Tetapi dalam prakteknya? Jauh panggang dari api! Mereka yang suka gembar-gembor keagamaan mereka dan doyan menyatakan kepada publik sebagai orang yang sangat taat beragama bahkan ke mana-mana  pakai macam-macam atribut supaya masyarakat mengenal mereka sebagai pembela Tuhan, ternyata ucapan dan tingkah laku mereka jauh nian jaraknya bak Timur dan Barat. Mereka acapkali menyerukan, "Allah mahabesar, Allah mahasuci, Allah mahapemurah dan penyayang" namun sembari dengan itu mereka tidak segan-segan memporak-porandakan warung-warung makan yang melayani orang-orang yang butuh makan di waktu bulan puasa berlangsung.  Esensi puasa untuk mengendalikan diri dalam segala hawa nafsu justru jebol ambrol  di bulan yang dianggap suci. Bahkan pemilik warung bisa diseret dan dipukuli  babak belur karena menganggapnya tidak taat kepada ajaran agama. Orang-orang ini merazia tempat-tempat yang dianggap bertentangan dengan ajaran Tuhan. Merusak mata pencaharian orang lain.


Menarik sekali mengamati pola tingkah mereka. Di satu sisi mereka menyebutkan mereka beriman kepada Tuhan dan mengasihi-Nya, namun di sisi lain mereka menghancurkan hidup dan kehidupan ciptaan Tuhan. Kasih kepada sesama hilang lenyap dalam hidup mereka. Begitu kontrasnya bukan? Tidak sedikit dari antara orang yang menyebut diri beriman itu hidupnya berbalik punggung dengan sikap dan tingkah lakunya.  Mereka bangga dengan sebutan sebagai orang beriman, bahkan bangga sekali karena sudah sejak nenek moyang mereka disebut-sebut keturunan umat beragama yang taat. Namun di lain pihak perilaku mereka pecah kongsi dengan pengakuan mulut bibir mereka sendiri yang katanya sebagai umat Allah. Begitu juga dalam kehidupan sehari-hari. Tidak sedikit orang yang menyebut dirinya beriman kepada Tuhan, tetapi mereka sejatinya tidak pernah yakin sepenuh-penuhnya untuk memercayakan hidup mereka kepada Tuhan yang mereka akui sebagai pribadi yang mahakuasa. Ketika mereka lapar, mereka mencuri dengan alasan kepepet. Kalau mereka sakit bukannya mereka sungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan dan atau pergi ke dokter, tetapi justru mereka mencari pertolongan kepada musuhnya Tuhan. Iblis.


Bagaimana dengan kita sebagai orang Kristen? Sebagai murid Kristus? Maafkan, tidak tertutup kemungkinan hidup kita juga tidak berbeda jauh dengan mereka tadi. Supaya ada perbedaan yang nyata dengan mereka, maka kita perlu belajar dari seorang perwira, orang bukan Yahudi seperti yang tercatat dalam Matius 8:5-13.


Kisahnya begini Saudaraku. Setelah menyampaikan pengajaran-Nya yang kontroversial bagi sebagian besar masyarakat Palestina kala itu melalui khotbah di bukit, Tuhan Yesus kemudian turun melanjutkan pelayanan ke Galilea (Matius 8:1). Yesus adalah pelayan yang sangat rajin dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas-tugas-Nya di dalam dunia ini. Banyak sekali orang yang takjub ketika mendengar pengajaran-Nya sehingga mereka mengikuti-Nya. Orang-orang dari segala penjuru kota dan desa berbondong-bondong mengikuti-Nya. Yesus begitu populer karena Ia berkeliling kota dan desa untuk mengajar firman Tuhan dalam rumah-rumah ibadat, memberitakan Injil Kerajaan Surga, memberi makan yang lapar, dan menyembuhkan orang-orang yang sakit (Matius 9:36-38, Markus 6:34-44). Ketakjuban orang banyak itu disebabkan karena Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti para ahli Taurat (Matius 7:28-29).


Sebelum Yesus masuk ke Kapernaum, ada seorang kusta memohon kepada Yesus agar disembuhkan. Si kusta itu dengan iman yang teguh tanpa ragu sedikit pun sujud menyembah Yesus dan berkata, "Tuan, jika Tuan mau, tuan dapat mentahirkan aku." Dan tanpa berlama-lama, Tuhan Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah si kusta, dan berkata, "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga si kusta sembuh total dari penyakitnya. Betapa spektakulernya karya Yesus. Ia penuh kuasa. Benar seperti yang dikatakan orang-orang banyak itu. Yesus tidak sama dengan para ahli taurat yang mereka kenal. Saudaraku, penyakit kusta sangat menjijikkan dalam kehidupan masyarakat Yahudi. Karena itu orang-orang kusta dijauhi oleh masyarakat. Dan menurut peraturan agama orang Yahudi, si kusta harus diisolir  terpisah jauh dari kehidupan masyarakat. Ini membuat jiwa mereka sangat terpukul dan tertekan sekali. Dengan demikian kesengsaraan mereka sempurna secara lahir dan batin. Itu sebabnya Yesus mau menyembuhkan si kusta dengan satu tujuan yaitu untuk mengangkat kembali  harkat dan martabatnya sebagai manusia yang sangat dihinakan. Yesus datang untuk menyelamatkan orang-orang yang diperlakukan sebagai sampah masyarakat. Karena itu Yesus memerintahkan kepada si kusta supaya segera memperlihatkan dirinya yang sudah sembuh itu kepada imam karena imam yang berhak menyatakan seseorang sembuh dan boleh kembali tinggal di tengah-tengah masyarakat Yahudi. Di sini Yesus mengangkat derajat hidup si kusta di depan mata imam dan masyarakat banyak pada waktu itu (Matius 8:1-4).


Setelah peristiwa spektakuler ini, Yesus masuk ke Kapernaum. Kapernaum adalah sebuah kota perikanan yang penting di pesisir utara danau Galilea, terletak di jalur perdagangan utama antara Mesir dan Siria. Yesus pindah dari Nazaret ke Kapernaum (Yohanes 2:12). Danau Galilea (disebut juga Genesaret, Lukas 5:1 atau Tiberias, Yohanes 6:1, 21:1) dikelilingi pegunungan dan diairi oleh Sungai Yordan dari sebelah utara. Pada masa itu, Kapernaum merupakan pangkalan pasukan Roma yang bertugas menjaga pelaksanaan pengumpulan pajak. Banyak perwira yang bekerja bagi pemerintahan Romawi. Termasuk seorang perwira yang dikisahkan di sini.


Rupanya perwira bukan Yahudi ini sudah cukup lama bertugas di Kapernaum. Sebab seorang perwira biasanya bertugas selama dua puluh lima tahun. Karena itu dia pasti sudah mendengar tentang Yesus dari masyarakat  Yahudi yang sering dijumpainya atau mungkin juga ia mendengar dari anak buahnya para prajurit yang bertugas di pasar-pasar. Bahkan mungkin ia sendiri pernah melihat langsung bagaimana Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa. Ajaran-Nya tak tertandingi dan kuasa-Nya dahsyat. Dari sinilah iman perwira ini bertumbuh. Firman Tuhan berkata, "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus" (Roma 10:17). 


Itu sebabnya begitu ia tahu Yesus masuk ke Kapernaum, maka dengan segera ia datang mendekati  Yesus. Kata "datang mendekati" dalam bahasa Yunaninya memakai kata "proserkhomai" yang artinya "berteman dengan." Nampaknya ia telah lama mengenal Yesus bahkan mungkin ia sudah lama menjalin pertemanan dengan Yesus. Sehingga perwira ini lama sudah menanti-nantikan Yesus. Pada waktu itu Yesus memang  mulai populer di wilayah Palestina. Bertepatan dengan itu juga perwira ini sangat membutuhkan pertolongan Yesus. Hambanya telah mengalami kelumpuhan yang membuatnya sangat menderita. Jadi saatnya sangat tepat untuk bertemu dengan Yesus yang dirindukannya.  Perwira ini memiliki sifat dan kerohanian yang baik. Ia sangat memerhatikan dan mengasihi hambanya. Ia memiliki sikap empati yang tinggi terhadap pembantunya. Perwira ini tidak melihat budaknya sebagai alat yang harus menyelesaikan seluruh pekerjaan di rumahnya,  tetapi sebagai sesamanya yang juga patut dihargai dan dikasihi. Apalagi hambanya itu telah banyak membantu keluarganya selama ia bertugas sebagai perwira di Kapernaum.


Orang Yahudi tidak memiliki sifat bajik ini. Orang Yahudi amat diskriminatif. Di antara sesama orang Yahudi saja begitu kental pembagian kastanya. Konon, salah satu  isi doa orang Yahudi begini bunyinya, "Ya Tuhan Saya bersyukur dilahirkan sebagai seorang pria bukan seorang wanita." Sangat memprihatinkan memang. Apalagi mau menolong  seorang hamba yang mereka anggap tidak bernilai apa-apa? Masih ingatkah perumpamaan yang Tuhan Yesus kisahkan mengenai orang Samaria yang murah hati itu? Imam dan orang Lewi yang selalu bergaul akrab dengan Taurat Tuhan sama sekali tidak tergerak hati mereka untuk berbelaskasihan kepada orang yang dirampok dan disiksa habis-habisan dan yang tergeletak di pinggiran jalan. Mereka hanya melihat dan melewatinya (Lukas 10:29-37). Sungguh perwira ini adalah orang yang penuh kasih terhadap hamba-Nya. Dia antidiskriminasi. Ia mengasihi hambanya yang berbeda etnis dengannya. Ia memiliki hati Yesus. Hati yang penuh belas kasihan terhadap mereka yang lelah dan terlantar seperti domba yang tak bergembala (Matius 9:36). Iman dan kasih berpadu erat di dalam hidupnya. Itu tidak bisa dibendung. Ia menyampaikan betapa hatinya pilu ketika melihat hambanya tak berdaya. Ia menyampaikan serinci mungkin keadaan hambanya kepada Yesus, "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." (ayat 6). Ini pertanda ia sangat mengasihi hambanya. Ia mau hambanya segera ditolong Yesus. Ia ingin melihat hambanya pulih sepulih-pulihnya. Karena itu ia rela mendatangi Yesus dengan membuang segala gengsi yang melekat padanya sebagai seorang yang punya jabatan, kedudukan, dan kuasa.


Tidak jarang Saya mendengar kisah pilu tentang sikap para tuan Kristen masa kini. Bahkan ada seorang majelis gereja yang setiap minggu penuh senyum ramah kepada jemaat, namun tega  menghukum  pembantunya yang berbuat kesalahan kecil di rumahnya. Ada pembantu yang disuruh bekerja sampai larut malam dan tidak diberi makan sepanjang hari. Ada juga nyonya rumah yang begitu kikir bin pelit terhadap pembantunya sendiri. Makanan ditakar sedemikian rupa. Ironisnya makanan untuk anjing peliharaannya begitu jauh lebih mahal rela ia berkorban hingga berjuta-juta bahkan berpuluh-puluh juta setiap bulan. Ini kisah nyata. Langsung diceritakan si korban kepada Saya dan beberapa orang teman. Saya memiliki teman seorang pendeta. Ia berkhotbah di mana-mana. Banyak orang senang mendengarkan khotbahnya. Ketika bertemu dengan Saya atau orang lain, dia selalu mengucapkan kata, "Salom." Ramah. Murah senyum lagi.  Dan ia nampak suka berbagi sesuatu kepada orang lain. Namun siapa sangka, ia begitu kejam terhadap istri dan empat orang anaknya. Mereka seringkali disiksa selama belasan tahun. Kalau sedang marah, ia kalap, sering membenturkan kepala istrinya ke tembok. Istrinya dipaksa untuk mencari uang untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Pernah anaknya yang masih kecil mau dibuang dari lantai atas. Dan yang paling mengerikan, maafkan, ketika berhubungan dengan istrinya, ia dengan terang-terangan mengatakan kepada istrinya kalau dia sedang membayangkan wanita bule. Banyak sekali perilakunya yang tidak pantas kepada istri dan anak-anaknya. Akhirnya istri dan semua anaknya kabur entah ke mana. Tetapi si pendeta ini tidak merasa bersalah dan tidak pernah berupaya untuk mencari istri dan anak-anaknya. Ia enjoy menikmati hidup sendirian di rumahnya. Dan tetap menjadi gembala di sebuah gereja tanpa merasa bersalah sedikit pun. Berkali-kali Saya menasihatinya dan kadang dengan keras Saya memperingatkan dia. Tetapi semua nasihat dan teguran seperti angin lalu baginya. Amat memprihatinkan!


Terlalu banyak kisah-kisah pilu perlakuan orang Kristen terhadap sesamanya. Kita perlu belajar dari perwira bukan Yahudi ini bagaimana mengasihi sesama manusia meskipun statusnya sebagai pembantu atau hamba. Rela berkorban dalam hal apapun termasuk menanggalkan segala pangkat dan jabatannya demi kebaikan hambanya.


