Pada saat peringatan hari kemerdekaan Indonesia, beberapa pegawai
negeri sipil di panggil ke Istana Merdeka untuk mengikuti upacara
dalam rangka memperingati HUT RI. Masih terbayang dalam pikiran saya
beberapa tahun yang lalu salah satu guru dari pedalaman Papua diundang
oleh Presiden untuk menghadiri upacara di Istana Merdeka. Kebetulan
guru tersebut adalah kakak ipar saya, dia menceritakan bagaimana
kesibukan-kesibukan yang dia alami kurang lebih satu minggu dalam
mempersiapkan keberangkatannya ke Jakarta. Mulai dari mempersiapkan
pakaian, kira-kira pakaian mana yang akan di pakai ketika bertemu
dengan Presiden nanti, dan persiapan-persiapan lainnya, intinya dia
sangat sibuk mempersiapkan keberangkatannya ke Jakarta. Apalagi acara
ini bukan acara biasa, tidak semua orang punya kesempatan untuk
bertemu dengan presiden, pemimpin nomor satu di Indonesia. Jadi
mungkin dalam pikirannya, ini kesempatan emas, kapan lagi.
Luar biasa kesibukan yang dialami ketika mau menghadap pimpinan
duniawi. Bagaimana tanggapan kita terhadap panggilan Tuhan, bagaimana
kalau menghadap raja di atas segala raja? apakah kita sesibuk ketika
mau menghadap presiden, semua disiapkan? Hal ini menjadi perenungan
bagi kita semua. Misalnya saja ketika mau mengikuti ibadah pada hari
Minggu? sejauh mana persiapan kita? Mengapa begitu banyak orang yang
lebih "nyenyak" tidur di gereja pada saat ibadah, dari pada tidur di
rumah? Kenapa lebih banyak orang pada saat beribadah hanya badannya
yang di gereja, tetapi pikirannya mengembara kemana-mana? Kenapa
ketika ibadah lebih dari dua jam, orang sudah gelisah dalam gereja?
Kenapa ketika mengikuti acara-acara yang ditawarkan dunia, sampai
berjam-jam mereka masih antusias menikmati? Apa yang salah?
Jawabannya: masalahnya pada hati, mereka tidak siap untuk berjumpa
dengan Tuhan. Berjumpa dengan manusia saja kita mempersiapkan segala
sesuatu, apalagi mau berjumpa dengan penguasa di atas segala penguasa,
pencipta alam semesta dan segala isinya, Raja di atas segala raja.
Tentu persiapannya melebihi persiapan ketika mau bertemu dengan
pemimpin duniawi. Marilah kita membiasakan diri di dalam segala
sesuatu, dalam segala aspek kehidupan kita, ketika mau menghadap Sang
pemilik segala yang ada, selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Sehingga dalam segala hal kita menyenangkan hati Tuhan, dan kitapun
akan mengalami jamahan Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita. Tidak
percaya! Buktikan sendiri. By: Adrianus Pasasa
negeri sipil di panggil ke Istana Merdeka untuk mengikuti upacara
dalam rangka memperingati HUT RI. Masih terbayang dalam pikiran saya
beberapa tahun yang lalu salah satu guru dari pedalaman Papua diundang
oleh Presiden untuk menghadiri upacara di Istana Merdeka. Kebetulan
guru tersebut adalah kakak ipar saya, dia menceritakan bagaimana
kesibukan-kesibukan yang dia alami kurang lebih satu minggu dalam
mempersiapkan keberangkatannya ke Jakarta. Mulai dari mempersiapkan
pakaian, kira-kira pakaian mana yang akan di pakai ketika bertemu
dengan Presiden nanti, dan persiapan-persiapan lainnya, intinya dia
sangat sibuk mempersiapkan keberangkatannya ke Jakarta. Apalagi acara
ini bukan acara biasa, tidak semua orang punya kesempatan untuk
bertemu dengan presiden, pemimpin nomor satu di Indonesia. Jadi
mungkin dalam pikirannya, ini kesempatan emas, kapan lagi.
Luar biasa kesibukan yang dialami ketika mau menghadap pimpinan
duniawi. Bagaimana tanggapan kita terhadap panggilan Tuhan, bagaimana
kalau menghadap raja di atas segala raja? apakah kita sesibuk ketika
mau menghadap presiden, semua disiapkan? Hal ini menjadi perenungan
bagi kita semua. Misalnya saja ketika mau mengikuti ibadah pada hari
Minggu? sejauh mana persiapan kita? Mengapa begitu banyak orang yang
lebih "nyenyak" tidur di gereja pada saat ibadah, dari pada tidur di
rumah? Kenapa lebih banyak orang pada saat beribadah hanya badannya
yang di gereja, tetapi pikirannya mengembara kemana-mana? Kenapa
ketika ibadah lebih dari dua jam, orang sudah gelisah dalam gereja?
Kenapa ketika mengikuti acara-acara yang ditawarkan dunia, sampai
berjam-jam mereka masih antusias menikmati? Apa yang salah?
Jawabannya: masalahnya pada hati, mereka tidak siap untuk berjumpa
dengan Tuhan. Berjumpa dengan manusia saja kita mempersiapkan segala
sesuatu, apalagi mau berjumpa dengan penguasa di atas segala penguasa,
pencipta alam semesta dan segala isinya, Raja di atas segala raja.
Tentu persiapannya melebihi persiapan ketika mau bertemu dengan
pemimpin duniawi. Marilah kita membiasakan diri di dalam segala
sesuatu, dalam segala aspek kehidupan kita, ketika mau menghadap Sang
pemilik segala yang ada, selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Sehingga dalam segala hal kita menyenangkan hati Tuhan, dan kitapun
akan mengalami jamahan Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita. Tidak
percaya! Buktikan sendiri. By: Adrianus Pasasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar