Tulisan Jalan

Hidupku untuk mengharumkan nama-MU Jangan bersukcita ketika engkau berhasil dalam pelayanan, tetapi bersukcitalah karena namamu tercatat di Surga

Kau istimewa. Di seluruh dunia, tidak ada orang yang sepertimu. Sejak bumi diciptakan tidak ada orang lain yang sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki senyummu, tidak ada yang memiliki matamu, hidungmu, rambutmu, tanganmu, suaramu. Kau istimewa. Tidak ada orang lain yang memiliki tulisan yang sama denganmu. Tidak ada orang lain yang memiliki selera akan makanan, pakaian, musik, atau seni sepertimu. Tidak ada orang lain yang memiliki cara pandang sepertimu. Sepanjang masa tidak ada orang lain yang tertawa sepertimu, tidak ada yang menangis sepertimu. Kaulah satu di antara seluruh ciptaan yang memiliki kemampuan seperti yang kau miliki. sampai selamanya, tidak akan ada orang yang akan pernah melihat, berbicara, berjalan, berpikir, atau bertindak seperti dirimu. Kau istimewa...kau langka. Tuhan telah menjadikanmu istimewa dengan satu tujuan yaitu MEMULIAKAN DIA

Cari Blog Ini

Jumat, 26 Oktober 2012

MISKIN DI HADAPAN ALLAH

***Firman-Mu adalah Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku***

MISKIN DI HADAPAN ALLAH
(Matius 5:1-3)


            Saudaraku yang dikasihi TUHAN YESUS KRISTUS! Khotbah di Bukit adalah bagian dari Alkitab yang sangat terkenal dan tersebar di berbagai penjuru dunia. Mahatma Gandhi, misalnya, selalu menyimpan "Khotbah Di Bukit" ini di dalam hatinya. Di dalam Ashramnya yang termasyhur itu, ia sering berbicara tentang "Khotbah Di Bukit." Apabila Mahatma Gandhi berkeliling, orang banyak seringkali berjejal untuk meminta suatu pesan darinya. Tidak jarang ia mengutip dari "Khotbah Di Bukit" dan membacakannya di hadapan khalayak ramai itu. Ia mengaku bahwa dalam perjuangan politiknya, "Khotbah Di Bukit" itu menjadi dasar baginya untuk memecahkan berbagai masalah yang tersulit. Ketika Mohandas Mahatma Gandhi terkulai rebah ke tanah bersimbah darah, di saku, konon, orang mendapati secarik kertas. Isinya, sebuah kutipan Khotbah Tuhan Yesus di Bukit. Saudaraku, Mahatma Gandhi bukan orang Kristen, akan tetapi gaya hidup dan ajaran Tuhan Yesus, khususnya Khotbah di Bukit, telah mengilhami gerakan yang dipeloporinya dan mewarnai kehidupannya.

            Kalau orang seperti Mahatma Gandhi, pemimpin besar India dan pelopor gerakan nir-kekerasan dunia itu, orang yang  bukan kristen bisa begitu tertarik mempelajari "Khotbah Tuhan Yesus Di Bukit ini", bagaimana dengan Saudara dan Saya sebagai orang Kristen, yang mengaku sebagai murid Tuhan Yesus Kristus? Apakah kita seantusias Mahatma Gandhi merindukan dan menerapkan "Khotbah Di Bukit ini" sebagai komitmen perjuangan hidup kita? Mari kita belajar dari "Khotbah Di Bukit ini" khususnya pada bagian yang pertama, yaitu dari perkataan TUHAN YESUS dalam Matius 5:1-3: "BERBAHAGIALAH  ORANG  YANG  MISKIN  DI  HADAPAN  ALLAH, KARENA  MEREKALAH  YANG  EMPUNYA  KERAJAAN  ALLAH."
           
            Saudaraku yang dikasihi TUHAN YESUS KRISTUS! Dalam Matius 4 pada ayat-ayat terakhirnya, kita melihat bahwa orang-orang dari segala penjuru menaruh perhatian kepada Tuhan Yesus. Tidak hanya di Palestina saja tetapi juga dari daerah seberang Sungai Yordan dan Siria. Hati orang-orang ini dipenuhi dengan khotbah Tuhan Yesus di Bukit ini. Para nelayan meninggalkan jalanya. Petani-petani meninggalkan ladangnya. Kaum buruh dan para bos di kota-kota pergi ke wilayah utara, Galilea untuk mendengarkan khotbah Tuhan Yesus. Dalam keadaan inilah, hati Tuhan Yesus sangat terharu sehingga ia menyampaikan khotbah di bukit ini.

            Jadi, khotbah ini ditujukan kepada semua orang. Bukan saja untuk para murid-Nya. Kepada segala bangsa di muka bumi ini. Dr. J. Verkuyl mengatakan bahwa dalam khotbah di bukit, Tuhan Yesus mengumumkan UUD Kerajaan Allah dengan kemuliaan kedaulatan-Nya (Matius 5:13-7:27). Dan ini semua bukan sekadar ucapan Tuhan Yesus semata-mata, tetapi ini merupakan komitmen perjuangan hidup-Nya yang telah disaksikan oleh seluruh umat manusia yang ada di sekitar-Nya. Kata dan perbuatan Tuhan Yesus satu. Tidak pecah kongsi. Bukan seperti para pemimpin agama di zaman-Nya yang penuh kemunafikan. Juga bukan seperti para pemimpin di zaman ini khususnya di negeri kita yang para pemimpin partai politiknya hanya pintar buat iklan antikorupsi padahal anak buah mereka bahkan diri mereka sendiri jagoan korupsi. Membuat rakyat semakin sengsara.

Sekarang kita mau meneliti apa arti dari perkataan Tuhan Yesus dalam ayatnya yang ke tiga ini. Kalau kita cermati di dalam Perjanjian Lama, memang kata "Miskin" atau tepatnya "Orang miskin" itu mempunyai makna hurufiah yaitu: "Orang yang miskin secara material". Namun, karena  orang yang miskin itu  tidak mempunyai tempat pelarian kecuali hanya pada Allah saja (Zefanya 3:12), maka kemiskinan itu berangsur-angsur mendapat konotasi ROHANI. Dalam Mazmur 40:18, sang pemazmur menggambarkan dirinya sendiri sebagai "orang yang sengsara dan miskin" dan meminta Tuhan supaya mengingat dan menyelamatkannya. Orang miskin adalah orang yang membutuhkan belaskasihan, bagaikan para tawanan yang "mencari Allah" sebagai satu-satunya tempat perlindungan dan keselamatan mereka (Mazmur 69:33-34). Mereka merupakan orang-orang yang telah bangkrut di dunia ini, yang karenanya kemudian memercayai Tuhan sebagai satu-satunya harapan bagi perlindungan serta pembebasan mereka.
           
Demikianlah kata "Miskin" yang dipakai TUHAN YESUS dalam ayat tadi, memiliki arti  ROHANI.   Hal ini sangat jelas ketika kita melihat seluruh konteks Matius pasal 5 secara khusus Matius 5:20, di sana TUHAN YESUS berbicara kepada  para murid-NYA mengenai bagaimana kehidupan kerohanian yang memperkenankan hati TUHAN. TUHAN YESUS berkata : "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan sorga".

            Dengan demikian saudaraku , Di sini TUHAN YESUS  sedang berbicara tentang  "Orang yang miskin secara rohani." Persoalannya sekarang adalah:  Apakah makna orang yang miskin secara rohani itu? Kata "Orang Miskin" dalam bahasa asli PB (Yunani) dipakai dua kata yaitu:  kata "Ptokhos" dan kata "Penes".  Namun arti dari kedua kata ini memiliki perbedaan.  Kata "Penes" menunjukkan kepada seseorang yang boleh jadi miskin tetapi ia masih memperoleh roti atau nasinya dengan bekerja sehari-hari.  Sedangkan kata "Ptokhos", menunjukkan kepada seseorang  yang telah gagal dari suatu tingkatan hidup yang terbaik   Dengan kata lain, seseorang   yang  sangat  miskin  sehingga  ia  hanya  bisa  memperoleh  hidupnya dengan  cara M E N G E M I S.  Secara harfiah kata "Ptokhos" berarti "Yang Mengemis", "Sangat Miskin"; "Yang Berharap Kepada Tuhan"; "Yang Tidak Berguna".  Maksud kata inilah yang dipakai dalam Matius 5:3.

            Jadi, orang yang miskin di hadapan Allah adalah  orang yang secara spiritual sedemikian melaratnya  sehingga  apapun  tidak ada  padanya  yang dapat dibanggakannya atau disuguhkannya  sebagai  jasa.    Dia  adalah orang  yang  telah  sama  sekali  tidak  berdaya, dia  sudah  bangkrut secara  total di hadapan  Allah. Dia adalah  orang  yang  hanya menunggu , menunggu dan  menunggu  uluran tangan  dari  pihak lain.

            Orang yang miskin di hadapan Allah adalah  orang yang sangat sadar bahwa dirinya telah bangkrut di dunia ini  yang  karenanya  kemudian  memercayai  TUHAN  sebagai  satu-satunya  harapan  bagi  perlindungan  serta  pembebasan  mereka. Dengan kata lain , orang yang miskin di hadapan Allah adalah orang  yang  sungguh-sungguh  menyadari  bahwa  dirinya  penuh dosa  dan sebentar lagi tanpa  anugerah  pengampunan  dan  penebusan  dosa  serta  anugerah  keselamatan kekal  dari  TUHAN  YESUS  KRISTUS, ia pasti  binasa. Karena  itu,  seluruh  hidupnya  ia  gantungkan, mengemis hanya kepada  TUHAN  YESUS sebagai  satu-satunya TUHAN  dan  Juruselamat  pribadinya.    

            Mari kita melihat orang-orang yang miskin di hadapan Allah yang  hidup mereka sungguh diperkenankan Allah, yang hidupnya dihiasi dengan sukacita sejati  walaupun perjalanan hidup mereka diwarnai tantangan dan pergumulan  yang tidak ringan .

Si Pemungut cukai (Lukas 18 : 9-14).
            Dalam bagian ini kita menyaksikan sebuah  adegan menarik di mana  ada dua aktor utama yang memainkan peran mereka secara begitu transparan dan menghadirkan kesan yang mendalam bagi siapa yang menyaksikannya. Peran pertama adalah seorang Farisi yang sedang pergi ke Bait Allah untuk berdoa.  Di sana ia menaikkan doanya  kepada Allah dengan cara yang tenang sebab ia berdoa di dalam hatinya (ini adalah cara yang baik).  Namun secara mengejutkan isi doa orang Farisi ini  mencerminkan , di hadapan Allah ,  ia  nampaknya begitu  "kayanya", ia menampilkan kelebihan-kelebihannya  dan kebaikan-kebaikannya , sehingga Allah harus dan patut menghargai  semua yang ia telah lakukan .  Tidak setitikpun  rasa hatinya  mau  bergantung pada Allah.  Hanya kecongkakkan yang ditampilkannya.  Dan nilai orang ini , menurut YESUS : "Orang ini pulang  ke rumahnya sebagai orang yang tidak dibenarkan."  Betapa sangat amat menyedihkan orang ini.  Dosanya masih tetap ada. Dan sungguh menekan hidupnya.
           
Tetapi Si pemungut cukai ini menampilkan peran yang begitu kontrasnya dengan Si Farisi tadi.  Ia mengambil posisi, berdiri jauh-jauh bahkan Alkitab mencatat, ia tidak berani menengadah ke langit , melainkan ia memukul diri dan berkata : "YA  ALLAH , KASIHANILAH  AKU  ORANG  BERDOSA INI". Saudaraku , inilah sebuah doa yang menggetarkan hati Allah , sebuah doa yang membuat air mata  Allah jatuh berderai di pipi-Nya, sehingga menggerakkan tangan -NYA yang lembut membelai rambut Si Pendosa itu, dan memeluknya erat-erat. Inilah  doa  yang membuat pintu  gerbang sorga terbuka baginya. Mengapa demikian? Tidak lain dan tidak bukan, doa pemungut cukai ini, mencerminkan  bahwa ia adalah manusia yang sangat memerlukan Tuhan karenanya ia sangat perlu ditolong  Allah. Ia  sadari hidupnya  telah bangkrut total, tidak ada  harapan lagi KECUALI  Allah mencurahkan Anugerah-Nya kepadanya. Dan  Tuhan YESUS sendiri berkata: "Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan".
           
Inilah upah seorang yang miskin di hadapan Allah.  Ia mendapatkan bahagia yang sejati. Hidup yang berkelimpahan.
                       
Rasul Paulus  (1Korintus 15:9 , Efesus 3:8 , 1Timotius 1:15 ,  2Korintus 12:1-7).
            Saudaraku , siapakah yang tidak mengenal Rasul besar ini? Paulus adalah seorang yang hebat, ia adalah orang yang sangat pandai baik pengetahuan dan filsafat  helenistik maupun pengetahuan teologis. Ia juga adalah seorang yang dipakai secara luar biasa dalam pelayanan. Pantang menyerah dan pantang mundur menghadapi penderitaan karena melayani Tuhan Yesus. Dan yang paling indah dalam hidupnya , ia pernah mengalami pengalaman yang luar biasa di mana ia boleh mengalami pengalaman sorga.  Ia diangkat ke Firdaus dan  di sana  ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak  boleh diucapkan oleh  manusia (2Korintus 12:1-7).
           
Namun menarik kita simak, semua yang ia miliki itu, tidak membuatnya merasa layak di hadapan TUHAN,  justru sebaliknya dengan jujur ia berkata: "… aku adalah yang paling hina dari semua rasul… " (1Korintus 15:9).  Ia juga berkata :  "Kepadaku yang paling hina di antara segala orang kudus...." (Efesus 3:8).  Dan Paulus berkata sejujur-jujurnya : "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa , dan di antara mereka , akulah yang paling berdosa " (1Timotious 1:15)
           
Saudaraku, kepintaran, pelayanan yang berhasil, dan pengalaman rohani yang tinggi, sama sekali tidak menjadikan Paulus lupa diri di hadapan Allah yang Maha tinggi.  Paulus di hadapan Allah justru melihat dirinya yang sebenarnya, yaitu: akulah yang paling hina  dan akulah yang paling berdosa.   Tidak ada satu katapun Paulus yang mengindikasikan bahwa ia adalah orang baik, orang pintar, dan orang yang hebat. Tidak Saudara. Paulus tidak seperti kita yang menamakan diri hamba-hamba TUHAN masa kini. Kadang bahkan sering menonjolkan reputasi pengetahuan teologi dan pelayanannya. Celakanya tidak sedikit hamba Tuhan yang tergila-gila dengan gelar akademis sehingga bayar pun mau asal mendapat gelar Master ataupun doktor teologia. Saya sangat prihatin ada hamba Tuhan yang menganggap dirinya paling benar dan gerejanya adalah representasi kebenaran Kristen di muka bumi ini. Dalam khotbahnya seringkali hanya memamerkan aktifitas pelayanannya yang begitu padat dari benua ke benua. Memuji diri seolah-olah paling sibuk di antara semua hamba Tuhan yanga da di muka bumi ini. Dan menggelikan, "anak buahnya" juga sudah terkontaminasi dengan "bos" mereka sehingga acapkali ketika berbicara dengan sesama orang Kristen atau hamba Tuhan mereka menampilkan sikap dan perkataan yang arogan sekali.

Mereka jauh nian berbeda dengan Paulus. Ia sebagai rasul besar tidak pernah membungkus rapi dosa-dosanya dengan kemasan reputasi, dedikasi, dan kerja kerasnya. Ia tidak pernah menonjol-nonjolkan  siapa dirinya. Timotius yang adalah anak rohaninya, ia sapa sebagai  sesama hamba Kristus Yesus (Filipi 1:1). Juga Epafroditus yang diutus sebagai pembantu Paulus ketika berada dalam penjara, ia sebut sebagai saudaranya, teman sekerjanya dan teman seperjuangannya (Filipi 2:25).