Saudaraku, ketika persis Yesus masuk ke Kapernaum, perwira yang sudah siap ini langsung datang menemui Yesus. Ia tidak mau membuang-buang banyak waktu karena Yesus sangat sibuk untuk melayani banyak orang dengan pengajaran-Nya dan pertolongan-Nya. Tanpa menghiraukan statusnya sebagai seorang perwira Romawi yang mengepalai dan membawahi seratus orang prajurit yang  siap bertempur dan mati di bawah perintahnya. Dengan rendah hati perwira ini langsung mengajukan permohonannya secara to the point, singkat padat, dan jelas kepada Yesus, "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." (ayat 6). Dan Yesus pun tanpa basa-basi menjawab, "Aku akan datang menyembuhkannya." (ayat 7). Rupanya jawaban Yesus mendapatkan reaksi yang sangat luar biasa dari sang perwira ini. Katanya lagi kepada Yesus, "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam  rumahku, katakan saja sepatah kata, maka  hambaku itu akan sembuh.  Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." (ayat 8-9). Perwira ini tahu diri dengan siapa ia berbicara. Yesus bukan sembarang pribadi. Yesus dalam pandangan matanya adalah pribadi yang penuh kuasa. Ajaran-ajaran Yesus yang ia dengar dan kuasa Yesus yang ia lihat membuat ia sadar bahwa dirinya tidak layak menerima kehadiran tokoh besar dan dahsyat ini. Perwira ini mengenal siapakah Yesus itu. Dia menyebut Yesus sebagai Tuan (Kurios) yang juga bisa berarti "Tuhan." Ia tidak ragu akan kemahakuasaan Yesus sebagai Tuhan. Perjumpaan dengan Tuhan sejati membuat seseorang tersungkur dan menumbuhkan imannya. Perwira ini memiliki iman yang besar dan kuat  sebagai hasil perjumpaan pribadi dengan Tuhan Yesus.


Berdasarkan kasta dalam bait Allah, orang bukan Yahudi dianggap tidak layak masuk ke dalam bait Allah. NonYahudi berada ditingkat paling bawah. Tidak diperhitungkan. Berdasarkan kasta, maka  yang menempati urutan pertama yang layak masuk ke bait Allah adalah imam besar, para imam/Farisi/ahli Taurat, pria dewasa. Sedangkan yang tidak dapat masuk ke bait Allah adalah para wanita, orang-orang cacat, dan orang bukan Yahudi. Di sinilah kita melihat dengan begitu jelas, Yesus datang untuk mengangkat harkat dan martabat orang bukan Yahudi, orang yang diremehkan, orang yang tidak diperhitungkan. Yesus datang ke dunia untuk segala suku bangsa, kaum, dan bahasa. Yesus antidiskriminasi demi alasan apapun. Yesus datang ke dunia untuk menghapus segala jenis diskriminasi atas nama gender, suku, agama, bahasa, status sosial, pendidikan, dan lain-lain (Galatia 3:28-29). Yesus mengasihi semua orang. Tua muda, kaya miskin, laki perempuan, tuan hamba, terpelajar tidak terpelajar, sehat sakit, hitam putih, tinggi pendek, gemuk kurus, semuanya dikasihi-Nya. Dia datang untuk menyelamatkan orang berdosa. Tuhan Yesus berkata dalam Markus 2:17, "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."


Yesus begitu heran dan kagum atas iman si perwira ini. "Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel" (ayat 10). Pernyataan Yesus ini adalah pukulan telak bagi orang-orang Yahudi yang juga ada di situ. Yesus memberikan suatu konfirmasi kepada orang-orang Yahudi agar mereka jangan lupa diri sebagai umat pilihan Tuhan. Juga jangan bangga apalagi membangga-banggakan diri dengan sebutan sebagai umat pilihan Tuhan. Itu tidak berarti apa-apa. Melainkan mereka harus hidup sebagaimana karakteristik  sebutan umat pilihan. Yaitu mereka harus memiliki iman yang besar, iman yang murni, dan iman yang total berserah kepada Yesus. Dalam ayat 11 Yesus menegaskan konfirmasinya, "Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga."


Duduk makan di dalam surga menunjukkan gambaran di masa depan ketika Allah mengumpulkan orang-orang yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, bukan saja orang-orang Israel tetapi juga orang-orang dari segala bangsa. Tuhan Yesus membandingkan peristiwa ini dengan suatu perjamuan pesta seperti yang dikatakan dalam Yesaya 25:6-8, "TUHAN semesta alam akan menyediakan di gunung Sion ini bagi segala bangsa-bangsa suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, suatu perjamuan dengan anggur yang tua benar, masakan yang bergemuk dan bersumsum, anggur yang tua yang disaring endapannya.  Dan di atas gunung ini TUHAN akan mengoyakkan kain perkabungan yang diselubungkan kepada segala suku bangsa dan tudung yang ditudungkan kepada segala bangsa-bangsa.  Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan ALLAH akan menghapuskan air mata dari pada segala muka; dan aib umat-Nya akan dijauhkan-Nya dari seluruh bumi, sebab TUHAN telah mengatakannya." Sejatinya ini menggambarkan kehidupan orang-orang beriman kepada Tuhan Yesus di dalam surga yang kekal. Keadaan ini dijelaskan oleh rasul Yohanes dalam Wahyu 7:9, "Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka."  Tetapi juga Tuhan Yesus memberikan konfirmasi yang tak kalah kerasnya dalam ayat 12, "sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang  paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."  Ini  menunjukkan penghukuman terhadap orang-orang jahat yaitu neraka, tempat penyiksaan yang amat sangat mengerikan.


Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus. Iman yang besar dan murni dari si perwira ini, menghasilkan mujizat yang dahsyat. Yesus menghargai iman si perwira yang besar dan kuat itu. Karena ia bukan saja percaya (to believe) tetapi memercayakan hidupnya kepada Tuhan Yesus sepenuh-penuhnya (to trust). Inilah iman yang sejati. Besar dan kuat. Bukan sekadar percaya secara rasio bahwa Yesus adalah Tuhan yang berdaulat penuh, tetapi sekaligus ia menyerahkan totalitas hidupnya untuk taat dan pasrah kepada-Nya. Ia sungguh yakin Yesus sanggup melakukan mujizat kesembuhan terhadap hambanya dari jarak jauh. Dia yakin seyakin-yakinnya hanya dengan sepatah kata yang keluar dari mulut Yesus, pasti dapat menyembuhkan hambanya yang tak berdaya dan sangat menderita itu. Ini menunjukkan si perwira yakin Yesus berkuasa atas ruang dan waktu. Semuanya takluk di bawah kaki Yesus. Betapa besar dan kokohnya iman si perwira ini. Perasaan tidak layak dari si perwira itu yang membuat ia layak menerima mujizat dari Yesus. Yesus menghargai orang yang rendah hati. Orang seperti itulah yang akan ditinggikan. Dalam injil Lukas 14:11 Yesus berkata, "Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." Dan Yesus tidak pernah tidak memperhitungkan iman yang demikian besar dan kuat dari perwira itu. Dalam ayat 13, "Yesus berkata kepada perwira itu: "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Maka  pada saat itu juga sembuhlah hambanya." Dan Tuhan Yesus sendiri berkata dalam Lukas 17:6, "… Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu."


Saudaraku, dari penggalan kisah perwira orang bukan Yahudi ini, kita dapat menarik pelajaran yang amat berharga. Iman dan kasih yang besar lebih berharga dari sekadar sebutan sebagai umat Tuhan. Sebutan sebagai umat Tuhan bukan segala-galanya. Mengakui sebagai orang beriman juga bukan segalanya. Tanpa Iman dan kasih yang menyatu dalam hidup, sebutan sebagai umat Tuhan tidak bermakna apa-apa. Jangan bangga dengan sebutan umat pilihan. Terlebih jangan membangga-banggakan diri dengan sebutan sebagai umat pilihan Tuhan. Jangan bangga dan mebangga-banggakan diri dengan panggilan sebagai orang Kristen, tapi iman dan kasih hampa. Iman dan kasih berbicara lebih keras dari pada pengakuan-pengakuan diri sebagai orang Kristen yang sudah dipredestinasikan masuk ke dalam surga kekal. Begitu memalukan dan memilukan bila kita sebagai orang Kristen dan mengaku-ngaku beriman kepada Yesus Kristus tetapi sikap dan perilaku hidup kita berbalik punggung dengan penyebutan tersebut. Betapa malunya bila di hadapan orang banyak Yesus dengan jujur tanpa tedeng aling-aling berkata kepada Saudara dan Saya, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Kristen."  Dan betapa lebih fatalnya lagi apabila Tuhan Yesus berkata lugas kepada Saudara dan Saya, "Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:23).


Seberapa besarkah Iman dan kasih yang sekarang ada pada kita ketimbang  sebutan pada diri kita sebagai umat pilihan Tuhan? Kini saatnya kita kembali ke esensi hidup kita yang sejati. Biarlah dunia menilai dan membuktikan bahwa Saudara dan Saya benar adalah umat pilihan Tuhan yang sejati yang terlihat melalui iman yang besar yang terpancang begitu kuat berakar di dalam Kristus dan melalui kasih yang mendalam terhadap mereka yang sedang dalam penderitaan. Tuhan Yesus amat merindukan iman dan kasih seperti yang dimiliki si perwira itu terwujud nyata dalam kehidupan Saudara dan Saya. Amin!


Soli Deo Gloria !!!!
Rev. Andrias Hans

Tidak ada komentar:

Berita Terkini

« »
« »
« »
Get this widget

Daftar Blog Saya

Komentar