            Saudaraku, kebahagiaan sejati dan surga yang kekal bukan diperuntukkan kepada orang yang merasa dirinya layak .Yang merasa dirinya tidak berdosa. Apalagi menyombongkan diri dan menganggap diri tidak sama dengan para pendosa lainnya. Bukan orang yang doyan memamerkan dirinya suci, suka menyebut-nyebut nama Tuhan, berpakaian tertentu, dan mempertontonkan pakaian yang serba suci sambil berteriak-teriak nama Tuhan seraya melibas-bas habis-bis orang-orang yang tidak seiman dengan mereka, yang mereka cap sebagai manusia kafir. Surga dan Kerajaan Allah bukan untuk orang-orang seperti ini. Ya surga dan kebahagiaan sejati sama sekali bukan diperuntukkan kepada orang-orang yang demikian sombong dan penuh kemunafikan itu. Tetapi surga dan Kerajaan Allah dikaruniakan kepada mereka yang tahu dirinya tidak memiliki apa-apa, kecuali dosa dan kejahatan karena itu ia sangat membutuhkan pengampunan Tuhan. Inilah sikap  orang Kristen yang benar. Tidak ada seorang pun yang dapat menjadi orang Kristen sejati tanpa memiliki sikap seperti yang dimiliki pemungut cukai, rasul Paulus, atau si bungsu yang terhilang. Mereka sadar sesadar-sadarnya bahwa hidup mereka telah bangkrut, berlumuran dengan dosa, dan hati mereka sungguh-sungguh hancur di hadapan Tuhan. Karena itu mereka sangat membutuhkan belas kasihan dan pengampunan dari Tuhan Yesus Kristus. John Calvin berkata, "Hanya dia yang menganggap dirinya tidak berarti sama sekali di mata Tuhan, lalu semata-mata bergantung pada anugerah Tuhan, hanya orang seperti inilah yang miskin di hadapan Allah. Hanya orang seperti inilah yang akan menikmati kebahagiaan yang sejati karena mereka layak masuk ke dalam Kerajaan Surga. Kerajaan Allah hanya dapat kita terima dalam kerendahan hati dan benar-benar hati yang hancur karena sadar telah berdosa di hadapan Tuhan."

Bagaimana dengan kita saat ini? Adakah kita juga seperti pemungut cukai yang sadar diri dan mau berdoa kepada Tuhan Yesus, "YA ALLAH, KASIHANILAH AKU ORANG BERDOSA INI". Dan apakah kita seperti rasul Paulus yang selalu sadar diri bahwa dirinya adalah orang berdosa yang tidak lebih hebat dari orang-orang lain, dan yang selalu butuh pengampunan Tuhan Yesus? Dan apakah kita seperti  anak yang bungsu, yang mau kembali kepada bapanya untuk mengakui segala dosa dan kejahatannya?

Kitalah yang paling tahu siapakah diri kita yang sebenarnya di hadapan Tuhan. Jikalau saat  ini setelah mendengar firman Tuhan ini, kita disadarkan Roh Kudus akan dosa-dosa kita dan  betapa banyak kesalahan dan dosa kita di hadapan Tuhan, maka sekaranglah waktunya Saudara dan Saya berseru bersama dengan si pemungut cukai, "YA ALLAH, KASIHANILAH AKU ORANG BERDOSA INI." Jangan pernah sembunyikan dosa-dosa kita dihadapan Tuhan Yesus. Percuma, karena "tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab" (Ibrani 4:13). Jangan menyembunyikan dosa, itu hanya menekan kita dan merusak hidup kita. Dengan pengakuan dosa yang jujur di hadapan Tuhan Yesus, maka hari ini juga Saudara dan Saya adalah orang yang sangat berbahagia karena kita memiliki Kerajaan Surga yang sungguh amat mahal harganya. Dan surga itu tak akan pernah lenyap bagi kita. Surga melebihi segala harta yang ada di langit, di bumi, di laut, dan di seluruh alam semesta ini. Tuhan berfirman dalam Roma 4:7-8, "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya."

            Mari kita berdoa masing-masing di hadapan Tuhan Yesus. Di hadapan-Nya kita akui segala dosa kita yang terselubungdalam batin terdalam kita yang hanya diri kita yang tahu. Dan mari kita memohon Roh Kudus mencurahkan damai sejahtera di hati kita saat ini. Lalu kita berkomitmen secara pribadi kepada Tuhan Yesus mulai saat ini kita siap menjadi alat yang indah dipakai Tuhan membawa orang-orang berdosa kembali kepada-Nya. (Rev. Andrias Hans).

Tidak ada komentar:

Berita Terkini

« »
« »
« »
Get this widget

Daftar Blog Saya

Komentar